Pesona Kupu-Kupu Malam
ng bernuansa remang-remang karena lampu utama tidak dinyalakan dan hanya mengandalkan cahaya matahari yang masuk melalui dinding kaca karena tirai yang terbuka. Dia bera
morning,
u sarapan tadi ke atas meja dekat ranjang lalu duduk di tepi ranjang tepat samping pahanya. Dia mengerutkan keningnya, menatap si pria yang tersenyum hangat padanya. Senyuman itu sama sekali tidak membuatnya tertari
u kembali ke rumah bordil
risi pancake yang diberi lelehan selai strawberry. "Kamu punya waktu untuk
par itu terobati oleh pancake dengan rasa yang tidak terlalu manis itu. Gadis itu jadi ingat pada Richard yang
," ucap Alexander, melirik D
lirih
u saat aku datang lagi ke kota ini.
u," ucap Daisy kemb
nap
nggalkan dan aku tidak akan diizinkan untuk pergi dari sana untuk melihat kamu sudah kembali ke kot
elayanan itu sudah selesai. Dalam diam dia berpikir untuk tidak akan pernah membiarkan gadis itu memiliki waktu batasan untuk melaya
ordil itu," ucap Alexander kemudian dengan lembut meraih tangan kanan Daisy lalu menciumnya. "Aku pikir satu m
udakmu ... Jam pelayanan sudah selesai, bahkan aku pikir kamu terlambat untuk mengantar aku kembali ke rumah bordil. Madam N
a uang sangat banyak asalkan aku bisa membawa
n piring ke atas nampan. Dia meminum teh hangat yang tersedia di sana, lalu perlahan menggeser tubuhnya dan beranjak dari ranjang sambil terus merengkuh t
as ranjang lalu menggagahinya dengan liar, namun dia tidak melakukannya. W
ucap Daisy. "Tapi aku yakin kamu bisa membayar semua itu tapi
nap
segera berjalan menuju kamar mandi k
Tubuh seksinya yang terlihat begitu menggelora dari belakang, membuat
.. Dret
kannya berdering. Alexander segera mengambil benda can
o, Pi
kan rahasia anda tentang Anda yang membeli Daisy semalam, jika anda ti
alam akan didatangi oleh pria-pria berotak mesum, lalu membayangkan nanti malam dan sampai satu minggu ke depan, Daisy akan berada di sana dan pastinya menjadi sasaran pria-pria berotak mesum yang pasti sangat menyukainya kar
_
g berdiri bersama Richard dengan masing-masing memakai pakaian formal. Richard me
rol sedikit dengann
" tanya
nya lurus ke depan namanya ada di dalam pikirannya adalah Daisy dan momen ngobrol di dapur
jak pandangan pertama. Rambutnya yang indah berwarna hitam kekuningan, bibirnya yang sexy dan mat
ka adalah gadis-gadis cantik, lembut, namun terpaksa menjadi liar sesuai dengan perintah mucikari. Mereka adalah budak, tapi aku yakin mereka tidak pernah bermimpi untuk mengakhiri hidup mereka di sana. Mungkin mereka memiliki
sahut Richard sambil mengingat Daisy yang seperti kehilangan harapan karena