Satu Janji
o matang memberhentikan kereta kuda yang seri
ya dia mencoba naik dokar. Meskipun sendirian, tapi dia merasa bahagia karena bisa merasak
engah sembilan malam, kereta kuda itu berhenti dan waktunya Caca pulang. Dia ingin menelpon Sah
ra mundur atau berlari maju untuk segera menyabrang, karena dirinya syok. Hingga motor itu semakin dekat
ia dengar. Dia membuka matanya perlahan dan terkejut karena di depannya sudah banyak orang berkerumun. Caca berlari untuk mel
Tolong bantu bawa ke rumah sakit, ya.
meringis–kesakitan, "Antar saya ke Ru
an permintaannya. Sesampainya di rumah sakit, caca terpaksa menjadi penanggung jawab atas kejadian yang menimpa Raditya–malam ini. Se
tanya Caca denga
k Raditya membutuhkan istirahat total selama kurang lebih tiga hari unt
atau rawat jalan, Dok
tolong kembali ke sini lagi untuk dilakukan pemeriksaan ulang. Maaf, saya
g pemeriksaan. Dia berniat ingin mengantar Raditya pulang, tetapi pria itu menolakny
di cari Sahida, loh." Pria bertubuh a
u pulang duluan kalau begitu," ujar Caca. Dia melangkahkan kakinya
ya," ujar Raditya, "Lagi pula, kamu tidak
nnya saat ini. Pria itu dengan tanpa berat hati menceritakan kalau dirinya menghindari Caca, agar t
dak ingin memikirkannya terlalu serius, lalu dia memutuskan untuk segera meminta maaf dan berterima kasih dengan Raditya. Tak lama, seor
*
ih sibuk mencari Caca– yang kini sudah perja
, pula. Bisa kena amukan singa, nih kalau
h tidak menemukan Caca, dia memutuskan untuk kembali ke cafe dengan harapan Caca sudah ada di sana. Akan tet
bisa bantu kita. Nggak mungkin 'kan, kita nyari
Ras. Mana aku tahu nomornya dia
ukan dari ibunya Caca, juga abang kandungnya yang seram. Tanpa dia sngis?" Saras mendekati Sah
u bingung harus ngomong apa ke mereka
a adanya tentang kejadian ini, tanpa ditutup-tutupi.
sal, setelah tahu kalau yang menelpon adalah Caca. Dia mengangkat telepon itu dan memaki
segera melakukannya. Caca meminta maaf karena telah membuatnya dan Sahida
at naik dokar. Tadi aku mau telepon Sahida, minta jemput di halte. Tapi
bikin kalian ke
kenapa-kenapa 'kan, Ca?" ta
u. Dia berusaha menghindariku, tapi malah jatuh. Parahnya lagi, orang
jadi orang. Bisa gak sih, sehari ...,
main kabur gitu aja. Pakai acara bikin Raditya ce
dengan sepihak, tanpa ada kata penutup. Sahida berpamitan pul
*
aku menjadi manusia asing yang menyebalkan. Bahkan tak jarang pula diriku sendiri ta
mengabulkan doa-doaku, pasti nanti akan terlihat tanda-tanda dimana alam akan segera menj
r tidak satupun pertanda yang luput dari mataku. Aku yakin dengan izin-Nya, pasti tak a
Cac
u adalah orang tuanya. Menulis adalah kebiasaan Caca sejak masih duduk di bangku SD. Sebagai sarana untuk mengungkapkan semua unek
ya. Tetapi justru tanggapan menyebalkan yang pria itu dapatkan darinya.
kir terlebih dulu. Ya, penyesalan memang selalu di belakang
ih awal, hari ini. Tetapi matanya sulit untuk di tidurkan. Bayangan Raditya terus saja hadir d
i lagi-lagi hatinya dipenuhi dengan rasa gengsi dan benci–yang membuat dia mengurungkan niatnya.