Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
338
Penayangan
10
Bab

Memang benar, Semesta seakan mempermainkan mereka. Lebih lagi Ryu, pria yang sudah berusaha keras untuk melupakan perasaannya pada sahabatnya itu. Mencoba mencintai wanita lain, dengan harapan perasaannya takkan lagi berlabuh pada orang yang sama. Ryu yang selama ini telah berusaha menghindar dari Leah. Dengan satu permintaan Leah, semua rencananya hancur begitu saja. "Ryu aku mohon, cuma kamu orang yang bisa aku percaya." Sungguh, Ryu tak bisa jika harus melihat wanita di depannya itu memohon padanya. Mata sayunya, tak pernah gagal membuat Ryu luluh. Bahkan dengan semua keteguhan hati yang telah dirinya bangun selama ini. "Kenapa, kenapa Leah? Kenapa ketika sudah setengah jalan aku memantapkan hatiku untuk menjauh, kamu malah memintaku kembali." Ryu sudah tak tahan lagi menahan riuh perasaannya itu, pikirannya kacau. Permintaan gadis itu selalu terngiang ngiang di kepalanya. "Ryu?" Hingga sebuah panggilan dari gadis dihadapannya membuatnya kembali.

Bab 1 Si Paling Jemput

Tok.. tok.. tok

"Siapa sih berisik banget, ganggu tau ngga." Ucap gadis itu dengan semakin mengeratkan pelukannya pada guling didepannya itu. Berusaha sama sekali tidak menggubris ketukan yang bukannya kian mereda suaranya tapi malah semakin keras aja.

"Ish, awas aja ya kalo ngga ada perlu tapi ketok ketok. Mana masih pagi banget lagi." Dengusnya kesal.

Dengan gontai langkah kakinya itu menuju ke ruang depan. Sungguh, gadis ini sama sekali tidak peduli dengan penampilannya kali ini yang sudah tidak beraturan. Biarkan, salah siapa bertamu ke rumah orang pagi pagi begini, pikirnya.

"Ada apa?" Ucapnya langsung setelah membuka pintu rumahnya itu. Bahkan matanya itu masih mengerjap ngerjap setengah sadar. Tapi tanpa berpikir panjang dirinya itu langsung saja menyemburkan kalimat cetus dan juteknya itu.

Udah gue duga. Gumam orang yang ada di depannya dengan tangannya yang sudah menyilang di depan dada. Melihat gadis yang berada di depannya ini dengan tatapan tak percaya. Dirinya itu makin dibuat heran juga dengan dirinya sendiri, kenapa bisa bisanya tiap hari dia betah gadis di depannya ini yang tak pernah absen terlihat berantakan ketika dijemput.

Tapi, tetep cantik.

Bisa bisanya di sela sela rasa heran dan kesalnya itu, kalimat tak masuk akal itu nyelonong begitu saja masuk dalam pikirannya. Semakin dirinya tak mengerti dengan dirinya itu, cih padahal baru saja dirinya mengutuk dirinya sendiri karena mau saja disuruh suruh datang kesini tiap hari, pagi pula.

"Emang dasar si Kungkang kerjaannya tidur mulu."

"Udah lambat banget lagi." Mendengar kalimat sarkas itupun, gadis yang sedari tadi masih nyaman memejamkan matanya itu langsung dibuat melotot. Iya, bagaimana tidak dirinya itu sudah sangat hapal siapa orang yang kini berada di depannya. Bahkan hanya dari kata kata menyebalkannya. Mana masih pagi udah bikin orang naik darah aja.

"Ck Lo ngapain sih pagi pagi kesini."

"Jemput Lo bego, Lo kemaren yang minta."

"Masa?" Bukannya langsung bergegas bersiap, Leah malah semakin menggoda pria yang ada di depannya itu dengan senyuman mata andalannya.

Iya, gadis itu bernama Leah, lebih tepatnya Taleah Ilana. Mahasiswa semester lima tata busana di sebuah kampus ternama. Kecantikannya benar benar tidak bisa dipungkiri lagi adanya, Dengan tatapan matanya yang charming itu mampu membuat semua mata yang menatapnya jatuh begitu saja tanpa syarat. Apalagi jika dirinya tersenyum, kedua matanya seperti membentuk bulan sabit yang horizontal. Benar benar semanis madu.

"Sekali lagi Lo bilang gitu, gue doain mata Lo ilang beneran."

"Jahat banget anjir jadi temen."

"Biarin, mana udah dijemput malah sekarang baru bangun."

"Dih padahal gitu gitu Lo pernah bilang senyum gue manis, walaupun mata gue kalo senyum ilang sih." Ucap Leah yang sadar diri. Ya gimana ya memang bentukannya dia dari sananya udah gini mau diapain lagi kalo bukan disyukurin.

Sedangkan pria yang kini ada di depannya itu, tiba tiba saja rasa kesalnya menguap begitu saja. Bukan malah tergantikan dengan rasa senang atau gimana, tapi lebih ke suhu tubuhnya yang dengan tiba tiba meningkat. Terlebih pada bagian pipinya itu.

