Marriage and Dessert Brief
RR
fé, Pukul
mengumpatiku tanpa ampun. Reza, sepupuku yang begundal pasti langsung menyengir mesum dan terus meledekku bahkan hingga ribuan tahun lagi. Apalagi Mama, sudah dipastikan
negak bir kedua yang dipesannya dalam waktu satu jam ini. Selain pemabuk berat, teman SMA-ku ini juga terkenal brengsek, terlebih rekam jejaknya dengan tindakan amburad
"Ya mau gimana lagi, toh aku terlan
mengiyakan ajakan Bram untuk nongkrong di café semi klub malam yang sudah melegenda di kota kecil ini. Di banding tepat lain, mungkin ini tak se-ekstrim bar karaoke remang-remang, tapi jelas bukan tempat yang pantas untuk mengundan
nganku yang kukira Dewi keajaiban namun berubah menjelma menjadi Dewi kematianku. Selama ini aku berlagak tak terlalu terpengaruh dengan kegagalan pernikahanku yang bisa dibilang dramatis dibanding tragis berkat terpaan pemberitaan media. Seolah aku tak boleh menyerap memar yang menghantam
r-besarkan ini, melainkan tatapan Mama terutama Mas Aga teramat mengangguku. Raut wajah keluargaku yang saling bergantian memamerkan kecemasan dari hari ke hari. Jelas, ini sangat menyiksaku. Maka, tak heran dengan gegaba
melihat sesosok perempuan ramping dan jangkung berjalan cepat ke arah meja kami. Jelas, dia tak mampu menutupi langkah kikuknya menembus kepadatan pengunjung klub yang berjubel heboh di ruang tengah lantai dansa. Mendadak aku meringis dan berkerut
ah datang Dav? Duduklah,"
jawabnya sinis, menegaskan
yang ada di depan kami dan atmosfer tegang di antara kam
ar nyalang mengingatkanku bara amarahnya jelas masih menyala.
nempatkan Davinka pada situasi yang mengharuskannya membentengi wajahnya dengan masker bahkan kepala juga rambutnya kini
gkat dulu telepon dari hottest langgananku kayaknya dia udah stay di pintu belakang. Biar kusamperin staff yang ngurus d
rdiri menegang. Tatapan tajam Davinka masih terasa seperti menusuk-nusuk perutku. "Sorry,
buat kongkow sama temenmu t
sendiri!" balasku terdengar
eras saat berjalan menyerupai benteng bagi Davinka sebisaku, tapi nyatanya beberapa tangan menemukan celah untuk memuaskan rasa penasaran mereka mencoba meraih penutup masker di wajah Davinka juga tudung yang di tempat atraktif ini jelas teras
lagi" sentak Davinka sambil melangkah mendekati pintu masuk yang mulai berjubela
buruk lagi seperti beberapa detik lalu. Sesampainya kami berada di parkiran luar, aku hampir m
parkiran basement setelah kita udah di lu
ungi dulu Pak Anwar biar
balik dengan kondisi teler, kamu nyuruh P
ran seperti apa? Aku akui m
ahu itu!" Nada suar
berdua mengulur waktu di parkiran luar seperti ini. Davinka bisa saja meledakkan amarahnya dan selanjutnya kami menjadi tonto
gka kamu mengajakku ke tempat
elasin habis ini.
k pernah salah. Kamu lebih
rapa oktaf, membuat beberapa pasang
berpendidikan. Kita nggak seharusnya bertengkar di
rpendidikan jelas takkan men
ara klakson dan lampu mengedip dari mobil yang
eperti pria brengsek. Tapi, lakukan setelah kita masuk ke dalam mobil. Aku akan menyuruh Pak Anwar memesan taksi online, kita perlu bicara bany
suatu tempat lebih dulu. Mendapati jam kerjanya hari ini resmi berakhir, Pak Anwar dengan sumringah menerima beberapa
lam belum?" tanyaku sete
dah makan atau belum?
alau sekarang kamu mau mara
empat kayak tadi. Ketiga, aku setuju kita bakal berteman, dan sebagai informasi jenis pertemanan bebas seperti mengunjungi tepat klub atau tempat nyeleneh dan kelam seperti
ecewakan" lebih halus dibanding tingkah kon
bodoh berjalan di tempat yang terlarang dalam kamusku, tapi setelah kupikir lagi kenapa aku harus membuang energi dan
da getirnya, "Kamu berhak
mbuatnya salah paham. Selan
r, ya," Segera aku menepikan
pon Davinka m
aat ini. Peduli setan dengan egoku untuk menutupi keadaan kacauku sekarang. Aku harus mengungkapkannya kepa
waran Bram dan interogasinya yang menganggu soal rasa penasarannya terhadap berita hubunganku di media akhir-akhir ini. Lalu, kupikir saat kamu memberitahuku sedang di toko buku tak jauh dari tempat kl
gelisah. Suara kesahan Davinka yang keras membuatku mendongak. Davinka beralih mena
enarnya aku cukup risih melihatmu menghabiskan waktu bersama temanmu di tempat seperti itu. Dipikir lagi, memang
ku, aku janji kejadian i
berusaha kita kunci jauh dalam diri kita, seolah mereka berhak membuka
h, mungkin bagi mereka itu me
bagi mereka dan jelas
di antara kami mencair, le
a mencengkeram kuat lengan kiriku. "Kita mau ke mana sekarang
ebanyakan resto juga tutup. Ada yang perlu aku obrol
begitu,"
an berani nyulik kamu, D
puas menggoda Davinka, kami sudah duduk di salah satu sudut meja warung tenda. Aroma gurih dari beberapa pengorengan menu khas lalapan cukup menerbitkan selera makan kami berdua. Usai memesankan Davika menu ayam panggang dan ayam goreng
an, Dav,"
ngobrol soal apa?"
am gelasnya hingga berdenting pelan, "Dari tadi kamu n
mata Davinka lekat memand
ta menik
letupan api yang mendadak di mata Davinka. Aku menelan ludahku yang terasa pahit, gugup menunggu reaks
bilang kamu tipe cowok ant
ka justru terlihat lebih pad
an konvesional bukanl
lis eksotiknya
an pernikahan kontrak."
inka terlihat mengerikan, kedua matanya bergerak gelisah dan mulutnya sempurna melongo lebar. Jelas, ini reaksi yang seharusnya kulihat sejak aku mulai me
gak waras, Ren." sem
i yang kutaksir bakal kudap
a dan apatis skeptis soal
ya jalan meyakinkan Davi
*