Matahari pagi menyorot hangat ke dalam ruang 4.207 di lantai dua gedung Fakultas Ekonomi Universitas Mandala. Ruangan itu sudah penuh oleh mahasiswa semester empat yang sedang bersiap mengikuti mata kuliah "Akuntansi Keuangan Menengah I", salah satu mata kuliah inti bagi jurusan Akuntansi.
Di depan kelas, tepat pukul 08.00, pintu terbuka dengan suara klik yang langsung disambut riuh pelan mahasiswa. Sosok yang masuk bukan dosen tua dengan jas kusut dan rambut beruban seperti kebanyakan, melainkan pria tinggi berwajah bersih dengan kemeja putih yang digulung rapi di lengan, celana kain abu-abu gelap, dan senyum tipis yang entah bagaimana bisa membuat seisi kelas mendadak lebih hidup.
"Selamat pagi, semuanya. Saya Tama Pratama, M.Acc, CPA, pengampu mata kuliah ini," ucapnya dengan suara tenang namun jelas. Gelar M.Acc menunjukkan gelar Master of Accounting yang dia raih dari universitas ternama di luar negeri, dan CPA adalah sertifikasi sebagai akuntan profesional yang menambah prestisenya.
Tama memang dosen muda yang sedang naik daun di kalangan mahasiswa. Selain karena kemampuannya menjelaskan topik-topik rumit seperti "pengakuan pendapatan berbasis akrual" dengan cara yang mudah dimengerti, wajah tampan dan gaya mengajarnya yang santai tapi cerdas membuatnya menjadi idola banyak mahasiswa, terutama mahasiswi.
Termasuk Dewi.
Dewi, mahasiswi ceria dengan rambut panjang se pantat dan kuku yang selalu berganti warna setiap minggu, duduk di bangku kedua dari depan, sebelah Aruna. Matanya sudah berbinar sejak lima menit sebelum Tama datang, dan dia dengan semangat menyiapkan buku catatan serta bolpoin warna-warni yang katanya untuk "menulis ilmu dengan cinta".
"Gila, Na. Dosen seganteng ini ngajar akuntansi? Rasanya kayak nonton drama Korea tapi isinya debit-kredit," bisik Dewi dengan suara tertahan, membuat beberapa mahasiswa di sekitar mereka ikut tersenyum.
Tapi Aruna hanya mengangguk pelan, tidak menanggapi lebih jauh. Dia mengenakan kemeja abu dan celana jeans longgar, rambut diikat satu, dan wajah datar yang nyaris tidak menunjukkan minat terhadap apapun selain layar laptopnya. Dia tipe mahasiswi yang masuk kuliah tepat waktu, mengerjakan tugas, lulus ujian, tanpa embel-embel euforia.
Baginya, dosen tetaplah dosen. Mau seganteng apapun, tidak ada bedanya.
"Aruna Janitra ya? Saya lihat nama kamu cukup sering di daftar nilai ujian tengah semester. Kerja bagus."
Suaranya membuat kepala Aruna perlahan terangkat. Dosen muda itu baru saja menyebut namanya. Kelas mendadak hening. Mata-mata penuh rasa ingin tahu mulai mengarah pada gadis yang biasanya luput dari perhatian.
"Terima kasih, Pak," jawab Aruna singkat. Suaranya datar, tanpa intonasi. Lalu kembali menunduk.
Tama tampak tersenyum kecil, lalu melanjutkan penjelasannya tentang pencatatan aktiva tetap dengan metode garis lurus.
Dewi menatap Aruna dengan wajah penuh curiga. "Jangan bilang kamu nggak deg-degan barusan?"
"Enggak."
"Kamu ini manusia atau robot sih?" sengit Dewi. Teman satu-satunya Aruna di kampus, teman dari mereka SMP. Dewi si bocah ekstrovert.
Tapi Aruna tidak menjawab. Dalam hati, dia justru merasa heran. Kenapa seorang dosen repot-repot memperhatikan nilai mahasiswanya secara personal? Namun dia mengabaikan itu. Baginya, akuntansi adalah tentang angka, bukan perasaan.
Yang belum dia tahu, bagi Tama, sejak pagi itu, nama "Aruna Janitra" tidak hanya muncul di daftar nilai. Tapi mulai diam-diam menempati satu ruang di pikirannya.
/0/28867/coverorgin.jpg?v=7b0e6024e1de511891092aedce1d1655&imageMogr2/format/webp)
/0/9024/coverorgin.jpg?v=7a2b9388187c6810ec1403666ec164a2&imageMogr2/format/webp)
/0/21438/coverorgin.jpg?v=0b02ebfe9498379b9de835ace5234dfc&imageMogr2/format/webp)
/0/20212/coverorgin.jpg?v=8704580479c1067c241cc50e5d87daee&imageMogr2/format/webp)
/0/2446/coverorgin.jpg?v=f6d9bcad1b57dd615f2d32909f9e4759&imageMogr2/format/webp)
/0/22779/coverorgin.jpg?v=c7df2ae606df727a42b8bbece4cef249&imageMogr2/format/webp)
/0/27624/coverorgin.jpg?v=d835003021b2dcaffd0db8369e1c1393&imageMogr2/format/webp)
/0/3861/coverorgin.jpg?v=7853e354b1b8adaa688c7c566758571a&imageMogr2/format/webp)
/0/20579/coverorgin.jpg?v=2a9ead463aa57c9d48544b5acfa2bce0&imageMogr2/format/webp)
/0/28398/coverorgin.jpg?v=20251124182459&imageMogr2/format/webp)
/0/2043/coverorgin.jpg?v=93e3a3639434d4fc342eaf71edd5293d&imageMogr2/format/webp)
/0/5358/coverorgin.jpg?v=6d4c9a2ab90be39e6bdaf94bf3cd580e&imageMogr2/format/webp)
/0/3400/coverorgin.jpg?v=33a021e708a82c87036af9ed381d3ca3&imageMogr2/format/webp)
/0/3939/coverorgin.jpg?v=941fdc8b2225acf82e284984594fa01d&imageMogr2/format/webp)