Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Seorang gadis berjalan di koridor sekolah. Dia seperti sedang kebingungan mencari sesuatu. Sekolah memang sangat sepi, hanya ada suara beberapa guru dari dalam ruang kelas, karena KBM sedang berlangsung. Tampaknya, dia seorang murid baru. Terlihat dari penampilannya yang mengenakan seragam dari sekolah lain.
Melihat ada seorang lelaki sedang berjalan jauh di depannya, ia mempercepat langkah. Namun lelaki itu malah berbalik badan mengakibatkan mereka menjadi bertabrakan.
"Sorry,"ย ucap lelaki tersebut. Sang gadis malah berdecak.
"Murid baru?" tanya lelaki itu lagi. Gadis yang ditanya hanya mengangguk.
"Langit," sergah cowok tersebut, lalu mengulurkan tangan.
"Naya," balas cewek tadi tanpa menerima uluran tangan dari Langit.
"Ke mana?" tanya Langit.
"Ruang administrasi," jawab Naya tanpa menatap Langit.
Langit hanya membalasnya dengan, "oh."
"Anterin," pinta Naya kemudian. Langit hanya berdehem. Setelahnya mereka berjalan tanpa mengeluarkan suara.
"Udah sampe," kata Langit.
Tanpa sepatah kata, Naya masuk. Sedangkan Langit hanya menatapnya, lalu masuk ke ruang kantor guru. Jadi, ruang administrasi dan ruang kantor guru itu bersebelahan. Ruang administrasi terletak di sebelah kanan ruang kantor guru.
"Saya murid baru, Pak. Mau ngurus administrasi," jelas Naya setelah ditanya Pak Riswan tentang keperluannya datang ke sini.
"Oh, yang namanya Maya itu, ya?" tanya Pak Riswan sok tau.
"Naya," jawab Naya singkat.
"Hmm, iya iya saya salah. Wanita memang selalu benar," celetuk Pak Riswan sambil mengangguk-angguk kan kepalanya.
"Sinting," umpat Naya dalam hati.
"Oh iya. Ini, Pak, berkas yang mau dikumpulin." Naya menyodorkan map biru yang berisi berkas-berkas pendaftaran.
Pak Riswan menerimanya, Naya melepaskan genggamannya pada map. Namun Pak Riswan ikut melepaskan map itu, membuatnya jatuh dan berakhir berantakan di atas meja. Naya dengan sigap membereskan map tersebut, tetapi lagi-lagi Pak Riswan mengikuti gerakannya, sehingga tangan mereka saling bersentuhan. Otomatis Naya menarik tangannya. Sedangkan Pak Riswan tersenyum lalu mengedipkan sebelah mata ke arah Naya, kemudian membereskan map milik Naya yang berserakan diatas meja. Membuat Naya bergidik merinding.
"Pak, saya boleh keluar?" tanya Naya yang mulai risih dengan kelakuan Pak Riswan.
"Sebentar," sahut Pak Riswan.
"Nih, kamu tanda tangan di sini." Pak Riswan menunjuk sisi pojok kanan bawah kertas yang disodorkannya.ย
Tanpa bantahan, Naya pun melakukannya. Ternyata setelah ia amati, kertas itu berisi peraturan tata tertib yang harus ditaati oleh semua warga sekolah.
Naya menyerahkan kertas tatib yang telah ditanda tanganinya kepada Pak Riswan.
"Nah, setelah ngasih tanda tangan. Kamu ngasih tanda di sini ya," cetus Pak Riswan sambil menunjuk ke arah lehernya sendiri.
Mata Naya di buat melotot oleh kelakuan Pak Riswan tersebut. Sedangkan Pak Riswan hanya tertawa.
"Brengsek banget lo jadi guru!" emosi Naya meluap.
"Santai kali, becanda doang. Ini ada peraturan sekolah, jangan lupa nanti dibaca dan dipelajari.
Administrasinya udah diurus sama wali kamu. Untuk seragam nanti menyesuaikan yang lainnya, ya," jelas Pak Riswan panjang lebar tanpa menghiraukan amarah Naya. Naya menerima kertas yang diberikan oleh Pak Riswan dengan kasar.
"Nanti seragamnya ambil di koperasi aja sekalian atributnya. Bilang sama yang jaga, kalau seragamnya udah dibayar ke Pak Riswan." Naya berdiri setelah mendengar ocehan Pak Riswan. Membalikkan badan, ia berjalan keluar dari ruangan laknat itu.
"Mau kemana?" tanya Pak Riswan. Sontak membuat langkah Naya terhenti.
"Ke kelas lah," jawab Naya yang sudah membalikkan badannya menghadap Pak Riswan.
"Emang kamu tau kelas kamu di mana?" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya.
Nayaย kicep. Memalukan. Bagaimana bisa dia melupakan fakta bahwa dirinya adalah murid baru di sini.
"Naya!" panggil seseorang dari luar ruangan yang membuat Naya menoleh ke belakang.
"Apa?" tanya Naya bingung karena tiba-tiba Langit memanggilnya.
Tanpa permisi, Langit masuk ke dalam ruangan itu, untuk menemui Naya pastinya.
"Udah?" tanyanya kepada Naya. Naya menautkan alisnya.
"Apany--" ucapannya terpotong ketika mendengar deheman.
"Eh, Pak Riswan." Langit menyapa lalu menghampiri Pak Riswan.
"Jadi gimana? Ini anak urusannya udah beres?" tanya Langit kepada Pak Riswan.
"Udah. Bawa pacar lo itu ke kelas dia," jawab Pak Riswan.
"Lah, kelasnya yang mana?" tanya Langit.
"Ya ke kelas lo lah. Dimana lagi? Kursi MIPA yang kosong kan cuma kelas lo doang," jawab Pak Riswan.