WARNING 21+ ONLY! Setelah perubahan status Nathalie-menjadi keluarga besar Hamilton-semakin banyak pria yang mulai mendekat tanpa peduli dengan masa lalunya yang kelam. Siapa yang tak tertarik dengan wanita yang digadang-gadang akan menjadi penerus keluarga Hamilton? Keluarga Kaya yang memiliki bisnis terbesar di Amerika. Ada baiknya terlebih dahulu membaca seri pertama {Pesona Gadis Camilan}
Nathalie masih terpukau dengan apa yang dilihatnya. Rumah mewah yang memiliki perkebunan seluas 17.755 kaki persegi- berdasarkan perkataan Adam- yang berarti kurang lebih 5411 meter. Memiliki kolam yang cukup luas, dengan air terjun buatan setinggi tiga puluh kaki. Tempat itu seperti dirancang untuk acara musikal aqua Esther Williams (seorang perenang sekaligus aktris yang disebut sebagai putri duyung Amerika).
Gadis itu pernah tak sengaja menonton sebuah acara di televisi yang memperlihatkan bagaimana keindahan kawasan wonderland unik senilai hampir dua belas juta dolar yang diberi julukan The Spirit Of Avalon yang terletak di Kansas-tempat kelahiran Adam. Dan rupanya kediaman yang mewah dan megah ini dibeli oleh Adam sendiri. Jika Katherin tahu, mungkin gadis itu akan meminta agar Nathalie bertahan di sisi Adam. Bukankah hal yang sangat memuaskan jika menjadi nona pemilik kediaman yang memiliki banyak fasilitas mewah? Kediaman berasa tempat wisata.
Banyak yang bilang tempat ini adalah harta yang unik, memiliki peralatan akuatik, air mancur, air terjun buatan, gua, bahkan terowongan selam scuba bawah tanah. Nathalie sepertinya harus banyak berfoto agar Katherin percaya bahwa ia datang ke tempat seindah dan semewah ini.
Adam mengajaknya untuk bertemu dengan orang yang sangat berarti di hidup pria itu. Awalnya Nathalie merasa tidak nyaman, berpikir negatif tentang siapa yang akan ia temui. Namun, setelah ia masuk ke rumah kayu berlantai dua yang terlihat sudah tua, tetapi terawat, ia merasa bahwa Adam benar-benar tulus padanya. Nathalie tak menyangka bahwa ia akan bertemu dengan ibu Adam. Gadis itu jelas gugup, canggung, dan tenggorokannya seolah tak bisa mengeluarkan suara. Ia juga tak tahu mengapa tubuhnya bereaksi seperti itu. Inikah yang dinamakan 'kegugupan bertemu calon mertua'?
Untung saja ibu Adam sangat baik dan dapat menerima kehadiran Nathalie. Wanita paruh baya itu bahkan tak pernah menanyakan tentang hal-hal pribadi kepada Nathalie, dan hal itu membuatnya merasa nyaman. Ibu Adam adalah sosok yang anggun, lembut, dan sangat berwibawa.
Lalu mengapa anaknya terlihat sangat menakutkan? Ya, meski memiliki wajah yang rupawan, tetapi Adam benar-benar memiliki sifat yang jauh berbanding terbalik dengan sang ibu. Setidaknya wajah tampannya bisa menutupi kekejamannya.
Walaupun sang ibu sudah meminta agar Adam menginap, tetapi pria itu menolak dan berkata bahwa ia ingin membawa Nathalie berjalan-jalan di perkebunan. Nathalie pikir, perkebunan yang dimaksud Adam adalah perkebunan yang biasa ia lihat-perkebunan anggur atau sayur-sayuran-tetapi dugaannya salah. Ia bahkan dibuat terkejut dengan apa yang ia lihat saat berkeliling.
