Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Si Anak Haram Sang Penakluk

Si Anak Haram Sang Penakluk

EBS

5.0
Komentar
177
Penayangan
5
Bab

Mengandung unsur 21+ Mohon bijak untuk memilih bacaan. Mengisahkan perjalanan hidup Fadlan, seorang Anak yang terlahir dari hubungan haram antara seorang TKW dengan Majikannya. Dia tumbuh menjadi Pria nan Gagah dan tangguh menghadapi hinaan dan bullying sejak masa kecilnya. Dia di asuh oleh seorang Neneknya semata sejak dia berusia lima tahun. Perjalanan hidupnya yang penuh lika liku membuatnya cepat dewasa, terutama sejak pertama dia pergi merantau ke Kota besar di usianya yang masih sangat muda. Hingga suatu waktu dia bertemu dengan Sosok Ibu kandungnya yang sudah sangat lama tak pernah ketemu, bahkan tak lagi saling mengenal, pertemuan dengan Ibunya justru menjadi aib besar dalam hidupnya kelak. Sebab dia akan menikahi Ibu yang melahirkannya, dan gilanya akan terjadi juga hubungan antara Fadlan dengan Anak Tirinya yang ternyata adalah Adiknya sendiri tapi beda Ayah. Dari sana akan terlahir sosok bayi dari hasil hubungan yang tak saling tau tersebut, yang tak lagi saling mengenal. Fadlan menjadi Suami dari Ibunya sendiri, menjadi Ayah tiri dari Fara Putri dari Ibunya.

Bab 1 Kelahiran Ku Part 1

Nama ku Fadlan, Aku terlahir dari rahim seorang Ibu yang sama sekali tak ku kenal, apalagi Ayah ku, sama sekali tak ku kenal, bahkan sebatas Photo dari Ayah saja Aku tak punya. Saya dan Nenek ku tinggal di sebuh dusun di sebuah lereng gunung, tepatnya lereng gunung salak Sukabumi.

Oh iya, kisah ini di ceritakan oleh alm Nenek ku saat usia ku sudah Sepuluh tahun, sekarang Aku sendiri sudah tamat SD tapi tak melanjutkan lagi ke SMP karna ketiadaan biaya, sebab penghasilan Nenek hanyalah dari berjualan Kue semata dengan berkeliling dari kampung ke kampung dan kadang sebagai tukang urut panggilan atau datang ke rumah.

Suatu waktu pas di malam hari di dalam kamar, Saya pun iseng bertanya ke Nenek sambil tiduran bersama, sebab memang Saya tidur bareng dengan Nenek ku yang bernama Nek Laila.

"Nek, kenapa sih Ibu gak pernah balik?

"Ya gak taulah Cu, Nenek juga gak tau kemana Ibu mu perginya merantau"

Ibu ku memang meninggalkan ku saat usia ku sekitar enam tahun, saat itu Saya sudah masuk SD, kelas Satu SD.

"Ibu kok jahat bangat sama Fadlan ya Nek"

"Jangan ngomong gitu Cu, kita gak tau keadaan Ibu mu di luar sana, kita gak tau kenapa Ibu mu sampai sekarang ini gak pernah pulang"

"Emang Ibu perginya merantau kemana sih Nek dulu?

"Ya dulu sih katanya ke Jakarta Cu"

"Ah... kan Jakarta gak terlalu jauh Nek, jangan jangan malah seperti Mamahnya si Adul Nek, keluar negeri jadi pembantu"

"Ya gak tau lah Cu, berdoa saja semoga kelak Ibu mu balik"

"Ngapain doain Ibu? Fadlan aja gak di peduliin kok!

"Hussss!!! Gak boleh gitu Fad, bagaimana pun dia tetap Ibu mu, Ibu yang melahirkan mu, dia juga anak Nenek"

"Iya Maaf Nek"

Akhirnya Saya dan Nenek pun tertidur. Hari pun berganti, seperti biasa di pagi hari yang amat dingin, Saya pun membasuh wajah saya di belakang rumah peyot milik kami, membasuhnya dengar air yang kemarin sudah saya isi dengan ember ke dalam drum penampungan. Setelahnya saya pun makan menyantap makanan sederhana yang sudah disajikan oleh Nenek ku, yaitu dengan lauk ikan asin bakar dan daun ubu yang di rebus. Lemudian setelahnya langsung berganti pakaian memakai pakaian seragam SD ku, seragam Putih Merah.

"Nek, Fadlan jalan ya"

"Iya Cu, hati hati"

"Iya Nek, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Saya pun melangkahkan kaki ku berjalan bersama teman teman satu sekolah ku menuju Sekolah SD yang berjarak sekitar kurang lebih satu kilo meteran dari rumah ku. Oh iya, sebelumnya semalam Nenek ku juga sudah memberikan uang jajan ku seribu rupiah.

Di antara teman teman ku, Saya memang Anak yang paling mencolok, mencolok karna Saya lebih tinggi dari mereka yang seusia ku, dan tentunya juga Saya lebih ganteng dari pada mereka. Ini tentu bukanlah penilaian ku semata, sebab semua orang di dusun ku dan di sekolah ku juga tau akan itu, Karna Saya adalah seorang keturunan Arab, jadinya hidung ku mancung dan tentunya juga tampan, hehehe.

Walau saya adalah seorang Anak keturunan Arab, tapi Saya sama sekali tak mengenal Ayah ku, bahkan Nenek ku juga tak mengenalnya, karna dari Cerita Nenek kalau Ibu ku hamil saat jadi TKW di timur tengah sana. Hal ini lah yang kadang menjadi hinaan terhadap diri ku, hinaan dari teman teman ku jika terjadi perselisihan saat bermain bersama dengan mereka.

"Dasar Anak Haram gak punya Bapak"

Kata kata itu cukup sering ku dengar dari mulut mereka, bukan hanya dari teman teman ku saja, pernah juga dari orang tua mereka. Saat itu saya berkelahi dengan teman ku yang bernama Wahyu, dan Saya memang menang saat itu, dia pun nangis dan pulang ke rumahnya mengadu ke Ibunya. Malamnya sekitar jam tujuh malam, Ibunya datang ke rumah ku dan langsung memaki ku dan Nenek ku.

Kata kata hinaan itu pun keluar dari dalam mulutnya, hinaan yang mengatakan kalau Saya Anak haram dan Ibu ku seorang pelacur. Saya dan Nenek pun hanya terdiam menerima semua caci maki dan hinaan itu.

Setelah Ibunya Wahyu pulang dengan kesal dari rumah ku, Nenek pun menasihati ku, meminta ku agar jangan bermain lagi dengan Wahyu, tentu saja saya mengiyakannya. Tapi kembali lagi seperti biasanya, seakan tak ada masalah atara Saya dan Wahyu, belum juga dua hari kami berkelahi, dia sudah datang ke rumah ku untuk mengajak ku bermain bersama, dan semua teman teman ku yang pernah ribut dengan ku kelakuannya semuanya sama, mereka yang akan datang menghampiri ku untuk mengajak ku bermain bersama dengan mereka.

Sekarang ini hinaan seperti itu sudah menjadi terbiasa ku terima, yang awalnya saya sangat marah mendengarnya tapi perlahan menjdikannya masa bodoh dalam hidup ku! Saya berpikir mereka yaitu teman teman sebayaku yang menghina ku itu cemburu karna Saya pintar dan Ganteng, dan biasanya kami pun malah cepat baikan lagi dan bermain bersama kembali, ya namanya juga Anak anak.

Tak terasa sekarang Saya sudah kelas enam SD, tubuh ku pun semakin tinggi dan perubahan dalam diriku semakin terasa cepat, berbeda dengan teman teman sebayaku yang lainnya, suara ku juga seakan makin berat.

Suatu waktu di hari Minggu, Saya dan teman teman pun pergi mandi ke sungai dan bermain di sana, mereka seakan terheran heran melihat burung ku, karna memang kepunyaan ku tumbuh jauh lebih besar dibanding dengan mereka, dan memang saat Saya sudah berusia baru sebelas tahun, rambut rambut halus mulai tumbuh di sekitara milik ku, termasuk juga dengan kumis yang mulai tumbuh dengan halus.

Jujur saya Akui, saya malu dengan itu, malu saat mereka menertawakan kepunyaan ku karna lebih besar di banding milik mereka. Kami memang kalau bermain di sungai biasanya akan bertelanjang, ya begitulah Anak Anak kampung.

"Punya Fadlan gede bangat, hahaha... kayak punya Arab, udah ada rambutnya lagi, wkwkwk"

"Kan Ayahnya Arab, tapi Arab gak jelas, hahaha"

Ucapan mereka menertawakan ku, seakan bagi mereka perkataannya tak membuat ku sakit hati. Saya pun hanya bisa diam tak membalas mereka. Kadang juga pernah Saya sampai tak ikut mandi dan bermain bersama karna malu nanti diketawain oleh teman teman ku itu. Ya begitulah hidup ku, penuh dengan bullyan dan hinaan setiap harinya. Yang membuat ku menjadi semakin cepat dewasa dan tak berpikir untuk membalas perbuatan mereka.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh EBS

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku