Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Hamil dengan Mantan Bosku
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Suamiku Nakal dan Liar
"Hmmmph... Aahhh...." terdengar desahan dua insan manusia yang baru saja mencapai puncaknya bersamaan.
"Hmmm.. Ayolah! " ujar Mela yang masih berada dibawah kungkungan kekasihnya Arvin.
Meski sudah menghabiskan waktu berduaan bersama sang kekasih seharian ini, Arvin serasa tidak rela melepaskan sang kekasihnya pergi dari sisinya.
Seharian ini, Arvin dan Mela berduaan sejak pagi dirumah kost Arvin. Itu adalah kebiasaan mereka disaat Mela libur kuliah.
Arvin yang memutuskan mengontrak sebuah kamar kost ketimbang tinggal bersama orang tuanya. Bukan tidak punya alasan, semua itu Arvin lakukan demi sang wanitanya.
Cinta yang terhalang restu dari kedua orangtua Arvin, membuat dia nekat melakukan apa saja.
Begitu juga dengan Mela, tidak berbeda dari kedua orangtua Arvin, orangtua Mela pun sama.
Entah apa yang membuat orang tua mereka tidak setuju dengan kisah cinta mereka berdua.
Arvin yang saat ini hanya bekerja sebagai karyawan kontrak disalah satu instansi pemerintah, tentu saja menjadi salah satu alasan orang tua Mela tidak mengizinkan Arvin menjadi menantu mereka.
Lalu, bagaimana dengan Mela? Apa yang membuat orangtua Arvin begitu menentang hubungan keduanya?
Masa lalu. Masa lalu Mela yang kelam dan tidak baik-baik saja adalah alasan orangtua Arvin.
Namun, percayalah kedua orangtua dari dua pihak itu hanya menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Hanya cara yang berbeda-beda.
Cinta yang begitu besar, membuat baik Arvin ataupun Mela tidak peduli akan restu dari kedua orangtua mereka. Yang pasti, bagi keduanya mereka akan bersama walau tanpa restu kedua orangtua.
"Ayolah sayang! Aku harus pergi," rengek Mela kembali pada Arvin.
Dengan berat hati, Arvin akhirnya melepaskan pelukan eratnya ditubuh ramping sang kekasih.
Mela segera beranjak memasuki kamar mandi yang berada disudut ruangan kamar kost Arvin. Diikuti Arvin, yang juga ikut membersihkan diri.
Ruangan kamar kost ini memang tidak terlalu besar, hanya berukuran empat kali empat meter persegi. Namun, terdapat kamar mandi kecil didalamnya, dan tersedia sebuah kasur yang hanya cukup untuk satu orang saja.
Disanalah biasanya dua insan itu menghabiskan waktu berduaan.
Mereka tidak berpacaran sebagaimana orang lainnya. Karena takut, jika mereka bepergian nantinya akan ketahuan oleh pihak keluarga masing-masing.
"Kamu akan menemui lelaki tua itu lagi sayang?" tanya Arvin pada Mela yang sedang memakai kembali pakaiannya, setelah dilemparkan sembarangan oleh kekasihnya yang selalu membuka pakaiannya jika mereka berduaan.
"Hmmm, " ujar Mela yang hanya berdeham karena dirinya sedang memakai kembali lipstiknya yang telah luntur.
"Kapan kamu akan berhenti seperti ini, Mel? " tanya Arvin lagi yang tampak tidak terima dengan pekerjaan kekasihnya itu.
Mela menghela nafas panjang dan menghembuskan perlahan sebelum menjawab pertanyaan Arvin, "Kita sudah pernah bahas ini kan? " tanya Mela menatap Arvin sendu. Seolah memohon untuk tidak membahas ini.
"Mel, aku tidak rela jika harus berbagi dirimu dengan lelaki tua itu." Protes Arvin tidak terima Mela yang ingin menghindari pembahasan mereka.
"Nanti, saat kuliahku selesai. Semua akan berakhir," ujar Mela dengan senyuman dibibirnya.
Mela berdiri, dan mendekati Arvin yang duduk diatas kasur, mengecup sekilas pipi pria itu sebelum berpamitan.
"Aku pergi ya, sayang." Pamit Mela yang sudah kembali rapi pada sang kekasih.
Namun, Arvin yang tidak rela langsung menarik tangan Mela. Dan Mela yang terkejut, terjatuh kembali disisi Arvin.
"Aaaaww.... " jerit Mela yang terjatuh.
Namun, berbeda dengan Mela, Arvin dengan wajah datarnya terus menatap Mela intens.
"Duh, kamu apa-apaan sih, Vin. " Kesal Mela pada kekasihnya.
"Kamu kenapa sih? " tanyanya lagi pada Arvin. Karena semakin kesal, kekasihnya itu tidak menanggapi dirinya.
"Aku.... Mau kamu berhenti! " ucap Arvin tegas dan masih menatap Mela.
"Vin, tolong ya. Kita udah sering bahas ini. Kamu kenapa jadi kayak gini sih? "
"Ya udah. Kalau gitu kamu berhenti dari kerjaan kamu. Aku nggak terima Mel,"
"Oke. Aku berhenti, sekarang pun aku nggak akan pergi bertemu lelaki itu. Tapi, kamu yang akan memenuhi semua kebutuhan aku dan biaya kuliah aku." Marah Mela yang melipat tangannya didada dan tidak menatap wajah Arvin. Mela sengaja mengalihkan pandangannya dari Arvin.
"Mel, kamu ngertiin aku dong. Aku cuma tidak mau berbagi dirimu !" bentak Arvin pada Mela.
"Iya aku ngerti. Kamu bisa kan memenuhi semua kebutuhan aku? " tantang Mela pada Arvin.
Mendengar ucapan Mela, membuat Arvin gusar. Dia mengusap wajahnya frustasi. Jelas saja dia tidak akan sanggup memenuhi yang Mela katakan. Gajinya perbulan juga kadang tidak cukup untuk biaya hidupnya sendiri, apalagi dia harus memenuhi kebutuhan kekasihnya.
"Oke. Untuk hari ini, pikirkan lah. Jika setelah ini kamu mampu memenuhi kebutuhanku, maka aku akan berhenti." Putus Mela yang akhirnya beranjak meninggalkan kekasihnya, Arvin yang masih terpaku akan ucapan dan permintaan Mela.
'Mel, aku sayang sama kamu,' gumam Arvin yang melihat punggung kekasihnya yang semakin lama semakin beranjak jauh.
Setelah kepergian Mela, Arvin duduk disudut kamarnya sambil melihat keluar dari jendela kaca kamar kostnya.
Tiba-tiba teringat ucapan kekasihnya, meminta permintaan Mela dipenuhi agar Mela berhenti menjadi simpanan 'suami orang'.
Ya. Seperti itulah cara Mela memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebelum memilih profesi itu, Mela pernah bekerja sebagai karyawan di salah satu instansi, gaji yang pas-pas-an, jangankan untuk biaya kuliahnya. Biaya pulang-pergi kuliah saja tidak cukup, apalagi untuk biaya semesternya yang terbilang cukup besar.