Hubungan cinta satu malam Risa, membuatnya mengandung anak dari pria yang tak dikenalnya. Risa sangat khawatir mengenai kandungannya, tiba-tiba pria yang menghamilinya adalah saudara dari seniornya di kantor. Apakah yang akan Risa lakukan? Akankah mereka menikah karena sang bayi? Yuk, kita simak kisah cinta Risa dan Alex disini!
"Dua garis ..., tidak mungkin," gumam Risa. Sudah hampir lima test pack ia gunakan, namun hasilnya tetap sama. Bagi pasangan suami istri, ini adalah kabar baik. Tetapi bagi Risa ini adalah aib yang harus ditutupinya.
"Ini nggak benar, ayo kita coba lagi," Risa berusaha mengalihkan pikirannya dan berharap ada satu test pack yang memunculkan garis satu.
*
*
*
Hal ini terjadi beberapa bulan lalu, tiba-tiba sahabat Risa memberitahunya bahwa mereka berpacaran. Risa yang diam-diam memiliki perasaan pada Rio, merasa dikhianati oleh sahabatnya sendiri.
"Aku pacaran dengan Rio," kata Tika dengan sangat sumringah.
"Oh, begitu. Selamat ya," Risa tersenyum kecut mendengar berita bahagia ini. Ia bagaikan disambar petir di siang bolong. Selama ini ia mati-matian meredam perasaannya pada Rio demi kelangsungan persahabatan mereka. Tetapi mereka dengan entengnya mengatakan kalau mereka berpacaran.
"Aku kira kita hanya berteman saja. Ternyata aku yang bodoh tidak menyadarinya dari dulu," gumam Risa dalam hati. Risa merasakan tubuhnya mati rasa mendengar berita yang seharusnya bahagia itu. Tetapi bagi Risa hal ini, bukanlah berita yang ingin ia dengar. Apalagi melihat mereka berdua yang tidak tahu bagaimana perasaanku, entah mengapa aku merasa seperti dikhianati.
Sejujurnya, Risa sudah mengetahui bahwa nantinya ia pasti akan sakit hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan, tetapi yang tak disangkanya sahabatnya sendirilah yang menjadi pasangan Rio.
Pada awalnya Risa tidak mau melakukan hal gila seperti cinta satu malam, namun hampir setiap hari Tika teman sekamarnya sekaligus sahabatnya, selalu memamerkan hubungannya dengan Rio. Risa sangat kesal mendengar semua itu, tidakkah Tika harus menjaga perasaannya, hatinya terlalu sakit mendengar ini setiap harinya.
Untuk menenangkan diri akhirnya Risa memutuskan pergi ke klub malam. Hal ini merupakan hal tergila pertama yang dilakukannya. Risa meliukkan tubuhnya menari mengikuti irama musik. Ia memesan beberapa cocktail dan menyeruputnya dengan barbar. Saat sedang menikmati kesendiriannya, tiba-tiba seorang pria merayunya dan mengajaknya menari. Risa yang sudah dalam pengaruh alkohol menari dengan sangat enerjik. Ditatapnya pria yang mengajaknya menari. " Ah, cukup tampan juga. Haruskah aku melakukan itu dengannya?" Risa menimbang-nimbang pemikirannya dan akhirnya setan di kepala Risa yang memenangkan perlombaan. Risa lantas mengajak pria itu untuk check in di hotel. Mereka yang sudah dimabuk alkohol, dengan cepat saling melucuti pakaian masing-masing, tak sabar untuk saling memberi kehangatan.
(Kembali ke masa kini)
Risa dengan gusar memikirkan dua garis ini. Ia setengah menyesali keputusannya malam itu. Tiba-tiba tanpa peringatan, Tika menyerobot masuk ke kamarnya, dan mendapati banyak test pack berserakan di meja rias Risa.
"Punya siapa ini, Ris? Bukan punyamu kan?" tanya Tika setengah menyelidik.
Risa hanya terdiam mematung, ia bingung harus berkata apa dengan sahabatnya. Tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Sontak saja Tika langsung memeluk Risa. Tika akhirnya mengerti apa permasalahan sahabatnya.
"Siapa ayahnya, Ris?"
"Aku nggak tau, Tik. Huwaa, ... apa yang harus aku lakuin Tik?"
Risa menangis tersedu-sedu menyesali kebodohannya. Tika pelan-pelan mengusap punggung Risa.
"Ris, aku tanya sekali lagi sebenarnya apa yang terjadi?"
Risa pun menjelaskan semua ke Tika, bagaimana awalnya ia bisa melakukan cinta satu malam dengan pria itu. Tika yang mendengar semua alasan Risa, langsung menjitak kepala sahabatnya itu. Bagaimana mungkin bisa pikiran Risa sebodoh itu.
