Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"ADUH!" teriak Runa saat kepalanya terkena lemparan gayung dari tetangga yang benci dengan dirinya.
"Dasar cewek ganjen! Jual diri lo sana di pinggir jalan! Jangan ngelonte di daerah sini! Bikin resah lo, Runa!" teriak wanita dengan daster yang ia angkat hingga sepaha.
"Eh! Suami Ibu aja yang keganjenan! Saya baru pulang kerja, lewat gang depan, malah di colek-colek sama suaminya! Saya hajar sekalian, baru di pelintir begitu udah mengsol tuh tangan, kan! Rasain!" teriak Runa membalas.
"Ada lo di sini resahin tau nggak lo, Runa! Kerja apa yang jam dua pagi baru balik! Ngelonte kan lo!"
Runa melotot, ia menghampiri tetagga dekat rumahnya. "Jangan asal ucap lambe jeber anda ya, Ibu. Saya tanya, ngapain suami Ibu malam-malam masih nongkrong! Nggak dapet service dari istrinya? Pantesaannn." Runa bersedekap, berbicara dengan dagu terangkat.
"Udah kere, belagu lo, Run! Kalau mau jual diri yang jauh sana!" Hina wanita itu. Runa mendengkus dan menekan ujung pipi dalamnya dengan lidah. Ia menatap sinis ke tetangganya itu.
"Lihat ya, Bu, suatu hari saya beli omongan Ibu itu pake duit segepok. Saya lempar ke muka Ibu dan Ibu harus keliling RT ini sambil teriak. Runa bukan orang Kere! Saya minta maaf!. Setuju? Dan saya akan dapatkan uang itu dengan cara yang baik. Bukan melacur kayak Ibu fitnah. Anak Ibu perempuan, baik-baik kalo ngomong! Sialan."
Runa berjalan kembali ke dalam rumah, tampak Adik laki-lakinya yang memakai seragam SMA hanya bisa menghela napas. "Kak, sabar dikit sih, jadi orang, kasihan Ibu sama Bapak kalau heboh lagi gossip tentang lo di sini," ucap Arbi yang sudah memakai sepatunya.
"Biarin aja! Emang tuh mulutnya parah banget. Nuduh gue ngelonte, kampret. Lakinya aja yang gatel colek-colek gue semalam." Omel Runa.
"Kakak sampai kapan kerja jadi cleaning service bioskop itu jadinya, coba cari kerjaan lain, Kak."
"Kalo ada ya gue mau, Bi, tapi apa, yang cepet cuma jadi cleaning service ini. Doain gue deh, Bi, siapa tau ada orang kaya yang mau jadiin gue istri muda. Nggak masalah. Biar lo bisa sekolah, kuliah, dan gue sumpel tuh mulut orang resek!"
Runa begitu emosi. Arbi mencium pipi Kakaknya lalu pamit berangkat sekolah. Runa hanya bisa memasrahkan, fitnah untuk dirinya tak akan pernah berhenti sampai ia membuktikannya suatu hari nanti.
***
Ia duduk di teras, selesai menjemur pakaian miliknya yang ia cuci. Tatapannya menerawang, helanaan napas kasar juga ia tunjukkan. Tubuhnya ia sandarkan pada dinding, mengusap kasar wajahnya karena kesal terus-terusan dihija juga difitnah seperti itu.