Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Undercover Prince

Undercover Prince

Agneslovely2014

5.0
Komentar
7.3K
Penayangan
53
Bab

Pangeran William Lancester dipanggil pulang mendadak ke Wisteria Kingdom oleh sang ayahanda raja. "Puteraku, segera cari calon ratu sebagai pendamping hidupmu karena usia Ayah tak lama lagi—" Raja Alderan Lancester terbatuk-batuk memuntahkan darah dari mulutnya dengan napas tersengal di pembaringannya. "Baik, Ayahanda Raja. Segera aku lakukan, tapi kali ini aku tak ingin seorang puteri yang manja sebagai pendampingku mengurusi kerajaan kita. Dia haruslah gadis yang berkepribadian kuat dan berhati mulia!" jawab Pangeran William penuh keyakinan. Siapakah dia yang akan menjadi ratu baru Wisteria Kingdom? Akankah mereka bertemu di sebuah pesta dansa ataukah di sebuah tempat yang tak terduga karena gadis yang telah ditakdirkan oleh semesta bukanlah sosok yang biasa? "Hey—jangan macam-macam denganku!" ~ Prince William Lancester "Ohh ya? Anggap saja aku seperti menu spesial di restoran mahal. Kau bisa melihatku, tapi mungkin tak mampu mendapatkannya!" ~Lady Amelia Stormside "What you wish is what you'll get!"

Bab 1 Panggilan Pulang Ke Wisteria Kingdom

Di atas langit kelam malam Wisteria Kingdom petir berkilat-kilat berbahaya dengan suara guntur sesekali menggelegar seperti menggetarkan bumi. Sebuah kereta yang ditarik dua ekor kuda berbulu cokelat tua yang basah kuyup bermandikan air hujan yang cukup deras dikendalikan oleh kusir yang ahli.

Bukan sembarang orang yang berada di dalam kereta kayu berukiran dengan emboss warna emas huruf WK di bagian sisi pintu kereta kanan kiri. Beliau adalah Your Grace Crown Prince William Lancester, calon pewaris tahta Wisteria Kingdom berikutnya.

Sebuah pesan penting dikirimkan kepadanya ke Benua Amerika bagian utara. Dia sedang bersekolah mengenai hukum dan tata negara di negara yang terkenal begitu maju dalam hal pemerintahan dan strata kependudukan. Ilmu yang rumit yang bila diberikan untuk pemuda biasa pada umumnya akan menyerah atau mungkin juga tertidur di kelas saat tutor mengajar.

Perjalanan panjang melelahkan yang ditempuh William akhirnya berakhir. Kereta kuda itu pun berhenti dan pintu kanan kereta dibukakan oleh seseorang dari luar, pastinya salah satu prajurit penjaga pintu gerbang istana.

Pemuda berambut cokelat madu sama seperti warna bola matanya yang juga cokelat dan memiliki tatapan yang tajam menyiratkan kecerdasan, kualitas seorang calon raja berikutnya. Warna mata dan rambutnya itu warisan dari mendiang ratu Wisteria Kingdom, ibundanya yang telah berpulang ke surga sekitar 10 tahun lalu saat ia masih berusia 12 tahun.

Salah satu alasan ayahanda raja mengirim William bersekolah jauh ke seberang lautan tak lain dikarenakan penampilan fisik putera tunggalnya mengingatkan dirinya kepada sang istri, cinta sejatinya. Sang pangeran mahkota tahu mengenai hal itu dan berusaha tegar karena mengingat pesan terakhir ibunda ratu bahwa dia adalah harapan seluruh rakyat Wisteria Kingdom, William harus menjadi pria yang kuat menghadapi apa pun.

"Your Grace, senang melihat Anda kembali!" sambut Alexei Stormside, perdana mentri Wisteria Kingdom sembari membungkukkan punggungnya di hadapan William.

Senyum tipis tersungging di bibir William, dia sangat menghargai pria beruban di hadapannya karena sejak kecil dialah tutor pendidikannya di istana. Seorang pria bijaksana dan setia yang mengabdikan hidupnya, mungkin sampai menutup usia demi negara.

"Sir Alexei, bagaimana kabar Anda? Kuharap segalanya baik setelah kutinggalkan bertahun-tahun," ucap William dengan logat Wisteria yang seolah tak dapat dihilangkan dari lidahnya sampai kapan pun.

"Kabar saya baik, Pangeran. Terima kasih. Tidak banyak masalah selama Anda berada di Benua Amerika, mungkin ada beberapa perubahan fisik kota dan daerah pedesaan menjadi lebih maju. Kami tidak lagi menggunakan lampu minyak dan lilin lagi melainkan lampu pijar yang dapat menyala terang," jawab tuan perdana menteri dengan suara resminya yang kaku seperti papan pengumuman istana.

Sementara mendengarkan Alexei Stormside berbicara, William berjalan tegap menyusuri koridor istana hingga mencapai ruang tengah luas dimana sebuah tangga batu melingkar yang besar nampak. Dia ingat kemana ujung tangga itu menuju, ya ... kamar sang ayahanda raja.

"Naiklah, Your Grace. Beliau sakit keras dan sangat ingin bertemu dengan Anda sebelum wafat." Helaan napas berat terdengar, suara Alexei yang menyiratkan kesedihan dapat ditangkap oleh William.

Pemuda itu pun membalikkan badannya kepada Alexei sebelum menemui ayahanda raja di lantai atas. Dia menjawab, "Aku pasti menemui raja. Ikutlah bersamaku ke kamar beliau, Alexei!"

Kedua pria berbeda kedudukan dan juga berbeda generasi itu menaiki tangga batu berusia berabad-abad yang cenderung membuat lelah saat ditapaki satu per satu. Ada ketegangan yang disembunyikan oleh William saat akan menemui pria yang mengasingkan dirinya ke luar negeri selama bertahun-tahun tanpa satu pun kabar.

Pintu kamar yang berat karena tingginya mencapai hampir setinggi langit-langit kamar dibukakan oleh dua prajurit penjaga. Suaranya terdengar berderak dan berkeriut menambah tegang suasana. Di luar pun cuaca buruk berhujan petir masih belum terganti.

"A–apa itu kau, William—puteraku?" Suara renta bercampur batuk kronis itu terdengar menggema hingga ke ambang pintu dimana pemuda itu berdiri mematung dengan jantung berdebar-debar.

Langkah kaki yang berat itu memasuki kamar yang lama tak pernah ia injak begitu lama, William menghampiri tempat pembaringan raja yang berbentuk seperti panggung. William melihat beberapa sosok wanita berusia lebih muda dari mendiang ibundanya menemani sang raja yang terbaring lemah di ranjang berselimut sutera ungu tebal. Dia memalingkan wajahnya.

"William—mendekatlah kepada Ayah ... kemarilah!" pinta Raja Alderan Lancester melambaikan tangan kanannya agar William mendekatinya.

Dia benci melihat selir-selir ayahandanya, dia pun menjawab, "Bisakah gundik-gundik itu meninggalkan kamar ini sejenak, Ayahanda Raja?"

Wajah Raja Alderan memerah dan ia terbatuk-batuk karena kesal mendengar permintaan William. Namun, akhirnya demi kepentingan negara, ia pun mengalah dan menyuruh pergi selir-selir cantik yang biasa menghiburnya.

"Baiklah, sekarang duduklah di kursi dekatku, Will. Uhuk ... uhuk ... kita harus bicara sesuatu yang penting!" pinta raja terbatuk-batuk dengan darah segar yang ia usap dengan sapu tangan.

William memang duduk di kursi samping pembaringan ayahandanya. Perdana mentri masih setia menemani dengan berdiri di belakangnya. Dia lalu bertanya, "Apakah kesehatan Ayahanda Raja memburuk?"

Raja Alderan mengangguk-anggukkan kepalanya, dia berkata, "Usiaku tak lama lagi, kau harus siap menggantikanku sebagai raja Wisteria Kingdom. Siap atau tidak siap! Dan ... sebelum itu carilah seorang istri sebagai permaisurimu, Will."

Perintah terakhir raja itu menyisakan sedikit keterkejutan dalam diri sang pangeran, dia masih 22 tahun. Hari-harinya selalu dilalui dengan tempaan pendidikan yang membuatnya pusing tujuh keliling, sulit baginya memecah fokus untuk menjalin percintaan dengan gadis-gadis Amerika yang menarik.

"Baiklah ..., tapi aku tak ingin gadis dari puteri kerajaan yang manja dan tak berkarakter kuat. Izinkan aku mencari calon ratu untuk Wisteria Kingdom yang sesuai dengan kriteriaku sendiri, Ayahanda Raja," jawab William tegas yang membuat kedua pria tua di depan dan di belakangnya terkejut.

Alexei Stormside terbatuk kecil dan berdehem, ia tak ingin menentang keinginan aneh sang pangeran. Namun, ia berpikir bahwa itu hal yang sulit dilakukan. Apa pemuda itu ingin mencari jarum di tumpukan jerami?

Sedangkan, Raja Alderan Lancester mencoba mengalah sekalipun ia lalu menanggapi, "Boleh. Hanya saja temukan gadis yang menurutmu adalah calon ratu yang tepat itu paling lambat pertengahan musim dingin tahun ini."

"Tapi, Ayahanda saat ini sudah akhir musim panas jelang musim gugur—" William merasa waktunya terlalu pendek untuk menemukan gadis yang akan menjadi pendamping hidupnya.

Raja terbatuk-batuk dan memuntahkan darah kembali. Dia menghela napasnya dengan berat sambil berkata, "Apa kau pikir Ayahmu akan hidup hingga selamanya menunggumu mencari istri yang tepat? Ahli ramal kerajaan telah membaca letak bintang di langit, dia mengatakan Ayah akan berpulang ke surga musim dingin nanti, jadi cepatlah bertindak!"

William tak ingin berkomentar mengenai ramalan bintang yang entah benar atau salah itu mengenai akhir usia ayahandanya. Dia mengangguk yakin lalu menjawab, "Aku pasti akan segera menemukan gadis istimewa itu, Ayahanda tak perlu kuatir. Jaga kesehatan Anda, mungkin aku akan jarang menjenguk ke mari."

"Jangan pikirkan aku, Will. Fokuslah dengan tugas yang kuberikan. Besok malam aku mengadakan pesta dansa untuk menyambut kepulanganmu di aula istana. Mungkin kau bisa memilih salah satu dari wanita terhormat itu dan tugas dariku selesai, Will!" ujar Raja Alderan sambil tersenyum miring menatap puteranya yang telah tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan.

Sang pangeran menyahut ringan, "Mungkin iya ... bisa pula tidak, tapi aku menghargai bantuan Ayahanda ini. Terima kasih dan beristirahatlah, hari telah lewat tengah malam, Ayahanda Raja!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Agneslovely2014

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku