Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Brakk
Tranggg
Sreeekkk
"JANGAN MENDEKAT!!"
Lengkingan suara itu kini menggema ke semua penjuru ruangan. Para penjaga kini bergegas menemui seseorang yang beberapa detik lalu menyebabkan keributan di siang bolong begini.
Beberapa suster dan penjaga mencoba menenangkan dengan ucapan, namun saking banyaknya suara yang datang. Orang di dalam ruangan itu justru lebih histeris dari sebelumnya.
"Aaa jangan.. jangan.. JANGAN!!"
Permainan pikiran adalah salah satu sumber tenaga terkuat untuk tubuh. Jika mindset sudah di bangun menyatakan mereka musuh maka tubuh akan merespon sejalan dengan pemikiran itu.
Sama halnya dengan pasien ini. Dia menanamkan mindset semuanya jahat, tubuhnya merespon dengan berontak, mengeluarkan semua tenaga untuk menghindar dari para penjaga dan suster yang menanganinya.
Menendang, berteriak, melakukan semuanya untuk pertahanan agar tidak ada yang menyentuh. Sampai satu jam aksi percobaan semua tidak membuahkan hasil. Kekuatan gadis remaja ini masih sama seperti di awal.
"Sudah satu jam Sus, kita tidak bisa menangani lebih lama lagi. Tenaga penjaga habis dia malah tambah histeris."
Kepala suster yang tadi di panggil itu berpikir sejenak. Dia melihat beberapa penjaga dan suster memang sudah bersimbah keringat, nampak sesekali meliriknya juga untuk instruksi selanjutnya.
Kepala suster itu mendesah lelah. Sebenarnya bukan hanya mereka saja yang lelah, kepala suster ini juga sama.
"Ambilkan obat penenang!!"
Tiga detik berlalu tapi semua masih diam di tempat.
"Tidak ada yang mau mengambil?" kepala perawat itu kini berkata sinis. Membuat semua penjaga dan perawat lain sedikit ketakutan.
"Ta-tapi Sus, ini sudah dosis yang kesekian, dan itu menyalahkan aturan pemakaian. Kita bisa membuat pasien jadi--"
"Kalau tidak mau cara instant, kawal terus anak itu. Sampai dia tenang!"
Semuanya kembali bimbang. Saling menatap satu sama lain dan pada akhirnya mereka semua mengangguk.
Lelah setengah hari ini menangani pasien dengan kasus hampir sama, juga panas di siang ini yang jelas terasa padahal ini ruangan AC, membuat pikiran lelah ingin langsung mengakhiri semuanya dengan istirahat siang yang sebentar lagi tiba.
"Baiklah."
Dengan sigap satu perawat mengambil obat penenang dan perlengkapan lainnya.
Dilain sisi kegaduhan belum pudar juga, pasien masih memberontak dan merancau dengan berbagai sebutan tidak jelas. Kurang dari lima belas menit lagi bel istirahat akan terdengar. Tentu pada dasarnya tidak ada yang mau mengorbankan waktu berharga satu jam istirahat mereka hanya untuk mengurus pasien gangguan jiwa itu.
"Ini, Sus."
"Pegangi dengan kuat." semua menurut dengan perintah kepala perawat itu. Semua menutup mata akan pengetahuan mereka soal efek samping dosis berlebih. Toh, pasien ini sudah gila, jika bertambah gila itu tidak akan bermasalah.
Namun, ketika jarum suntik satu senti lagi menembus kulit pasien seseorang datang dan menggagalkan semuanya.
"Stop!! penyalahgunaan obat penenang, heh?"
Wanita setengah baya dengan jas putih khas dokter juga rambut sebahunya memberi kesan tegas untuk setiap ucapan yang terdengar.
Semua diam melihat sosok itu. Mereka bingung dengan kedatangan orang asing di tempat buangan begini.