Satu Janji
akan kebaikan Tuhan
in inilah
akan keadilan Tuhan
inilah wujud
: C
nusuk hingga ke tulang rusuk. Membuat gadis berbaju coklat susu itu se
pink susu, di siang ini. Suara saling berbenturan antara pintu jendela kanan dan ki
g tanpa janji temu. Cinta berjalan diantara kedua anak manusia yang penuh ketidak sempurnaan. Namun bagaimana bisa, seorang yang
an mengundang tetesan-tetesan air kesucian yang kerap kali membasahi pipi. Sungguh suatu realitanya
a Kristina–Adik dari ibunya
-apa kok, Te," jaw
eritakan pada Tuhan. Dia adalah pendengar dan pemberi yang terbaik. Oh iya, tutup jendelanya karena hujan seper
alkan Caca, seorang diri di tera
kalbunya, "Andai aku bisa menikah dengan Haik
bih dia berpisah dengan Haikal, namun kecewa dan sakit hatinya tak kunjung usai. Membekas dan sesekali masih terasa pe
asih menjalin hubungan dengan Haikal–satu tahun empat bulan–sebelum dia berpisah dengan Ha
mereka berpisah, usaha Caca menjadi sedikit terganggu, sebab ada banyaknya serangan fitna
a Kristina. Caca mengangguk dan
t putih–mata sipit dan t
ilang-bilang dulu, Da.
ak gabut aja, sih. Kel
di rumah," jawab Caca. "Tunggu ya, aku ganti baju d
rang diri, sambil berselfie ria. Tak lama, wanita paruh baya muncul–m
..." ujar wanita
a disini saja. Cari
anita paruh baya itu tersenyum da
, Bu! Saya mau keluar sa
a dengan teriakan juga, sebab di
erti ini. Jarang keluar rumah, terlalu banyak musibah yang
ar Caca yang tiba-tiba sudah
adis sipit itu m
unya Caca yang memanggil nama mereka. Caca dan S
kalian mau kemana?" tany
angin. Jenuh di rumah," jawab Caca
au membolehkan karena ingat kalau anaknya tersebut sudah lama
mengajak Sahida untuk ke kafe temannya, sekaligus mengenalkan Sahida dengan temannya. Jarak kafe dengan jalanan yan
*
dibantuin nggak?" tanya Caca dengan suara
gan. Elo itu kenapa sih sebenernya? selalu ..., aja bikin orang itu naik darah
janjian dulu lah, biar
rena aku gabut di rumah, terus kebetulan ada Sahida yang datang ke ru
asa lebih baik aku numpang gabut di sini aja, deh. Boleh kan? boleh dong
enyuruh Caca beserta Sahida menunggu di ruang studio miliknya. Akan tetapi, Caca menolaknya. Dia lebi
uda berbadan atletis itu meminta maaf pada Caca karena tidak sengaja mengotori sepatu Caca dengan es kopi
dong! kalau begini aku nggak bisa salat Dzuhur di jalan, nanti." Caca
i lagi. Dia berlari keluar dari Kafe. Tak lama kemudian, dia kembali ke Kafe lagi, sambil membawa
t apa?" t
ga kena najis," ujar pria itu. "Masih baru kok, bukan bekas.
di rumah nanti. Telat sediki
salat itu tidak baik. Selagi kita masih bisa tepat waktu, kenapa memilih untuk menu