Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Cepat cari kerja dan jangan malas-malasan di rumah, Alice. Kamu baru
saja dipecat karena menendang anak bosmu dan sekarang kamu enakenakan nonton dan makan seenaknya!" Seorang wanita paruh baya
mengomel dengan membawa kemoceng di tangannya.
"Nanti dulu, Ma. Aku masih ingin istirahat. Lagian anak bos songong
banget, bagaimana aku tidak emosi jika dia memegang pantatku.
Bayangkan, pantatku dipegang dan dia tidak mau minta maaf, sungguh
kurang ajar sekali!" Gadis yang bernama Alice itu bercerita dengan penuh
emosi.
"Berhenti mengeluh dan mencari pekerjaan! Aku tidak mau terus menerus
memberimu uang aku ini sudah tua tolong mengerti!" Wanita paruh baya
tadi terlihat kesal saat mengatakan itu.
Alice Handerson berwajah cantik, berkulit mulus berambut panjang. Sudah
banyak lelaki yang jatuh hati pada Alice. Namun, semua berujung
penolakan saat tahu ke mana arah pandang mereka. Dada Alice, dada Alice
memang tergolong idaman para pria tidak kecil dan tidak besar layaknya
artis yang menggunakan alat bantu pembesar payudara.
Alice sangat tidak menyukai lelaki yang seperti itu. Dia menyukai lelaki
yang mencintainya apa adanya bukan ada apanya. Pasti wanita mana pun
juga menginginkan yang seperti itu.
"Baiklah, Mama. Aku akan mencari pekerjaan sekarang." Alice akhirnya
mengalah dan meninggalkan tempat terenak miliknya.
"Ayahmu bilang Royal Garden membuka lowong pekerjaan, datang saja ke
sana siapa tahu kamu diterima. Royal Garden termasuk perusahaan besar
yang sudah bertaraf internasional gaji di sana juga besar kalau diterima di
sana kamu pasti juga bisa masuk di perusahaan ayahmu." Orang itu berujar
dengan santai dan membersihkan debu-debu yang ada di sana.
Alice melirik ibunya dengan kesal. Alice bukanlah anak orang yang tidak
berkecukupan bisa dibilang dia hidup serba berkecukupan. Namun,
keluarganya tidak mau memberi uang setelah Alice selesai lulus kuliah,
diharuskan untuk mencari kerja sendiri dan mencari uang sendiri.
Ayah Alice Patter Henderson pembisnis ulung yang sudah puluhan tahun
berkecimpung di dunia bisnis. Namanya bukan hanya isapan jempol
semata, nama Patter sudah melambung tinggi selama beberapa dekade ini.
Patter memang seorang pembisnis. Namun, dia menolak dengan tegas awak
media mengetahui mengenai tentang masalah pribadi entah itu istri, rumah,
anak, keluarga, dan segalanya dia menolak membuka suara tentang itu.
Sedangkan ibu Alice adalah Resti Adiwangsa ibu rumah tangga yang tegas
dan pemilih dalam segala hal. Sikapnya yang seperti itu tidak jarang
membuat Alice dan ibunya bertengkar karena berbeda pendapat.
Alice berganti pakaian dan siap-siap untuk mencari pekerjaan ke tempat di
mana yang dibicarakan oleh ibunya tadi. Dia hanya mampu berharap bahwa
mereka akan berbaik hati memberikan dirinya pekerjaan dan bisa bekerja
dengan giat untuk menumpuk pundi-pundi uang yang akan memenuhi kartu
kreditnya.
"Aku berangkat dulu, Mama. Jangan lupa bersihkan rumahnya dengan
benar." Alice berucap dengan santai dan berlalu pergi.
"Dasar anak durhaka! Bukannya membantu ibunya membersihkan malah
menyuruh orang tua untuk membersihkan rumah dengan bersih!" Suara
teriakan dari Resti membuat Alice menyunggingkan senyum saat
mendengar itu.
Berjalan menjauh untuk mencari kendaraan umum yang seharusnya masih
ada di jam sembilan ini. Alice hari ini hanya perlu menyerahkan surat
lamaran kerja dan menunggu interview lalu pengumuman diterima atau
tidak.
Setelah menyerahkan surat lamaran akhirnya Alice bisa berdiam sejenak
sebelum gilirannya untuk melakukan interview.
Alice memutuskan untuk pergi ke toilet sebentar untuk berbenah diri.
"Perusahaan besar memang beda yang perusahaan biasa." Alice memoles