Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Crome Project

Crome Project

by_orca

5.0
Komentar
Penayangan
5
Bab

Di Kota Atlans terdapat sekolah khusus bernama Akademi Crome. Para lulusannya akan menjadi pahlawan super yang melindungi kota dari ancaman monster! Namun ternyata, ada banyak rahasia yang tersimpan di dalamnya. Mampukah Asa dan lima sahabatnya menemukan rahasia yang terpendam itu?

Bab 1 Satu

[ASA, 15 tahun]

Perhatian. Para kadet diharapkan berkumpul 10 menit lagi di ruang evaluasi. Diulangi. Perhatian. Para kadet diharapkan berkumpul 10 menit lagi di ruang evaluasi.

Suara robot perempuan bergema bersamaan lampu dinding yang ikut berkedip. Ruangan kecil seukuran 3x2 meter itu seolah menyala, dihiasi warna merah darah. Seorang gadis berumur 15 tahun berdiri di hadapan cermin yang menempel di dinding.

Asa-nama gadis itu-menarik napas panjang sebelum menghembuskannya perlahan. Bola mata dengan iris abu-abu miliknya menatap tajam dari balik cermin. Ia menyisir rambut hitam sebahunya dengan jemari tangan, lalu mengikatnya. "Semoga hari ini ada kemajuan," gumamnya.

Anak-anak lain tampak sudah berbaris rapi di depan ruangan evaluasi. Mereka semua mengenakan pakaian yang seragam; baju berwarna hitam berlengan panjang. Dilengkapi celana longgar serta sepatu dengan warna senada. Pada bagian punggung terdapat cetakan nomor seri yang sesuai dengan masing-masing individu. Di bagian dada kiri terdapat lambang 2 rantai DNA yang dilingkari oleh tulisan 'Akademi Crome'.

Di depan pintu terdapat robot perempuan yang memegang layar transparan di tangan kiri. Sementara tangannya yang lain sibuk mencoret-coret di atas layar tersebut. Ia dikenal sebagai RX005, sebagaimana tertulis di punggungnya. Namun ia lebih sering dipanggil dengan nama Ester. Mungkin pemberian nama ditujukan agar ia tampak lebih manusiawi. Sayangnya itu jelas tak berhasil. Mengingat betapa banyak klon dirinya, dan suaranya yang sering menghantui mereka.

Meskipun ia tahu mereka dibesarkan oleh robot-robot ini, Asa masih tak terbiasa. Rasanya seolah berhadapan dengan monster yang memakai topeng wajah manusia, tak memiliki empati dan perasaan. Tak peduli robot dirancang semirip mungkin dengan manusia, tetap saja rasanya ada yang mengganjal.

'Aku ingin cepat lulus dan diadopsi,' pikir Asa dalam benaknya. 'Sayangnya hal itu tak akan terjadi bila kekuatanku tak kunjung bangkit.'

Anak-anak di Akademi Crome merupakan anak-anak spesial. DNA mereka dirancang secara khusus agar terjadi mutasi yang menyebabkan mereka memiliki kekuatan super. Mereka dibesarkan dan dididik untuk menjadi Crome Soldier-panggilan untuk para pahlawan super. Saat berusia 17 tahun, para kadet (murid akademi) akan lulus dan dapat diadopsi oleh penduduk Kota Atlans.

Saat berusia dibawah 5 tahun, mereka diasuh oleh robot-robot pengasuh di area Delta. Barulah setelah itu, mereka dipindahkan ke area Beta, tempat dimana mereka akan dilatih sampai kekuatan mereka muncul. Anak-anak yang telah membangkitkan kekuatannya akan dipindahkan ke area Alpha. Apabila mereka tak kunjung memiliki kekuatan hingga usia 17 tahun, mereka dipindahkan ke area Gamma. Pindah ke area Gamma mengisyaratkan bahwa kamu 'gagal'.

'Jika kekuatanku tak juga muncul, aku akan dipindah ke sana.'

Asa berhenti merenung hingga gilirannya tiba. Ia berhadapan dengan Ester yang berhenti mencoret-coret layar transparan di tangannya. Dari bola matanya keluar sinar hijau yang menyoroti seluruh tubuh Asa-dari kepala hingga ujung sepatu.

"Scan selesai. NA044. 15 tahun. Perempuan. Kondisi prima."

Pintu ruangan terbuka otomatis. Langkah kaki Asa terasa berat tatkala memasuki ruangan evaluasi. Meski setiap bulan ia mengunjungi tempat ini, hatinya selalu diliputi oleh perasaan cemas.

"Asa! Bagaimana perasaanmu hari ini?"

Seorang pria paruh baya tersenyum dan menyapa Asa. Ia mengenakan jas putih khas peneliti akademi. Di bagian dada kiri terdapat logo akademi dan name tag bertuliskan 'Dr. Neo'.

