Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
London, UK.
Seorang wanita cantik berlari menghampiri sahabatnya yang tengah menikmati makan siangnya di salah satu caffe. Wanita cantik ini melepaskan heels-nya, berlari ke arah sahabatnya.
“Miranda, lari!” Suara teriakan wanita cantik bernama Helen membuat Miranda terkejut.
“Ada apa, Helen?” tanya Miranda yang panik dan cemas melihat Helen berlari ke arahya.
“Tidak ada waktu sekarang! Kita harus berlari! Anak buah ayahmu mengejarku!” seru Helen dengan napas yang tersengal-sengal. Dia menyentuh dadanya, mengatur napasnya.
Miranda menoleh ke belakang, seketika dia terkejut mendapati enam orang anak buah ayahnya sedang berlari menghampirinya. “Damn it!” umpatnya dengan tangan terkepal kuat.
Tanpa menunggu lama, Miranda langsung melepas sepatu heels-nya, menarik tangan Helen dan berlari meninggalkan caffe itu. Suara teriakan memanggil nama Miranda membuat Miranda semakin menambah kecepatannya.
“Miranda sialan, kenapa kau harus menyusahkanku!” gerutu Helen, sahabat Miranda yang ikut berlari kini napasnya begitu tersengal-sengal. Kaki Helen sudah tidak mampu lagi berlari kencang. Sesaat dia melirik ke belakang, keenam anak buah dari ayah Miranda masih terus mengejarnya.
“Berisik kau, Helen! Ini bukan waktunya kau mengeluh.” Miranda terus berlari, sesekali dia pun menoleh ke belakang. Kini mata Miranda menatap sebuah gudang kosong. Dengan cepat Miranda menarik tangan Helen untuk bersembunyi di gudang kosong itu.
Miranda dan Helen langsung duduk di lantai dengan kaki yang diluruskan. Mereka tidak lagi memedulikan pakaian yang mereka pakai akan kotor atau tidak. Napas mereka tersengal-sengal. Kaki mereka bahkan tidak mampu lagi berdiri.
“Miranda, kau sungguh menyusahkan hidupku! Anak buah ayahmu terus mengikutiku! Kenapa kau tidak pulang? Orang tuamu sudah menunggumu! Jika aku tahu seperti ini, aku akan lebih dulu berangkat ke Las Vegas. Menikmati liburanku mencari pria tampan di sana,” seru Helen kesal. Dia memijit pelan kakinya yang sakit karena berlari kencang. Kakinya begitu sakit, akibat terus berlari. Sejak tadi Helen berlari kencang karena menghindari anak buah dari ayah sahabatnya ini.
“Kau ini kenapa perhitungan sekali! Anggap saja kau sedang berolahraga,” jawab Miranda seenaknya.
Helen mendengkus. “Lari dari kejaran anak buah ayahmu, kau katakan sama dengan berolahraga? Hebat sekali kau Skyla Miranda Spencer. Otakmu begitu cerdas.”
“Sudahlah jangan mengeluh, besok penerbangan kita ke Las Vegas. Aku ingin menikmati hidupku sebelum mendapatkan tanggung jawab sialan itu,” jawab Miranda yang kesal.
Perkataan Miranda sukses membuat Helen tertawa rendah seraya menggelengkan kepalanya. “Tanggung jawab sialan? Kau sungguh lucu, Miranda. Kau diminta ayahmu memimpin hotel keluargamu. Kau juga sudah menyelesaikan master degree-mu. Tiga bulan sudah sejak kau lulus, tapi kau masih belum kembali ke Roma. Itulah yang membuat ayahmu murka dan meminta anak buahnya menarik paksa dirimu. Jika saja kau menurut, kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi. Kau sangat mengenal dengan baik sifat keras ayahmu, tapi kau malah selalu membuat ayahmu marah.”
Skyla Miranda Spencer, seorang wanita yang sangat cantik berusia 22 tahun. Berambut pirang dan berkulit putih serta memiliki warna mata perak, membuat dirinya tampak begitu sempurna. Miranda baru saja menyelesaikan master degree di University of Cambridge. Miranda lulus dengan nilai yang memuaskan. Lulus dengan predikat cumlaude membuat kedua orang tuanya bangga atas dirinya.
Namun Miranda tidak sesempurna itu. Di balik parasnya yang cantik dan otaknya yang cerdas. Miranda terkenal pemberontak. Miranda selalu menentang keinginan sang ayah. Sifat Miranda yang keras, sering kali bertengkah dengan ayahnya. Lebih tepatnya, Miranda tidak pernah ingin menerusakan bisnis keluarganya. Jika saja Miranda memiliki pilihan, sudah pasti dia memilih meninggalkan Roma dan memilih tinggal di negara yang dia inginkan. Tentu jauh dari ayahnya yang selalu melarang dirinya itu.