Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
3
Penayangan
6
Bab

Kisah seorang Wanita yang selalu terobsesi akan ramalan. Di mana setiap kisah hidupnya harus selalu tepat akan penerawangan dari seorang peramal. Ibarat kata sebuah dadu yang dilemparkan oleh para pemain. Begitu juga dengan hidup Sekar, yang tak pernah absen dalam melemparkan dadunya ke beberapa peramal. Hidupnya seperti tak memiliki arah, apapun yang dikatakan oleh para peramal itu, Sekar juga akan menurutinya. Termasuk juga saat Sekar akan memilih usaha yang tepat dan terkenal yang ada di ibu kota ini. Sekar tidak pernah percaya akan kekuatan Tuhan. Baginya kegiatan beribadah hanyalah sebagai kedok semata saja di depan khalayak ramai, dan agama yang di anutnya hanya sebatas kata kata saja dalam kartu identitasnya. Sampai ia lupa bahwasannya apa yang sudah ia jalani merupakan takdir dari sang Ilahi. Baik itu jodoh, pekerjaan, dan kehiupannya. Meskipun rasa keingin-tahuannya untuk melihat masa depan lebih besar, tetap saja ia tidak bisa merubah garis takdir dari sang Hyang Widhi. Semakin lama kita terus mencari tahu, semakin lama kita tidak memiliki tujuan hidup Lalu bagaimana dengan kehidupan Sekar selanjutnya?

Bab 1 THIS IS ME : Sekar

Siapa yang tak suka jika di ramal kehidupannya, entah itu mengenai percintaan, pekerjaan, ataupun soal bagaimana nasib kita ke depannya. Semua berebut ingin mengetahui bagaimana nasib masing masing dengan menanyakannya pada sang ahli yang mampu melihat masa depan.

Begitu juga dengan Aku, Namaku Sekar, seorang gadis muda yang baru saja memulai kehidupan dewasa dan mencoba peruntungan dengan memiliki usaha makanan dan sangat bersyukur usahaku terkenal se-antero negeri ini. Sejak aku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, aku selalu menyukai hal hal berbau mistis, apalagi mengenai ramalan.

Hal yang sering paling aku tanyakan adalah mengenai percintaan, dan tepatnya siapa jodohku kelak. Entah itu karena sudah menjadi kebiasaan atau memang karena menngetahui masa depan itu sangat mengasyikkan sehingga ramalan itu menjadi candu.

Candu yang sudah mandarah daging.

Dari kebiasaan itu, aku selalu mencari orang untuk membaca masa depanku, mulai dari mencari dan mendatangi orang-orang yang memiliki kemampuan membaca kartu tarot, memiliki kemampuan bisa melihat masa depan hanya dengan melihat garis tangan dan wajahku, Sampai aku sengaja berlangganan pada channel Youtube hanya unuk mendengar hasil ramalan tarot.

Hingga aku bekerja,ku akui setiap kali terjadi sesuatu di dalam kehidupanku, aku selalu berkonsultasi dengan seorang yang ku anggap sakti. Sebut saja Namanya Pak Anton. Seseorang yang ku kenal dari orang yang membantu di rumah orang tuaku. Dikatakan bahwa orang ini sangat sakti, karena mampu menyembuhkan penyakit dari hal tak kasat mata. Selain itu jga banyak orang di kampung selalu menanyakan mengenai masa depannya, dan apa yang ia lihat dengan mata batinnya selalu benar.

Berbekal dari berita tersebut aku pun mencoba untuk menguji nasibku padanya, aku ingin tahu seberapa benarnya penglihatan nya dengan kebenaran yang nantinya akan terjadi. Apakah 50% ke atas, atau 50% ke bawah. Jika dari apa yang ia lihat 50% ke atas nyata benar terjadi , maka memang benar ia adalah seorang peramal yang sangat handal.

Jujur saja, rasa keinginan untuk mengetahui masa depanku begitu besar dan mengalahkan dari yang sudah di takdirkan oleh sang Hyang Widhi. Dan aku selalu berkilah dengan jawaban "hanya sebagai pembelajaranku saja", jika memang bagus pasti akan terjadi, dan jika hasilnya sangat buruk, itulah yang akan menjadi pembelajaranku kelak, maka aku bisa merubah hal buruk tersebut, dari hasil pola pikir serta tindakan yang ku pilih saat ini.

Romansa

“Pak Sri tolong bantu lihat tentang perasaan pria yang aku suka, Namanya Martin. Awal kedekatanku karena teman satu kuliah, dia berbeda suku denganku dan juga berbeda agama tentunya. Awal kedekatanku dengan Martin tak di restui oleh kedua orangtuaku, khususnya mamaku.