"Seperti biasanya, Dr. Neo," jawab Asa, sedikit tak bersemangat. Ia mencoba tersenyum untuk menghapus kegugupannya.

Asa duduk di kursi abu-abu yang berada di tengah ruangan. Di sekelilingnya terdapat robot-robot dengan lengan menyerupai tentakel. Di bagian ujung lengan terdapat berbagai alat yang menyerupai jarum suntik. Salah satu robot menggerakkan lengan tentakelnya menghujam lengan Asa, membuatnya sedikit meringis. Robot itu menyuntikkan cairan berwarna orange melalui pembuluh darah. Ia tak pernah terbiasa dengan prosedur ini, walau selalu menjalaninya setiap bulan semenjak ia pindah ke area Beta.

Dr. Neo tersenyum, mencoba menenangkan. Ia duduk di depan mesin besar yang penuh dengan tombol-tombol. Tangannya sibuk menggulirkan layar berisi berbagai data statistik yang tak Asa mengerti.

"Nilai-nilaimu bertahan dengan baik, terutama di kelas teori. Kau masih harus meningkatkan nilai di kelas praktik. Astaga, aku tak pernah melihat nilai seburuk ini," canda Dr. Neo, diiringi tawa. "Fisik tidak dalam masalah. Terdapat sedikit peningkatan level hormon stress. Tenang saja, masih dalam batas yang normal."

Ia berhenti sebelum melanjutkan, "wow, kau mendapat nilai A di ujian Sejarah minggu lalu?"

Asa memayunkan bibirnya. "Meskipun nilai praktikku buruk, setidaknya aku sedikit lebih baik di kelas praktik memanah," ucapnya, mencoba membela diri. Seolah baru teringat sesuatu, ia menambahkan, "kali ini aku ingin buku tentang flora dan fauna."

Dr. Neo memegang kepalanya, memasang ekspresi menyesal. "Seharusnya aku tak pernah membuat janji itu. Lama-lama semua buku koleksiku habis," ujarnya dengan nada sedih yang dibuat-buat.

Asa tahu Dr. Neo hanya berpura-pura, karenanya ia tertawa kecil mendengar keluhan Dr. Neo. "Tenang saja, perjanjian itu akan terhenti begitu aku pindah ke area Alpha."

Selain robot, Akademi Crome juga memiliki staf manusia yang dipekerjakan sebagai mentor, teknisi, dan peneliti. Namun jumlah mereka tak banyak. Sementara pekerjaan lain biasanya dilakukan oleh robot, seperti guru, petugas kebersihan, pegawai kantin, penjaga, hingga pengasuh. Dr. Neo merupakan satu-satunya peneliti yang ramah dengan para kadet. Kebanyakan dari mereka mempunyai tatapan dingin yang tak Asa sukai; seolah mereka adalah objek, bukan manusia.

Karena tahu Asa memiliki minat yang tinggi terdapat buku dan sejarah, Dr. Neo berjanji untuk meminjamkan buku-buku koleksi berharganya setiap kali Asa memperoleh skor sempurna. Sejak saat itu, ia lebih dekat dengan Dr. Neo. Jauh di lubuk hatinya, ia diam-diam menganggap Dr. Neo seperti orangtua yang tidak pernah ia miliki.

Asa menautkan jari jemari, memuntirnya dengan cemas. "Kuharap ada kemajuan hari ini. Tidak masalah apapun levelnya, asal aku punya kekuatan."

Terdapat 4 level kekuatan yang diklasifikasikan oleh akademi. Kategori ini didasarkan pada potensi dan besarnya batasan dari kekuatan itu sendiri. Meskipun begitu, kategori ini sendiri tidaklah permanen. Terdapat kasus langka dimana seseorang dapat menaikkan level kekuatannya-biasanya dari level C ke level B-tergantung dari pelatihan dan tekad yang dimiliki.

Pertama, sekaligus level terendah ialah C. Para Crome yang memiliki kekuatan level C biasanya memiliki kekuatan setingkat di atas manusia biasa. Seperti mampu menahan napas di dalam air, pendengaran yang lebih tajam, penglihatan bak mata elang, dan sebagainya. Para Crome umumnya berada di level ini, dengan persentase hingga 75%.

Selanjutnya ada level B. Kekuatan yang ada di level ini menduduki peringkat kedua sebagai kekuatan yang paling banyak dimiliki, yakni sebesar 20%. Contohnya seperti terbang, ekolokasi, super strength, kekuatan penyembuh, dan lainnya.

