Di Bandara Kota Sema, Sabrina Andarias berdiri menunggu di area tunggu dengan koper besar di kakinya.
Dia melirik jam tangannya lagi. Sudah tiga puluh menit berlalu sejak dia turun dari pesawat. Namun, suami yang menikahinya setahun yang lalu tidak terlihat di mana pun.
Dia mengipasi dirinya dengan jari-jarinya sambil mengernyit. Sabrina sudah memiliki kesan buruk terhadap seseorang yang belum pernah dia temui.
Seharusnya ini menjadi pertemuan pertama mereka. Bagaimana pria itu bisa datang terlambat?
Saat Sabrina menyaksikan orang-orang datang dan pergi, dia pun mengingat pernikahannya yang dilaksanakan secara terburu-buru.
Itu terjadi setahun yang lalu setelah kakeknya menderita penyakit parah.
Sabrina yang saat itu sedang berada di luar negeri bergegas pulang menemuinya. Saat itulah kakeknya menyatakan bahwa dia berharap melihatnya segera menikah.
Sabrina ingin menolak permintaannya. Namun, ketika dia teringat bagaimana kakeknya telah mengadopsinya dari panti asuhan dan membesarkannya hingga menjadi dewasa, dia tidak sampai hati untuk mengecewakannya.
Karena itulah, dia menikah dengan pria yang dipilihkan kakeknya untuknya, seorang pria yang belum pernah dia temui.
Calon suaminya tidak hadir pada hari pernikahan mereka. Ada orang lain yang turun tangan untuk mendaftarkan pernikahan mereka.
Sabrina sama sekali tidak mengenal suaminya sendiri. Yang dia ketahui hanyalah namanya dan pria itu adalah seorang pengusaha.
Sampai hari ini, Sabrina tidak yakin apakah pilihan yang tepat baginya untuk berkompromi. Orang yang menjadi suaminya tidak benar-benar memberinya sesuatu yang bisa Sabrina sukai.
Dia melirik jam tangannya untuk yang keseratus kalinya. Sepuluh menit lainnya telah berlalu.
Sabrina menghela napas dengan putus asa. Saat dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubunginya kakeknya, suara melengking menembus udara dan hampir memecahkan gendang telinganya.
Mobil Aston Martin berwarna perak berhenti di depannya. Jendela di bagian kursi pengemudi diturunkan.
Sabrina mundur selangkah. Begitu dia melihat wajah yang dikenalnya, dia berseru, "Kenapa kamu ada di sini?"
Di belakang kemudi adalah orang yang paling tidak diharapkannya untuk ditemuinya sekarang, sepupunya, Ogi Patris.
"Aduh! Perkataanmu menyakiti hatiku!" Ogi memegangi dadanya seolah dia benar-benar terluka. Setelah keluar dari mobil, ekspresinya berubah cemberut. "Kembalinya kamu ke sini sangatlah penting. Kita berdua sudah lama tidak bertemu. Sebagai sepupumu, aku tidak bisa menahan diri untuk datang menjemputmu sendiri, tapi kamu sangat jahat padaku. Ini sungguh tidak adil!"
Sabrina sudah terbiasa dengan aktingnya yang buruk.
Dia memutar bola matanya ke atas dan mengatupkan gigi, menolak untuk berbicara.
"Masuklah, Sabrina. Kamu pasti lelah dan lapar. Ayo, aku akan mentraktirmu makan siang." Setelah meraih kopernya dengan satu tangan, Ogi meletakkan tangan lainnya di bahunya dan mendorongnya ke mobil.
"Tunggu! Aku tidak bisa ikut denganmu." Sabrina menghentikannya.
"Kenapa?" Ogi berhenti. Dia mendengus ketika beberapa saat kemudian dia memahami jawabannya. "Apa itu karena suamimu? Kamu masih ingin menunggu kedatangannya?"
Sabrina tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi ekspresi wajahnya menjelaskan semuanya.
Ogi mendengus. "Jangan menunggunya lagi. Perlukah aku mengingatkanmu bahwa dia tidak pernah menghubungimu sejak kalian berdua menikah? Bukankah itu sudah cukup memberitahumu yang perlu kamu ketahui?"
Sabrina tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawabnya.
"Jika dia ingin datang menjemputmu, dia pasti sudah datang sebelum aku. Bagaimana kamu bisa memercayai pria yang telah mengabaikan keberadaanmu selama satu tahun?" tambah Ogi dengan nada yang lebih sinis.
/0/15671/coverorgin.jpg?v=74d2f39c3fb4e4db67973a2933f899b5&imageMogr2/format/webp)
/0/19092/coverorgin.jpg?v=e5dfe54b49e546757ebf94e0e0fde06e&imageMogr2/format/webp)
/0/6079/coverorgin.jpg?v=00a1f6c0c468fd46d51c37e5460a9c74&imageMogr2/format/webp)
/0/4130/coverorgin.jpg?v=08e0ea24a3929e076e664ac257a3f876&imageMogr2/format/webp)
/0/21526/coverorgin.jpg?v=909ff4acedc1052686c7baa41fc7d76b&imageMogr2/format/webp)
/0/12760/coverorgin.jpg?v=5fbda0a58e6c4dbafe7cc37130c26aea&imageMogr2/format/webp)
/0/21434/coverorgin.jpg?v=28d31df4bc3e5e1d841f634ef2a20bdb&imageMogr2/format/webp)
/0/26439/coverorgin.jpg?v=ecd29a2007477a657f9164537df95b96&imageMogr2/format/webp)
/0/5777/coverorgin.jpg?v=88b08f7d4264446951b5f7ed1a5a823d&imageMogr2/format/webp)
/0/3263/coverorgin.jpg?v=da51877b94893f98820b80291b788f0a&imageMogr2/format/webp)
/0/16616/coverorgin.jpg?v=53a146eba0114a71857447c93a130608&imageMogr2/format/webp)
/0/4769/coverorgin.jpg?v=9fccc50e758603cff30640f79b5a6911&imageMogr2/format/webp)
/0/13462/coverorgin.jpg?v=0c616a1344722e20590590b6ebde98df&imageMogr2/format/webp)
/0/13486/coverorgin.jpg?v=4d70dc5d84d0c7c298ee2d95678721f2&imageMogr2/format/webp)
/0/18693/coverorgin.jpg?v=b47fb6091ccd5dc83be6d07ed6a1f4d1&imageMogr2/format/webp)
/0/19217/coverorgin.jpg?v=9bc5732d7d827855db7ee5fcf0b96fa5&imageMogr2/format/webp)
/0/19556/coverorgin.jpg?v=9a9eb52edc520ea5cbec2871ef3d874d&imageMogr2/format/webp)
/0/18454/coverorgin.jpg?v=6ec314479b50e99d85a4e920e53be21b&imageMogr2/format/webp)
/0/7183/coverorgin.jpg?v=2c7413fa5623c226eb15c56a42383ec6&imageMogr2/format/webp)
/0/24786/coverorgin.jpg?v=8b4900a9b5e54ae058c619b10f342531&imageMogr2/format/webp)