Kawasan yang disebut perkebunan itu terdiri dari rumah utama, garasi berpemanas untuk empat mobil dan ruang gerbong, serta garasi generator lainnya. Mobil-mobil itu bahkan limited edition. Eksterior yang rimbun dipercantik oleh pepohonan, taman, fitur air buatan, patung, dan jangan lupakan satwa liarnya-meski itu tak buas. Terdapat ruang gym, lapangan tenis, dan lahannya juga dilapisi dengan jalan setapak, dan jalur kereta golf.
(Oh, tidak, bahkan ada lapangan golf di tempat ini! Apa keluarga Adam sekaya itu?)
Meski kekayaan keluarga Adam tak tertandingi, tetapi ia masih tak percaya bahwa pemilik mansion tersebut adalah kekasihnya sendiri. Ia berpikir mansion itu adalah milik keluarga Connor, tetapi Adam menegaskan bahwa mansion itu miliknya sendiri. Ia sengaja mencari mansion yang berada di tanah kelahirannya, Kansas. Sehingga memudahkannya untuk bertemu dengan sang ibu-meski ibunya memilih untuk tinggal di rumah yang lama.
Nathalie masih sibuk mengagumi apa yang ada di hadapannya, air terjun buatan dan kolam yang dipenuhi ikan eksotis. Di sepanjang pekarangan patung-patung terlihat sangat terawat.
(Butuh berapa orang untuk merawat tempat seluas ini?)
Gadis itu kembali berjalan ke rumah utama, menatap pintu yang diukir dengan tangan- berbentuk naga. Ia berpikir bahwa rumah tersebut sepertinya terinspirasi dari rumah-rumah mewah Eropa kontemporer, sentuhan artistik luar biasa unik, menampilkan elemen antik yang sudah jelas barang impor. Mulai dari pintu berukir naga, mimbar dari salem, dan jendela kaca patri yang memesona. Jangan lupakan peralatan dan lampu gantung lentera yang membuat penikmatnya mampu bernostalgia.
Saat masuk di ruang utama, mata Nathalie dimanjakan dengan interior yang sepertinya terinspirasi dari batu alam, ruangan-ruangan besar yang dipenuhi cahaya membuat Nathalie merasa lega untuk bernapas, sepertinya tempat itu sangat berlimpah oksigen.
"Kau suka tempat ini?" Suara berat Adam membuat Nathalie menoleh.
"Ah, iya. Sangat suka. Aku baru tahu bahwa kau sekaya ini."
Kening pria itu berkerut. "Apa kau semakin mencintaiku karena aku memiliki mansion ini?"
Nathalie mendengus menahan tawa. "Kau kira aku mata duitan? Aku hanya merasa tak percaya sebab yang kudengar kau hanya bekerja sebagai manajer umum di perusahaan ayahmu. Aku tak menyangka kau memiliki aset seharga dua belas juta dolar, dan tidak menutup kemungkinan harga tersebut akan semakin naik setiap tahunnya."
Adam menyipitkan mata, "Mengapa kau bisa tahu harga mansion ini?" Bukankah ia tak pernah mengatakan pada Nathalie tentang hal tersebut.
Nathalie mengedikkan bahu. "Aku pernah melihat mansion ini disiarkan di televisi. Kau kira aku tak suka acara-acara seperti itu? Jangan salah, aku sangat suka menyaksikan sesuatu yang berhubungan dengan alam. Bukankah mansionmu ini sebagian besar adalah hutan?"
"Bukan hutan, Nath, tapi perkebunan."
"Ya, tetapi yang terlihat hanyalah pohon-pohon besar yang mirip hutan. Aku bahkan menemukan ular tadi. Walaupun kutahu bahwa ular tersebut tidak berbisa, tetapi sama saja kan, pekarangannya memang mirip hutan." Nathalie memperlihatkan cengirannya. "Akan tetapi, aku suka itu." Ia memilih duduk di salah satu kursi yang menghadap ke jendela, menyaksikan pepohonan yang tertiup angin.
"Apa kau sudah selesai berkeliling?" Adam mendekat ke arah Nathalie, menatap gadisnya yang terlihat sangat terpukau dengan apa yang dilihatnya.