Aku hanya mengatakan pada Mama, kalau aku dan Martin hanya sekedar teman biasa, dan tak mungkin aku mencintai Martin. Mama tak percaya pada omonganku, karena Mama melihat ada gelagat yang aneh dari kami.

Mama tak menyetujui hubungan kami, karena aku dan Martin berbeda agama, Mama ingin aku mendapatakan seorang kekasih yang satu agama denganku. Namun, tetap saja aku tidka mendengar nasihat mama, aku berpikir aku yang leih tahu hati dan perasaan ini, aku yang menjalaninya dengan Martin.

Jalinan hubungan asmaraku dengan Martin dimulai saat terjadi demo besar-besaran. Kami berdua tergabung dalam Forum Mahasiswa di Kampus. Dari organisasi tersebut munculah bibit asmara antara aku dan Martin, dan puncak kedekatan kami berdua saat demo.

Aku sering menanyakan pada Pak Sri, apakah Martin memang benar menyukaiku dan mencintaiku atau tidak.

“aku ingin tahu bagaimana perasaan dia terhadapku, apakah dia memiliki perasaan yang sama sepertiku?” tanyaku pada Pak Sri

“Iya mbak Sekar, Martin jatuh cinta betul dengan mbak sekar. Tapi terhalang restu dari orang tua mbak sekar ya, Mamanya mba sekar lebih menginginkan mbak sekar menjalin kasih dengan orang yang seagama,”jawab Pak Sri

“Iya pak, betul sekali penerawangan Bapak. Tapi mau bagaimana lagi, wong saya cintanya sama Martin. Dia lebih perhatian dan setia sama saya pak.”

Singkat cerita aku menjalin hubungan dengan Martin selama 7 tahun lamanya. Dan selama 7 tahun itu juga aku mempelajari agama yang dianut oleh Martin. Aku menyimpan rapi perihal itu dari mama. Mama tidak pernah tahu, kalau setiap minggu, aku selalu pergi ke tempat ibadah Martin.

Semua itu tak lepas dari peranan dan dukungan besar dari keluarga Martin. Menurutku kelurga Martin sangat terbuka sekali dan menyambut hangat kedatangan ku. Aku selalu di sayang saat aku datang ke rumah Martin.

Satu Ketika Mama bertanya padaku mengenai hubungan kedekatanku dengan Martin. Mama berpikir kalau aku hanya bermain-mains aja dengannya, dan memintaku untuk melupakan Martin. Namun jawabanku, malah membuat Mama sediih dan kecewa

“Aku serius kok menjalani hubungan ini dengan Martin, memangnya kenapa?”

“Tapi dia berbeda keyakinan dengan kita.nduk!” ujar Mama

“Pokoknya aku cinta dan aku ingin menikah dengan Martin!” tegasku dengan apa yang kurasakan selama ini dengan Martin

Mama sedih sekali karena, ia tak mengira kalau aku sudah menjalin hubungan serius dengan Martin. Dan terlebih saat aku mengatakan kalau aku ingin menikah dengan Martin. Nasi sudah menjadi bubur. Mama sudah tak bisa menghalangi perasaanku pada Martin.

Begitu juga dengan keyakinan yang menjadi pedoman hidup. Aku sudah merubah haluanku. Yang tadinya aku selalu merahasiakan kalau aku pergi ke tempat ibadan Martin, saat ini, aku tak lagi takut untuk berterus terang bahwa keyakinan yang ku anut sudah berubah.

Kekecewaan dan kesedihan mama semakin menjadi, saat aku memberitahukan pada mama, bahwa aku akan pindah keyakinan dan kepercayaan yang selama ini aku anut sejak kecil. Aku memberikan selembar surat yang menyatakan bahwa aku akan segera di babtis, dan pindah agama.

Betapa terkejutnya mama, saat mnegetahui bahwa begitu besarnya pengaruh yang di berikan oleh Martin terhadapku. Mama mencoba ikhlas dan menerima segala keputusanku.

“Kenapa kamu pindah keyakinan dan kepercayaan, Nak? Apa karena anak itu?”

“Kalau iya kenapa? Toh aku sudah besar,Ma …, Aku sudah bisa menentukan jalan hidup aku sendiri, bukan mama!”teriakku pada Mama.

Mama merasa sangat gagal, karena aku sudah merubah keyakinan hanya karena Martin. Ya… karena Martin lah aku merubah keyakinan yang ku anut ini. Setelah di babtis, aku menjadi seorang yang baru. Aku pikir selamanya akan indah jika aku merubah keyakinan ku.

Enam bulan setelah aku pindah agama, Martin melamarku, untuk menjadi teman pendamping hidupnya. Mama merasa sedih lagi, dan merasa sudah sangat kecewa dengan Martin. Ingin rasanya mama tak memberikan restu untukku.