Melihat tingkah kebingungan Risa akhirnya Tika mengajak Risa untuk mengecek kandungannya dulu.
"Tika, ini rumah sakitnya?"
Tika melongo melihat penampilan aneh Risa dengan kacamata hitam.
"Apa-apaan kacamata hitam itu?" Tika mengomentari penampilan aneh Risa.
"Tik, begini-begini kan aku malu juga kalau ada yang kenal tiba-tiba ketemu disini."
Tika yang setengah kesal dengan tingkah Risa akhirnya menanggalkan kacamatanya. Tika pun menjelaskan bahwa di rumah sakit ini, Risa tak mungkin akan bertemu dengan teman-teman kantornya. Saat sedang menunggu di ruang tunggu, tiba-tiba Rio datang menghampiri mereka. Risa yang sangat malu akan keadaanya hanya bisa mengomel ke Tika.
"Tikaaaa, kenapa harus bawa-bawa Rio," pekik Risa.
"Ris, semakin banyak kepala, semakin mudah kita menyelesaikan masalah ini, please jangan keras kepala," Risa terdiam mendengar penjelasan Rio. Ia malu, karena kebenciannya pada merekalah, akhirnya Risa melakukan hal bodoh ini. Risa akhirnya dengan enggan menerima bantuan dari kedua sahabatnya. Tika pun mulai mencecar Risa dengan banyak pertanyaan. Namun, tak satupun ada yang Risa bisa jawab.
"Nama?"
"Entahlah, aku tidak menanyakan namanya."
"Umur ... pekerjaan?"
"Kalau umur aku tidak tahu, tapi katanya pekerjaannya dibagian pengawasan, mungkin dia satpam?"
"Informasi lain yang mungkin kamu tahu?"
"Dia tampan, badannya berotot, sangat gentleman yang pasti ..."
"Servisnya pasti memuaskan, itu maksudmu Ris," Tika sudah mulai tidak sabar dengan jawaban Risa, karena semua hal itu tidak membantunya sama sekali untuk menemukan ayah bayinya Risa. Rio berulang kali mengelus pundak kekasihnya agar tidak marah kepada Risa.
Saat sedang menunggu gilirannya, Risa melihat rekan kerjanya juga mengunjungi dokter kandungan.
"Lho, Mbak Airin, ada keperluan apa kesini?" tanya Risa basa-basi
"Biasa, Ris. Mau jenguk saudara yang baru lahiran. Kebetulan hari ini senggang."
Cukup lama Risa berbincang, sampai akhirnya ia menyadari kalau pria yang bersama rekan kerjanya itu adalah pria cinta satu malamnya. Mereka pun beradu pandang tapi enggan untuk menyapa.
"Ris, kenapa bengong?" tanya Tika penasaran
"Jangan kaget ya, sepertinya aku sudah ketemu dengan pria yang menghamiliku. Itu cowok yang barusan datang sama Mbak Airin. Dialah pria cinta satu malamku, Tik."
Tika menganga tak percaya, pria itu sungguh tampan bahkan berbanding jauh dengan pacarnya. Risa terdiam bengong, ia sedang membayangkan bagaimana bila ternyata pria itu adalah pacar Mbak Airin. Bisakah ia menyampaikan kehamilan ini? Bukankah itu akan mengganggu hubungan mereka? Risa tampak berpikir keras, hingga akhirnya Tika memeluknya dan menenangkannya.
"Jangan berburuk sangka dulu, bisa jadi itu saudaranya," hibur Tika menenangkan kegelisahan Risa. Ia sedikit tenang dengan penghiburan Tika, Risa sangat bersyukur meskipun dirinya sedang dilanda masalah berat, ada temannya yang setia membantunya.
Di sisi lainnya, Axel harap-harap cemas karena melihat wanita yang ditemuinya di klub, tiba-tiba bertemu di dokter kandungan. Apakah dia hamil atau teman yang satunya yang hamil. Beribu pertanyaan berkecamuk di kepalanya. Hari ini, ia harus mendapatkan kejelasannya. Kalau memang wanita itu hamil, artinya dia harus menikahinya. Axel sudah menyiapkan skema terburuknya.
"Axel, kamu tertarik sama cewek tadi ya?"
Pertanyaan saudarinya membuatnya tersadar dari lamunannya. Tidak munafik sih, memang Axel tertarik dengan rekan kerja Mbak Airin. Wajahnya yang cantik dan senyum manisnya membius Axel malam itu. Malam itu Axel bahkan tak bisa berkelit dari rayuan wanita itu.
"Kalau tertarik, emang Mbak Airin mau bantu jodohin?"