"Tidak." Nathalie mendongak, mengerutkan kening. "Siapa yang sanggup mengelilingi kawasan ini, menggunakan alas kaki yang tidak nyaman." Ia mengangkat kakinya, memperlihatkan flat shoes berwarna navy. "Meski alasnya datar, tetapi aku harus mengenakan sepatu hiking atau sneaker yang akan melindungi kaki mungilku, safety comes first."
Adam berpaling dari arah Nathalie, tersenyum simpul, tetapi ekor mata Nathalie menangkap pemandangan langka tersebut.
"Kau tersenyum? Apa yang lucu?"
"Aku tidak tersenyum." Adam kembali bersuara dingin.
Nathalie segera berdiri, menatap Adam sambil berkacak pinggang, lalu beberapa saat kemudian ia menyentuh pipi Adam dengan kedua telapak tangannya.
"Meski kau selalu bersikap dingin dan berwajah datar, tetapi aku berharap kau sering tersenyum seperti tadi. Akan tetapi, senyuman itu hanya ditujukan kepadaku saja, jangan sampai wanita lain melihatnya. Karena apa? Karena kau terlihat sangat menawan. Aku akan sangat cemburu jika itu terjadi."
Jantung Adam seketika berdegup dengan kencang. Baru kali ini ia melihat Nathalie seserius itu. Sudut bibirnya ingin terangkat, tetapi ia memaksa untuk tidak melakukan hal itu. Ia terkenal dingin, kejam, dan berwajah datar. Meski Nathalie kekasihnya, tetapi ia tak boleh memperlihatkan sisi lain dari dirinya- takut gadisnya akan semakin besar kepala.
"Apa kau ingin masuk ke dalam gua?" Adam berusaha untuk mengubah topik pembahasan.
Gadis itu memutar bola mata, tampak berpikir untuk menyetujui atau tidak. "Apa ada yang spesial dalam gua tersebut? Aku tidak suka kegelapan, tetapi jika tempat itu menarik, aku akan mengesampingkan ketakutanku."
Adam meraih jemari Nathalie, menggenggamnya dengan erat. "Aku ada di sampingmu, Nath. Kau tak mungkin ketakutan. Mungkin saja kau akan ketagihan di dalam sana."
Nathalie mengangguk, lalu merangkul lengan Adam, mengikuti langkah kekasihnya. Pria itu membuka salah satu pintu-dari sekian banyaknya pintu yang ada. Pupil mata gadis itu membulat saat berada di ruangan yang memiliki lantai transparan, memperlihatkan air yang sangat jernih di bawah sana. Ada sebuah lubang yang mengarah ke bawah, dengan tangga kecil yang tidak boleh dilewati secara beriringan-harus satu persatu.
Keadaan di dalam sana melebihi ekspektasi Nathalie, tempat itu tidak gelap sama sekali. Tembok-tembok yang diukir seperti batu alami memberikan kesan bahwa ia memang sedang berada di gua sungguhan. Keindahan di bawah sana tak kalah dengan apa yang ada di luar. Lampu antik yang berjejer di sepanjang dinding, meja dan kursi untuk bersantai, dan kolam renang dalam gua yang benar-benar berbeda dari tempat lainnya. Air yang berwarna hijau dan jernih, patung lumba-lumba yang berada di samping kolam-seolah lumba-lumba tersebut ingin menceburkan diri ke dalam kolam.
"Tidak gelap, kan?"
Nathalie mengangguk. "Hmm, ternyata sangat terang."
Adam melingkarkan lengannya di pinggang Nathalie. "Apa kau suka di sini?"
"Hmm." Nathalie mendongak. "Aku bahkan tidak mau pulang."
Adam menatap ke dalam manik mata biru milik Nathalie, dan ia menyadari bahwa dirinya sudah tenggelam. Tenggelam dalam pesona Adam.
Buku lain oleh Claire Park
Selebihnya