/0/24556/coverorgin.jpg?v=e0382313514f34ff68f24fcc2520eda8&imageMogr2/format/webp)
Tuuttt! Tuuttt!
Nada dering yang menyatakan panggilan tersambung.
"Masuk, Cok!" kata Rendi ke teman-temannya dengan senyum sumringah.
"Ha...," suara korban menjawab.
Rendi tidak membiarkan korbannya berbicara, dengan cepat dia memulai
aktingnya, menangis histeris untuk meyakinkan korban.
"Mak... aku kecelakaan"
Suara riuh yang sengaja di buat menjadi background Rendi saat berbicara, agar terdengar meyakinkan.
"Mak ... tolong aku Mak! Mak!"
Korban terdengar gusar di seberang. 'Umpan bertemu ikan komandan'batin Rendi.
Tapi, kali ini Rendi benar-benar tidak menduga jawaban korban.
"Siapa Mamak kau?" suara di seberang lantang tidak ada suara kepanikan.
Rendi kembali berusaha meyakinkan tanpa menyebutkan nama.
"Aku loh, Mak! aku anak Mamak."
Orang diseberang terdengar menghela nafas.
"Kau kalau mau uang, kerja! bukan ngaku-ngaku jadi anakku trus minta uang, gitu 'kan maksudmu?"
'Sepertinya aktingku kurang meyakinkan' Monolog Rendi.
"Ishh, Mamak masa nggak perduli sama anak sendiri, Mak! tolong aku Mak!" Rendi mengeluarkan semua jurus aktingnya, agar dapat mengelabui korban, menangis dan terdengar sangat panik adalah jurus jitunya selama ini.
"Diam!" Suara di seberang membentak Rendi.
Pengeras suara yang aktif, membuat teman-teman Rendi mendengar teriakan korbannya.
Mereka terkejut bukan main, sepertinya mereka salah korban, suara riuh hasil dari suara yang di timbulkan mereka pun terhenti, hening sekejap.
"Sejak kapan aku punya anak, Hah? Pacar aja belum punya, kapan pulak anakku mencelat bisa kecelakaan, sinting kurasa kau, mau nipu aku pulak kau, kau jual ginjal kau itu sebelah kalau mau uang, malu kau sama monyet, monyet aja kerja biar makan, kau mau nipu, basi kali caramu"
Telepon di putuskan sepihak oleh calon korban yang gagal. Ya! gagal total. Mana calon korban lebih galak dari mama tiri lagi.
Aggrrh! Rendi mengacak rambutnya kasar, malam ini tidak jadi pesta miras. Mereka salah korban.
"Sabar, Boi! malam ini kita beli yang murah dulu, yang penting teler," Kata teman Rendi yang biasa disapa Bang Ucok.
Akhirnya tuak jadi tujuan terakhir. Harga murah tapi tetap membuat mabuk.
Mabuk adalah kebahagiaan tersendiri bagi Rendi. Entah sudah berapa banyak minuman beralkohol itu menggenangi tubuhnya.
Namun malam ini tak seperti biasanya, Rendi tidak bersemangat, bukan karena korban gagal masuk dalam jeratan, tapi, kata-kata perempuan itu berputar-putar di ingatan Rendi.
'Malu kau sama monyet, monyet aja kerja biar makan'
Rendi mengacak-acak rambutnya kesal, masa monyet lebih baik dari dirinya?
'Seburuk itu 'kah aku?' batin Rendi bergejolak.
Tuak yang teronggok di depannya sudah terlihat tidak nikmat. Ucok yang melihat temannya tak bersemangat menghampiri.
"Ngapa kau Ren, gak pala kau pikirkan kali kegagalan tadi, besok kita gas kan lagi," kata Ucok memberi energi positif bak Mario Teguh. Tapi, yang di semangati malah pergi.
"Cabut aku, Cok!" Rendi menyampirkan jaketnya di pundak.
"Mau kemana kau? gak asik kali ah!" panggil Ucok.
Rendi melambaikan tangan, menarik gas sepeda motornya, lalu pergi meninggalkan Ucok sendirian.
" Salah makan kurasa anak itu" Ucok bergumam sendirian.
Dilain tempat ada Mouza, gadis bertubuh mungil, bibir tipis dan mata bulat bak bola pimpong, sedang marah-marah tak jelas akibat tidur cantiknya di ganggu penelepon tidak tau aturan.
"Enak kali bibir dia manggil Mamak, dia kira aku pernah di kawini Bapaknya?" Mouza mengomel sendiri di kamarnya.
Matanya kini sulit diajak tidur kembali, padahal besok harus masuk shift pagi. Mouza bekerja sebagai operator di sebuah SPBU. Bosnya cukup galak, telat lima menit saja langsung potong gaji.
"Gara-gara penipu sialan itu lah ini ahh," Mouza uring-uringan.
Baru saja rasanya Mouza memejamkan mata, suara alarm sudah memekakkan telinganya. Mouza tersentak dan melirik jam di atas nakas, 05.30.
Mouza berlari menuju kamar mandi, hanya sisa waktu 30 menit, menurut Mouza adalah waktu yang sangat mepet berhubung banyak ritual wajib yang harus di lakukan di kamar mandi, seperti menghayal jadi istri Lee Min Hoo diatas kloset, menyanyi seperti Jessi J dalam kamar mandi, yang sering berujung teriakan Ibunya dari dapur.
/0/2130/coverorgin.jpg?v=0898bc8b430b58c8088e6d499bb8e0ec&imageMogr2/format/webp)
/0/3898/coverorgin.jpg?v=e8c73da8248f56bfc2354a940f0bf48f&imageMogr2/format/webp)
/0/12508/coverorgin.jpg?v=0b62fa134f25a5ff8c6f34782f050eb1&imageMogr2/format/webp)
/0/12633/coverorgin.jpg?v=c9de61e739fa9a08b6c85b4a7aeb29cd&imageMogr2/format/webp)
/0/24530/coverorgin.jpg?v=b5a24a122497a045d676b8dbecba4170&imageMogr2/format/webp)
/0/4700/coverorgin.jpg?v=8e204fb0ca9f9e6f9f9e11ff6d15da84&imageMogr2/format/webp)
/0/3842/coverorgin.jpg?v=de09c53e8573901198012dbb4b7846b1&imageMogr2/format/webp)
/0/23122/coverorgin.jpg?v=e07f203525618a6f8d7e40b58e3f2b5b&imageMogr2/format/webp)
/0/2924/coverorgin.jpg?v=e04338abf21ffe69c7f334fed521390c&imageMogr2/format/webp)
/0/10432/coverorgin.jpg?v=55eec7bd8c6ddef6ed23f46ede30247b&imageMogr2/format/webp)
/0/5756/coverorgin.jpg?v=22395f8a604d06774cbebbcddcc206b3&imageMogr2/format/webp)
/0/4283/coverorgin.jpg?v=20b81958f3c769953e53d59299eac0b2&imageMogr2/format/webp)
/0/21350/coverorgin.jpg?v=d843d606f9b710392d25f3a57952174d&imageMogr2/format/webp)
/0/27606/coverorgin.jpg?v=6ec4f207f52e481d680f04e3e9fb6f14&imageMogr2/format/webp)
/0/29587/coverorgin.jpg?v=40f82194c75834104df5839c131f6d97&imageMogr2/format/webp)
/0/8536/coverorgin.jpg?v=92c4ec56ea963e8582e65efa39e8f979&imageMogr2/format/webp)
/0/28848/coverorgin.jpg?v=9ff5f54c52ecac9586d2d0e9bb5d3f1a&imageMogr2/format/webp)
/0/3227/coverorgin.jpg?v=ed538cf120a68aa67c6b60f59e833617&imageMogr2/format/webp)
/0/3556/coverorgin.jpg?v=ec390f80ad1ac726261e39ac3654fedf&imageMogr2/format/webp)
/0/20634/coverorgin.jpg?v=dd7df1d1178f46eda006a4fcfb9eae4c&imageMogr2/format/webp)