Level ketiga ialah level A. Crome yang memiliki level ini memiliki kekuatan yang di luar imajinasi manusia, seperti mengendalikan elemen (api, tanah, udara, air), teleportasi (berpindah tempat), membentuk senjata dari energi, dan sebagainya. Kadet yang berada di level ini memiliki hak istimewa dibanding level di bawahnya. Fasilitas yang mereka dapatkan juga lebih banyak. Yang paling membuat iri, mereka memiliki peluang lebih besar untuk diadopsi. Meski begitu, jumlah mereka tak banyak, hanya sebesar 4%.

Dan yang terakhir, sekaligus level kekuatan yang paling tinggi ialah level S. Jumlah mereka sangatlah langka, hanya 1%. Saking langkanya, setiap angkatan hanya memiliki 1 level S, malah seringnya tidak sama sekali. Crome dengan level S memiliki kekuatan dengan potensi luar biasa, dengan batasan kecil. Beberapa contohnya ialah telekinesis, pengendali darah, pengendali pikiran, pengendali energi, dan sebagainya.

Semakin besar suatu kekuatan, semakin kecil batasan yang dimiliki. Perbedaan level sangatlah menentukan. Walaupun memiliki kekuatan yang sama, pemilik kekuatan level A dan S sangat jauh berbeda. Seseorang dengan kekuatan telekinesis level A hanya mampu mengangkat benda-benda dengan berat ringan hingga sedang dengan pikirannya. Selain itu, kekuatan mereka hanya bertahan selama hitungan menit, dikarenakan lebih cepat memperoleh efek samping seperti kelelahan atau kehabisan energi.

Sementara itu, Crome dengan kekuatan telekinesis level S jauh lebih kuat. Mereka mampu mengangkat benda-benda yang jauh lebih berat dalam jangka waktu lama. Energi yang dimiliki juga lebih besar, sehingga kecil kemungkinan mereka akan jatuh kelelahan. Namun seiring waktu, efek samping yang didapatkan akan jauh lebih berat.

Efek samping yang didapat oleh level C hingga A jauh lebih ringan. Biasanya berhubungan dengan gangguan fisik seperti kelelahan hingga kehabisan energi. Beberapa dilaporkan memiliki efek samping yang lebih serius, seperti tidur lebih lama, sakit kepala, ataupun mual dan muntah.

Sedangkan level S memiliki efek samping yang jauh lebih berbahaya. Namun dikarenakan jumlah mereka yang sedikit, efek samping yang timbul belum dikaji lebih jauh. Sejauh ini efek samping yang diketahui kebanyakan berhubungan dengan mental, seperti mimpi buruk, halusinasi, hingga paranoia.

Dr. Neo menautkan kedua alisnya, pura-pura berpikir keras. "Hmm ... melihat tekadmu, aku yakin kau akan berada di level S," ucapnya dengan nada usil. "Tesnya akan dimulai sebentar lagi. Siapkan dirimu, oke?"

Asa menarik napas panjang saat lengan tentakel mulai bergerak dan menempel di kepalanya. Terdengar suara berdesing saat salah satu diantaranya menusukkan jarum di lengan kanan Asa. Gadis itu merasakan sensasi darahnya mengalir keluar, lalu ditampung dalam sebuah tabung kecil. Lengan-lengan tentakel sibuk bekerja; memasukkan tabung ke dalam tubuh mesinnya. Sementara Dr. Neo berkutat dengan layar transparan yang menampilkan kalkulasi serta perhitungan rumit.

Waktu yang bergulir terasa sangat menyiksa bagi Asa. Suara desingan mesin memenuhi ruangan, diiringi bunyi tombol-tombol yang ditekan. Namun dibandingkan semua itu, ia merasa detak jantungnya terdengar lebih keras. Pikirannya dipenuhi puluhan suara berisi harapan dan skenario-skenario yang belum terjadi. Ia memejamkan mata, berusaha agar tetap tenang.

"Sudah selesai."

Asa membuka mata. Di layar terpampang hal yang tak diinginkan, namun selalu muncul di setiap hasil tesnya. Lambang X besar berwarna merah menghiasi layar transparan tersebut. Ia berusaha menelan rasa kecewa dalam-dalam, menyembunyikannya dalam senyuman yang bahkan tak mencapai mata. "Seperti biasa," ucapnya sembari mengangkat kedua bahu.

Dr. Neo memasang ekspresi prihatin. "Bersabarlah, Asa. Suatu saat nanti pasti kekuatanmu akan muncul juga."

"Atau mungkin tidak."

Asa tersenyum getir. Ia bangkit dari kursi dan berjalan menuju pintu. Meski dilanda kecewa, ia tak boleh berlama-lama di ruangan ini. Anak lain pasti sudah menunggu giliran di balik pintu tersebut.

"Aku akan mengirim bukunya ke kamar asramamu. Tetaplah semangat."

"Terima kasih, Dok."

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.8

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku