Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Tirai linen berkualitas terbaik bergoyang saat tangan ramping terulur untuk mendapatkan pegangan, tetapi kemudian ditempel dengan paksa ke jendela kaca oleh tangan yang lebih besar dan kuat.
Mereka di tengah ronde keempat mereka.
Pria yang sedang menikmati tubuhnya jelas sedang melampiaskan semua gairah terpendam yang menumpuk selama tujuh hari dia pergi melakukan perjalanan bisnis.
Tidak lama kemudian, Cynthia Moresta memohon pada pria itu saat kaki yang menopang tubuhnya gemetar karena kehabisan tenaga.
Dengan satu dorongan terakhir, pria itu akhirnya berhenti. Meski begitu, kehangatan tetap menjalar di tubuh mereka. Terutama ketika detak jantung kuat pria itu terasa di punggungnya saat memberikan beberapa ciuman kecil di tengkuk lehernya hingga ke daun telinganya.
"Sudah kehabisan tenaga?" goda pria itu dengan suara seraknya.
Cynthia berbalik dan memeluk leher sang pria.
Lampu jalan redup yang masuk ke dalam kamar melembutkan wajah Juan yang biasanya tegas. Namun, hasrat di dalam matanya terlihat jelas. Dia bagai binatang liar yang dilepaskan, dan tidak akan berhenti sampai laparnya terpuaskan sepenuhnya.
Namun, Cynthia tidak tertipu oleh hasrat yang Juan perlihatkan di luar. Dia tahu bahwa hati pria itu, jika memang ada, sedingin es.
"Aku akan pergi kencan buta besok," bisik Cynthia.
"Hmm." Juan menanggapi dengan gumam pelan.
Detik berikutnya, dia kembali menangkap bibir wanita itu dalam ciuman panas lainnya. Tangannya turun ke pinggang dan pinggul Cynthia. Dia sudah siap untuk melanjutkan ke ronde berikutnya.
Rasa pahit memenuhi mulut Cynthia.
Tepat seperti dugaannya, pria itu sama sekali tidak peduli.
Dia merinding di bawah sentuhan Juan, tubuhnya melengkung ke arah pria itu terlepas dari akal sehatnya.
Cynthia menarik napas dalam-dalam ketika dia menarik diri dari ciumannya.
"Jika semuanya berjalan lancar, kurasa aku akan menikah," ucap Cynthia.
Kata-kata tersebut akhirnya membuat tangan pria itu berhenti menjamah tubuhnya. Dia menatap mata Cynthia, dan seolah-olah menatap langsung ke dalam jiwanya. "Kamu berencana menikah?"
"Tahun ini usiaku 27 tahun," gumam Cynthia sambil menurunkan pandangannya untuk menyembunyikan perasaannya. "Aku benar-benar tidak mampu menunggu lebih lama lagi."
Cynthia gagal melihat seringai sinis yang tersungging di sudut mulut Juan.
Pria itu menarik diri sepenuhnya begitu saja. Sesaat kemudian, kamar itu terang benderang.
Cynthia buru-buru meraih gaunnya yang robek dan menempelkannya di dadanya.
Juan duduk di tepi ranjang dan menyalakan rokok. Celana panjang hitamnya masih terlihat rapi, sementara tiga kancing atas kemeja hitamnya sudah terlepas.
Pria itu terlihat menarik dan sangat menggoda.
Mata Cynthia tertuju pada rokok, dan tidak sengaja menatap pada cincin pertunangan mewah yang melingkar di jemari pria itu. Ini menambah ironi dalam kegelisahan batinnya.