Begitu juga dengan papaku. Tapi papa selalu mengingatkan kepada mama, agar mengikhlaskan saja aku dengan Martin. Karena Papa tidak ingin hanya karena terbentur dengan restu dari Mama, Aku tidak mau menikah lagi dengan pria manapun selamanya.

Akhirnya Mama menuruti apa yang diucapkan oleh papa. Mama akhirnya memberikanku sebuah restu.

“Sekar, kalau kamu memang ingin bersama dengan Martin, satu pertanyaan mama, apa kamu yakin dengan Martin? Karena kalau mama lihat, dia tidak seperti yang kamu pikirkan, dia orang nya kasar, begitu juga dengan keluarganya. Tidak selamanya keluarganya itu menyukai kamu. Mama tidak sreg dengan Martin selain karena kalian berbeda keyakinan, tapi juga karena dia memiliki perangai buruk. Dan mama yakin, kamu pasti tahu akan hal itu,” ucap Mama

“Mama tuh kenapa sih? Bilang aja mama terpaksa memberikan restu untuk aku dan Martin kan? Memangnya mama nggak bisa melihat kebaikan yang ada pada Martin? Dia kan selalu baik sama Mama,” jawabku dengan kesal

“Memang saat ini Martin berbuat baik dengan Mama, tapi pada saat kalian sudah menjalani biduk rumah tangga, mama sudah bisa melihat pria seperti apa Martin itu, Nak. Tidak selamanya orang itu akan selalu berbuat baik di depan kamu dan di depan Mama. Itu hanya kamuflase saja, agar Martin bisa mendapatkan kamu saja, nanti kalau kamu sudah berumah tangga, lambat laun kamu juga akan menyadarinya.”

Aku pergi berlalu meninggalkan mama seorang diri di kamar. Hari pernikahanku tinggal beberapa jam lagi, aku tak mau mendengarkan lagi nasihat dari mama. Buatku dan prinsip yang aku jalani saat ini adalah “Aku yang menjalani biduk rumah tangga dengan Martin, dan aku juga yang tahu bagaimana perlakuan Martin padaku.”

Perlakuan kasar yang di maksud oleh Mama adalah setiap kali aku bersama dengan Martin selama menjalin hubungan kekasih, mama selalu melihat tangan dan kaki ku yang biru. Bukan karena aku yang terlalu ceroboh saat berjalan, hingga membuat tangan dan kaki ku menjadi biru, tapi ini karena perlakuan Martin setiap kali ia sedang cemburu padaku, atau kita bertengkar, pasti Martin akan mencubitku hingga biru.

Namun kau mennganggapnya hal biasa, dan wajar, karena dia begitu mencintaiku. Dan itu memang terjadi karena kesalahanku, aku yang tidak pernah menuruti kemauannya. Bahkan Ketika Martin cemburu besar padaku, ia juga mengatakan padaku bahwa tak ada yang bisa mencintaiku dengan begitu besar selain dirinya.

Aku tanyakan kembali kepada Pak Anton, perihal apa perlakukan yang selalu dilakukan oleh Martin, baik itu Ketika ia sedang cemburu, atau bahkan marah kepadaku yakni dengan mencubitku hingga biru.

“Pak Anton … aku mau tanya sama Bapak, Si martin bener nggak sih cinta sama aku, karena setiap kali Martin marah sama aku, dia selalu cubit aku sampe biru gitu badanku,” ucapku

“Cinta kok mbak, Martin itu sama mba, memang bentuk cinta nya dia seperti itu, dia memang kasar sama mbak sekar, akan tetapi jauh di dalam hatinya, Mas Martin cinta mati sama mbak sekar lah,” jawab Pak Anton

“Terus kenapa kalau dia cemburu gitu ngomongnya jahat banget sama aku, pakai bilang kalau nggak ada yang cinta sama aku selain dia!”

“Memang benar kok mba sekar. Apa yang diomongin sama Mas Martin itu benar, tidak ada pria yang mencintai dengan tulus ke mbak sekar. Ada yang suka sama mbak sekar, tapi hanya suka karena ada satu hal seperti hanya nafsu sesaat saja. Nggak pakai cinta gitu lah mbak sekar,” jawab pak Anton kembali

Jawaban dari Pak Anton semakin meyakinkanku kalau memang Martin lah jodoh yang di berikan oleh Allah untukku. Tidak ada yang mencintai tulus seperti Martin. Mengenai perilakunya yang kasar, aku berpikir mungkin saat kami menikah dan sudah menjalani biduk rumah tangga beberapa tahun, pasti Martin akan berubah juga.

Aku berhasil mematahkan argument mama, dengan memberikan jawaban dari Pak Anton, yang mengatakan bahwa memang Martin mencintaiku dengan caranya. Cara yang membuatku merasa bahwa I’m his Queen in his heart.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku