Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Suara langkah lebar yang menggebu memasuki rumah dengan tatapan mencari ke sana kemari, tatapan yang panas dan murka.
"SHAREN DI MANA KAMU!"
Teriakan dari wanita paruh baya yang mencari anaknya dengan wajah memanas. Ia membuka pintu kamar yang biasa digunakan anaknya sebagai tempat berlindung, karena kamar adalah tempat yang menurutnya paling aman.
Sharena Athlasa, seorang gadis berusia 21 tahun, kuliah jurusan desain interior yang sudah menginjak semester enam. Ia adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Ia selalu berpikir kalau ibunya sangat tidak adil kepadanya dan hanya kepadanya. Ia sangat dibedakan dan disuruh banting tulang, padahal ia memiliki kakak perempuan yang jauh lebih di atasnya dan sudah bekerja.
Sharen baru saja keluar dari kamar mandi, ia melangkah menuju kamarnya, seketika ia melihat ibunya sedang berdiri di sana dengan wajah yang memerah. Sharen menatap bingung, apa yang terjadi dengan ibunya ini yang sudah di dalam kamarnya dengan ekspresi marah.
"Ibu ~" Baru satu kata Sharen keluarkan. Ibunya sudah memukulinya dengan rotan yang selalu menjadi senjata untuk anak-anaknya yang memalukan kesalahan.
"Ibu, sakiitt.. Ibu~"
Sharen mencoba menghindar. Ia tidak tahan rotan itu menyambut tubuhnya dengan kuat. Ia mencoba menghentikan ibunya.
"Kenapa ibu mukul, Sharen melakukan kesalahan apa, Bu?" ucap Sharen yang terus menghindar.
"Di mana handphone kamu, di mana?" teriak Dara - ibunya.
Sharen mantap ibunya bingung. Ia mengalihkan pandangannya menatap ponselnya yang sedang dicharger. Seketika Dara menurunkan rotannya, berarti itu menandakan kalau amarah dara menurun.
"Handphone, Sharen, lagi di cas, Bu," ucap Sharen.
Dara mengambil ponsel Sharen dengan kasar ketika melepas dari kabel data. Dara membanting ponsel Sharen di sana, Dara mengambil kembali ponsel Sharen lalu dibantingnya kembali. Sharen menatap tidak percaya, mengapa ibunya melakukan itu, melakukan pada ponselnya, dibanting berkali-kali di depannya tanpa menjelaskan sekata dua kata. Sharen menggelengkan kepalanya tidak percaya, hingga ia menutup mulut dengan tangannya.
"Kamu tahu kesalahan kamu? Kamu tahu kenapa rotan ini melayang ke kamu?" tanya Dara dengan tatapan amarah.
"Ibu kenapa banting handphone aku ~" Suara pelan dengan lemah itu keluar dari bibir Sharen.
"Itu karena kamu punya kesalahan," teriak Dara.
Kesalahan apa yang membuat Dara marah padanya, padahal Sharen tidak melakukan kesalahan hari ini atau hari-hari kemarin. Sudah cukup laptop Sharen satu-satu dibanting Dara hingga rusak karena Sharen tidak mengizinkan Nura - anak ketiga atau adik Sharen, karena dirinya sedang mengerjakan tugas desainnya yang masih setengah lagi. Tapi Nura mengadu pada Dara, saat itu juga saat Sharen lagi mengerjakan tugasnya, laptopnya langsung dibanting dan rusak fatal, hingga saat ini laptopnya masih terpajang di meja belajarnya walaupun tidak terpakai lagi.
Hanya handphone yang ia miliki untuk berkomunikasi dan mengerjakan tugas diluar desain 3D, bila ia ingin mengerjakan tugas 3D dalam bentuk video, ia harus ke warnet atau meminjam laptop universitas.
"Apa kesalahan Sharen, Bu?" tanya Sharen.
"Kamu lihat ini jam berapa?" ucap Dara.
Sharen menatap jam dinding di kamarnya itu. Jam 15.35 WIB, ia kembali menatap Dara.