Cih, kenapa diungkit lagi sih, batinnya.

Ryu berusaha untuk mengalihkan pandangannya itu ke mana saja, iya pokonya jangan sampai Leah menyadari pipi merahnya itu.

Iya, pria itu bernama Abrar Ryu Artha. Orang orang seringkali memanggilnya Abrar dan paling enggan jika dipanggil dengan nama Ryu. Tapi entah kenapa hanya karena Leah, kini semua orang sudah memanggilnya Ryu. Cih, bagian namanya yang itu seperti nama cewek padahal.

"Muka Lo merah banget kayak abis diguyur air panas Ryu." Kata Leah dengan ekspresi menggodanya itu. seberusaha apapun Ryu menyembunyikannya, pasti ketahuan juga dengannya. I know you so well, Ryu. Katanya.

"Cih gue tunggu sampe 8. 15 kalo Lo belum keluar keluar gue tinggal."

"Aaa 08.30 lah, gue cewe anjir."

"Terus kenapa kalo Lo cewe ha?" Ucap Ryu yang sama sekali tidak ingin mendengar penawaran dari Leah sama sekali. Harus berapa lama lagi dirinya menunggu diluar. Apalagi untuk gadis lambat seperti Leah ini, mau diberi 1 jam pun pasti molor juga.

Tanpa banyak bicara lagi pun Ryu langsung mendorong Leah untuk masuk ke rumahnya, memaksa gadis itu untuk segera bersiap.

"Yakan, gu..e .."

"Sstt, gausah banyak alasan Kungkang." Ryu sama sekali tidak memberi ruang bagi Leah untuk mendebatnya kali ini. Percuma saja berdebat dengan gadis ini sama sekali tidak ada ujungnya. Palingan juga berakhir dengan dirinya yang mengalah, makanya dia memutuskan untuk mendorong Leah saja agar segera bersiap. Kungkangnya itu tidak adakan bersiap jika dirinya tidak tegas.

"YAK STOP MANGGIL GUE ITU."

"Kenapa? Orang mirip wlee." Kini giliran Ryu lah yang menggoda Leah. Sedangkan yang digoda hanya nyelonong masuk aja tanpa ada niat untuk melanjutkan lagi rencana menawarnya itu. Hanya dengusan kesal saja yang terdengar dari kejauhan.

"Lama lama umur gue yang masih 21 th ini bisa loncat jadi 40 th langsung kayaknya." Gumam Ryu dengan tangannya yang memijat pelipis kepalanya itu. Ya, bagaimana tidak tiap pagi dirinya harus dihadapkan dengan gadis yang sudah 5 tahun ini bersamanya itu. Bukan sebagai kekasihnya, tapi hanya sebagai temannya.

Iya, teman dekat.

Ryu mulai mengedarkan pandangannya ke penjuru ruang rumah Leah ini. Ya walaupun sudah cukup sering, tapi memang rasanya tak pernah bosan saja. Hingga pandangannya itu lagi dan lagi tertahan pada sebuah foto yang berdiri di sebuah bingkai.

"Sejak kapan nih foto disini dah." Ucapnya yang dibuat heran.

Matanya secara intens menatap bingkai foto yang ada di depannya , menampilkan dua sosok anak muda yang terlihat begitu ceria di masa kelulusannya. Hingga tanpa sadar sebuah senyuman merekah pada raut mukanya.

"Udah lama ya."

"But you still the same person, Leah."

"The only person with beautiful eye smile." Tambah gumamnya yang rasanya tak ada hentinya memuji gadis kesayangannya itu.

"Ck ngapain si gue, ya emang cantik sih tapi ngeselinnya parah."

"Arghh ga kebayang gue." Tuturnya yang lagi lagi mengutuki setiap kata pujian yang keluar dari mulutnya itu.

Dengan spontan dirinya langsung meletakkan foto itu kembali pada tempatnya semula, ketika didengarnya suara langkah kaki terburu buru yang mulai menghampirinya itu.

"Ayo cepet Ryu, udah siang nih." Ucap Leah yang tanpa basa basi langsung menarik tangan Ryu itu. Sama sekali tidak memperhatikan ekspresi Ryu yang udah cengo lihat penampilannya hari ini. Ya bisa dibilang beda dari yang sebelumnya. Ada beberapa riasan kecil yang menghiasi wajah lucu gadis di depannya itu. Namun, dengan cepat dirinya langsung kembali ke alam sadarnya.

Ingat itu temen Lo, Ryu.

Tapi nyatanya, matanya itu sama sekali tidak sinkron dengan pikirannya yang sedari tadi sudah menolak dirinya untuk tidak terus memperhatikan Leah. Iya, hanya dari pantulan kaca spionnya itu dirinya bisa melihat gadis yang kini sedang dirinya bonceng itu dengan jelas.

Cantik.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku