/0/15589/coverorgin.jpg?v=19b448a2d83059ba8d3918d95d7937c5&imageMogr2/format/webp)
"Selamat datang. Mau pesan kue ap—?" Kalimat Zanara terhenti seketika, kala melihat siapa yang berdiri di hadapannya. Pria itu mengulas senyum paling memesona yang ia miliki, kemudian mengulurkan selembar uang pada Zanara yang berdiri di meja kasir.
"Apa maumu?" desisnya, tajam. Tatapan matanya memancarkan rasa kesal yang membuncah. Pria itu seperti kurang kerjaan karena datang hampir setiap hari di jam makan siang dan memesan seporsi shortcake dan tiramissu untuk ia nikmati bersama Marion. Dan kesalahan terbesar Zanara adalah membawa Marion bekerja lagi hari ini.
"Tenang, Zee ... aku hanya ingin bertemu Marion, kau tak perlu marah seperti itu. Strawberry shortcake untuk teman kencanku, dan tiramisu untukku. Terima kasih."
Zanara meraih uang di tangan Jayme dengan kesal. "Jangan lupa kalau Marion adalah putriku, Dokter Demir."
"Ah, kau tega sekali padaku. Bahkan sampai sekarang kau masih memanggilku seformal itu." Jayme menghela napas keras. "Aku tak tahu harus bagaimana lagi meluluhkan hatimu."
"Jangan melantur. Customerku akan enggan membeli kue di tokoku kalau kau terus saja datang seperti orang sakit jiwa. Makanlah, kemudian pergi dari sini."
Zanara menyodorkan nampan berisi dua pieces kue ke hadapan Jayme, lalu hendak berbalik, tetapi tangan Jayme mencekal lengan Zanara.
"Kau ... tidak ingin ikut makan denganku? Apakah kau sudah makan? Kau harus menjaga kesehatanmu demi Marion, jika tidak—"
"PAPA ...."
Jayme langsung menoleh seketika saat mendengar panggilan Marion yang layaknya alarm bagi Jayme. Ia sungguh menyukai gadis kecil itu, selain menyukai ibunya yang ketus. Anggap saja Marion adalah penghiburan baginya, setelah mendapatkan kalimat-kalimat pedas dari Zanara.
Jayme berjongkok demi menyejajarkan tingginya dengan gadis kecil yang mengenakan rok tutu dengan rambut kemerahan yang diikat seluruhnya ke atas. Ada pita kecil menghias di sana, ia memang sangat cantik seperti ibunya.
"Hai ... ini dia gadis kesayanganku. Bagaimana kabarmu? Apakah kau dan mamamu sudah makan siang? Bagaimana kalau kau ajak mama makan bersama?" Jayme mendekat ke telinga Marion sembari menyipitkan mata, kemudian berbisik. "Mamamu tidak mau kuajak makan siang."
"Jangan mempengaruhi anakku dengan bualanmu, Dokter Demir!" ketus Zanara, sembari sibuk menata kue di etalase. Siang ini toko sedang sepi, kue dagangannya juga hampir habis. Mungkin sore hari ia sudah bisa menutup tokonya dan pulang ke apartemen mereka.
Jayme bangkit, kemudian berdiri di depan meja kasir, menghadap Zanara dan menatap manik hazel cantik milik wanita itu.
"Makan sianglah bersamaku. Aku tahu kau pasti akan meluangkan waktu untuk hal itu, maksudku makan dan beristirahat. Namun, aku hanya ingin memastikan kalian sudah melakukannya. Kumohon."
Zanara tak menjawab, melainkan semakin menenggelamkan diri pada kesibukan yang sengaja dibuat-buat karena ia gugup akan kedatangan Jayme ke tokonya. Bukan karena ia menyukai pria itu, melainkan sekian lama ia menutup diri dan hidupnya dari lelaki, tetapi pria satu ini terus saja menempel padanya seperti permen karet bekas.
"Jangan memaksa, Jayme. Aku dan Marion baik-baik saja."
Jayme mendesah, ia berjalan keluar dari toko, kemudian menekan nomor di ponselnya. Tak berselang lama, sebuah motor dengan kotak besar bertuliskan 'PizzaPaw' berhenti di hadapan Jayme yang masih berdiri di tempat semula.
Ia menerima dua kotak pizza dan membawanya masuk, menyodorkan ke hadapan Zanara yang masih tak habis pikir dengan pria satu itu.
"Kau tak ingin makan di luar, berarti kau mau jika makan di sini, kan? Ayo temani aku dan Marion makan. Kita makan bersama."
Sungguh, Zanara ingin sekali menolak, tetapi akan percuma melakukan itu jika sudah berurusan dengan pria ini. Pria keras kepala yang tak berhenti mendekatinya selama dua setengah tahun ini, sampai-sampai Marion mengira dia sebagai ayahnya. Namun, tak rugi juga bagi Zanara, karena Jayme nyatanya sangat menyayangi Marion seperti putrinya sendiri.
Buktinya, kini dirinya menikmati makanannya sembari memangku Marion dan menyuapkan sepotong pizza, sementara gadis kecil itu menata rambut bonekanya.
/0/8459/coverorgin.jpg?v=1477a4d8a3e9c0942c4ba062b8c3cde8&imageMogr2/format/webp)
/0/21111/coverorgin.jpg?v=161b8b0630765dd2c3c08f773489b152&imageMogr2/format/webp)
/0/9363/coverorgin.jpg?v=20250122140033&imageMogr2/format/webp)
/0/3026/coverorgin.jpg?v=04555e14d73b3cb95f7bdbf0adc82621&imageMogr2/format/webp)
/0/2787/coverorgin.jpg?v=42c20005cd476ef50a34fcaa5cadbf12&imageMogr2/format/webp)
/0/4849/coverorgin.jpg?v=20250121182757&imageMogr2/format/webp)
/0/4227/coverorgin.jpg?v=20250121182300&imageMogr2/format/webp)
/0/3009/coverorgin.jpg?v=9237686087c4e81b4ab3f1506077a0c2&imageMogr2/format/webp)
/0/2862/coverorgin.jpg?v=51629458789b543129b08eac79405620&imageMogr2/format/webp)
/0/5023/coverorgin.jpg?v=9cfe80cbe37520d735f8880324f7b24a&imageMogr2/format/webp)
/0/7014/coverorgin.jpg?v=11d7c970ad840aba50d069dd1cb81e80&imageMogr2/format/webp)
/0/9957/coverorgin.jpg?v=b03f3a11aca74eff9564ae5f2028966c&imageMogr2/format/webp)
/0/9791/coverorgin.jpg?v=20250122182519&imageMogr2/format/webp)
/0/6474/coverorgin.jpg?v=8cca45b3e2dce31607a4371447c8d1c9&imageMogr2/format/webp)
/0/4599/coverorgin.jpg?v=1390a900c498ce0f9bbe603ecbcfa4e8&imageMogr2/format/webp)
/0/2662/coverorgin.jpg?v=01b14c6d7af7cd05447318af8fafabd8&imageMogr2/format/webp)
/0/7580/coverorgin.jpg?v=5d1032c24bfd636f2108122cb1831cda&imageMogr2/format/webp)
/0/20364/coverorgin.jpg?v=60cce906eb063103581e7133cb34449c&imageMogr2/format/webp)
/0/18149/coverorgin.jpg?v=ce5e371452e62983befb8ab77b2a6654&imageMogr2/format/webp)
/0/3097/coverorgin.jpg?v=7ef0508c8c95b2cdf07975a973103fcf&imageMogr2/format/webp)