(BUKAN) PERJAKA TUA
ngajar mata pelajaran Matematika, menggantikan Bu Yenni yang
erdiri di tengah-tengah kami. Ia memperkenalkan dirin
menampakkan senyum menawannya. Oh Tuhan, Hati ini langsung berdesir! Terima kasih Engkau tel
il penaku yang ternyata berada di bawah kursiku. Aku kembali pada posisiku. Namun, aku dibuat kaget melihat s
ki-laki yang menaruh hati pada Lia. Tidak dapat dipungkiri jika aku akan kalah saing dengan mereka dari s
ada jadwal mengajar pada jam pertama. Aku yang juga memiliki jadwal mengaj
t Lia mengajar. Gemas, ingin sekali aku menggigit kedua pipinya ketika melihat carany
au berpaling memandang Lia yang sedang mengajar. Bahkan saat pergantian j
ak Syarif...
eseorang menendang kaki kiriku.
capku ketus dan bisa ku lihat Pak Narto sedang ber
lho. Bapak bukannya menjawab malah senyum-sen
rto ini! Saya sehat-sehat
h ganti jam pelajaran. Anak-anak dari tadi manggil. Sudah boleh
mbol di tengah lapangan sembari minum es teh. Astaga...!!! Bagaimana bisa aku
an. Saya pergi dulu" ucapku kemudian berlari me
ung seperti ini? Ini baru hari pertama Lia mengajar di sini. Bagaimana kalau semin
ah jam setengah sembilan dan aku baru membubarkan anak-anak. Pasti guru mata
u ini cukup sekali. Aku harus kembali fokus me
aku jadi melewatkan sarapanku. Aku tidak mungkin makan di pinggir lapangan lagi kar
g.
ap lontong pecel di warung Bu Narto. Aku ingin sekali berteriak dan
kan perlahan. Aku tidak boleh gugup. Aku har
angku tengah. Aku memang sengaja tidak duduk di bangku yang sama dengan Lia
u. Bu Narto yang memang hatam dengan kebiasaanku,
a tidak terusik dengan keberadaanku atau mungkin dia tidak sadar jika aku ada di
udah selesai menghabiskan lonto
aan Lia dengan bahasa daerah sini. Aku bisa melihat Lia men
gi dan Bu Narto kembali menj
tasnya dan menyomot selembar uang lima puluh ribuan. Aku tersenyum melihat tingk
segin
alian kalau bayarnya pakai uang lima pulu
arga makanan dan minuman i
nya tiga ribu, es tehn
kik tak percaya denga
g bukan hutan" tegurku dan Lia langsung m
sangat murah. Emmm... apakah Ibu ini tidak rugi?" tany
yang didapat Bu Narto. Jika kau penasaran, tanyalah sendiri kepada orangnya"
bertanya padamu ya?" Lia terkek
guru di sini
kau tidak melihatku di ruang guru?" aku balik bertanya dan Lia ma
perhatikan kalian sa
memperhatikanmu" ucapku se
pertama berbunyi. Jadi aku tid
angkit dari tempat dudukny
siapa?" ucap Lia sembari mengul
e
, gadis chubby itu mengajakku berkenalan? Oh Tuhan.
ak! Siapa nama
, guru olahraga" jawabk
bisa menjadi rekan kerja yang baik"
yuman maut yang membuatku semakin terpikat pada pesonanya. Aku yakin nanti malam
melamun lagi?" tanyanya memb
mau melamun di sini, silakan saja. Tapi hati-hati, Pak
ti Bu Narto. Ia kembali menyerahkan uang l
a kembali dibuat kebingungan. Sepertinya Bu Narto tidak pek
rto minta uang pas" sahutku menerje
ahasa madura. Jadi pakailah bahasa pers
begini saja. Pak Syarif, kira-kira kalau mentraktir s
ucapku mencegah niatan Lia yang sebenarnya baik sih tapi
Anggap aja perkenalan. Lim
kebanyak
ratu
aja udah cukup, Non. Eh
? Hah?? nggak salah??" tan
segitu sudah lebih dari cukup mentraktir ka
Lagipula saya tidak paham kalau berbicara langsung dengan Bu Narto. Pak Syarif bisa kan meng
cash bon aja dulu. Biar nanti pas pulang sekolah saya ke sini la
baju yang baru kelar disetrika. Aku semakin penasaran dengan Lia.
iliki gaya hidup kelas atas padahal kehidupannya sama saja sepertiku? Entahlah, sepertiny