Cinta yang Tersulut Kembali
Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Hati Shena terasa bergemuruh ketika telinganya mendengar suara derit ranjang di dalam kamar tidurnya.
Wanita itu baru saja kembali dari luar kota setelah melakukan pertemuan dengan beberapa desainer ternama, untuk mengikuti pameran dan peragaan busana tradisional di kota tersebut dalam rangka memeriahkan acara kemerdekaan.
Shena berjalan secepat mungkin, memastikan bunyi suara itu. Kedua bola mata Shena membelalak dengan sempurna, ketika melihat sang suami dengan lancangnya berani menggunakan ranjang miliknya untuk berbagi keringat dan melakukan penyatuan bersama wanita lain.
"Menjijikan! Teganya kamu ngelakuin ini sama aku, Mas!" batin Shena bergemuruh menahan amarah. Kedua pelupuk matanya mulai berembun.
Arya memang teledor. Pria tinggi berkulit sawo matang tersebut selalu lupa untuk menutup pintu jika nafsunya ingin segera disalurkan.
Dengan sekuat tenaga wanita cantik berambut panjang itu meredam emosinya sendiri. Dengan tangan yang gemetar, wanita berusia tiga puluh lima tahun itu memberanikan diri untuk mengambil ponsel di dalam tasnya, kemudian merekam adegan tak senonoh yang kini terpampang di depan matanya.
Napas Shena semakin sesak ketika melihat sang suami yang dicintainya sangat menikmati suguhan dari kekasih gelapnya itu.
"A -- aku sangat mencintaimu, Vid," ucap Arya ditengah permainannya dengan suara yang terdengar parau.
Vidya merupakan seorang kasir yang bekerja di butik milik Shena. Kini wanita itu dengan lancangnya berani mengambil pria yang telah menjadi haknya secara utuh.
Shena kini benar-benar mati rasa terhadap suaminya sendiri.
Ketika kedua pengkhianat itu selesai melakukan pelepasan, Shena mematikan ponselnya karena merasa rekaman tadi sudah cukup untuk menjadi barang bukti saat mengajukan perceraian ke pengadilan nanti.
Benar! Tekad Shena sudah bulat karena dirinya akan menggugat Arya, agar bisa segera lepas dari pria itu.
"Apa harus kulabrak sekarang juga?" Shena bertanya pada dirinya sendiri.
"Ah, tidak! sebaiknya aku harus menghubungi seseorang."
Shena bergegas menuju ruang tamu. Dia mencari nama seseorang di salah satu daftar kontak ponselnya untuk dihubungi.
"Irma, tolong ke rumahku sekarang!" titah Shena pada wanita seusianya, yang merupakan asisten desainer di butik miliknya.
Tak butuh waktu lama untuk menunggu, Irma kini sudah berada di hadapan Shena. Wanita berambut sebahu itu terlihat terengah-engah, seolah dia baru saja berjalan dengan sangat cepat.
Shena dan Irma tinggal di satu komplek perumahan.
"Mbak Shena, apakah ada masalah penting? Maaf, biasanya Mbak Shena mene--"
"Sstt!!" Shena menempelkan jari telunjuk di depan mulutnya sendiri.
"Mbak Shena baik-baik aja, kan?" tanya Irma heran sekaligus khawatir.
"Sstt!!" seru Shena kini dengan mata melotot memberi aba-aba.
"Kenapa?" tanya Irma heran dengan suara berbisik.
"Ayo ikut aku, Ir!" Shena berbisik di telinga asistennya tersebut. Cengkeraman Shena sangat kuat di pergelangan tangan Irma.
"Ada apa sih, Mbak Shena?" tanya Irma yang menyeret kakinya dengan cepat, untuk menyeimbangkan langkahnya dengan Shena.
Sebenarnya Shena dilema melakukan ini. Ada rasa malu jikalau nanti semua warga juga harus mengetahui kelakuan suaminya yang sedang bermain di atas ranjang dengan adik kandung Irma.
Kadung hatinya merasa tersayat ribuan sembilu, Shena mencoba menutup mata hatinya dan berusaha untuk tak peduli dengan apa yang akan warga katakan nanti jika mengetahui tentang rumah tangganya yang karam diterpa perselingkuhan.
Shena membawa Irma menuju kamar utama yang berhadapan dengan ruang keluarga.
Shena mendorong Irma dengan seluruh emosinya, menyebabkan wanita bertubuh mungil itu menabrak pintu kamar yang tidak terkunci.
Pintu tersebut kini terbuka dengan lebar dan menampakkan dua insan yang masih menikmati permainannya berkali-kali hingga berkeringat.
"Lihat itu! Lihat, Irma!" perintah Shena pada Irma.
"Vidya!" pekik Irma dengan kencang.
Kedua bola mata Irma kini nampak merah menahan emosi, melihat kelakuan adik kesayangannya yang sangat mem4luk4n. Dia tidak menyangka, jika adik yang sangat disayanginya itu tega membuang kotoran di mukanya dengan melakukan hal seperti ini, selingkuh dengan suami atasannya sendiri.
Arya dan Vidya yang tampak terkejut bersembunyi di balik selimut. Reflek Irma masuk ke kamar tersebut dan menjambak rambut panjang Vidya dengan kuat hingga rontok beberapa helai.
"Aw! Lepasin, Mbak Irma. Jangan tarik rambut aku!" teriak Vidya dengan suaranya yang terdengar kesakitan akibat jambakan dari sang kakak dengan balutan emosi dalam dirinya.