Mencintai Pembantu Dadakan
a
ndap-
la
pipi seorang wanita yang tadi pagi telah
jika ia akan di hajar habis-habisan oleh para preman Mami Lorenza, setelah mendengar kabar Nurmala melarikan
ndani!" ujar si pria juru bicara, Yan
natap geram pada wanita paruh bay
udnya?" tanya wanita itu
rnya Nurmala dari orang-orang yang sudah membelinya? Wanita itu geleng-geleng kepala. Bukan karena khawatir pad
menemukannya kembali... Maka bersiap-siaplah untuk mengemb
ang, di mana kainnya yang sudah luntur dan terkoyak karena termakan usia, sambil memegangi sebuah toples berisi kerip
p sang gadis dengan wajah me
aya itu dengan nada tercekat. Pikirannya su
yang lain, yang harus
eg
ginginkan Nela sebagai peng
a anak kesayangannya. Tidak mungkin ia tega melepaskan Nela demi Nurmala. Tapi, jika demi uang ya
sayanganku!" ujar wanita tua itu sambil
besok atau lusa, Nurmala harus sudah ada. Jika tidak... kau tau kan akibatnya?" ucap pria plontos itu sambil
kripik di tangan Nela terjatuh, isinya berceceran ke kursi dan lantai, bahkan juga menge
temukan. Pasti!" ucap ibu dari Nurmala dan
tnya dengan wajah genit yang dilayangkan kembali untuk Nela. Tidak lup
i seorang wanita malam! Bagaimana pun caranya, Ibu harus menemukan keberadaan Nurmala! T
amarah pada Nurmala. Tekanan dari Mami juga anak buahnya. Di tambah lagi dengan tekanan dari Nela anaknya, membuat wanita paruh baya
ku? Dia malah lari dan memberikan masalah besar padaku!" ujarnya dengan nada menahan amarah, "kamu tenang saja
uah Mami. Meski raganya bergetar, dan hatinya bergejolak karena rasa takut akan di temukan kembali. Namun, ia tetap bertahan di sana tanpa suara, ber
a?" gumam Nurmala lirih. Tak terasa, air mata jatuh membasahi pi
am tidur yang bisa membuat mereka masuk ke alam mimpi. Entah itu mimpi indah yang membuat tidur mereka se
nginya. Tubuhnya lemas dan gemetar, karena sedari pagi memang belum ter
di kaitkan saja dari dalam, dan itu pun masih bisa di buka dari luar dengan perlahan. Mata
mpi. Tapi, Nurmala harus tetap berhati-hati. Siapa tahu, sebenarnya para penghuni
la melangkahkan kakinya perlahan menuju sebuah kamar s
ka sudah terlelap
mbalas budi! Kau pikir, mudah, merawatmu sampai sebesar ini hah! Aku membes
, Dig, dug, tak beraturan. Ia yang baru saja masuk ke dalam kamar, merasa terjebak dengan apa yang suda
ya, begitu menusuk hingga ke ulu hati. 'Sampai hati ibu mengatakan semua cacian itu padaku, sebegitu bencinya ibu
Tapi... Rasa penasaran membuat Nurmala melangkahkan kaki dengan perlahan, dari kamar menuju kama
Kembali kau?" ucap ib
h tanggung. Ia terus melangka
uh
i! Dan dalam mimpi pun, ibu masih saja mengataiku anak tidak tahu diri!" Nu
ta itu tertidur. Kenapa ibu begitu membenciku? Apa salahku? Tidak adakah sedikit pun ras
sam