Is This Love?
entak Farrel kesal se
"Kau yang keterlaluan! Tega sekali menyuruh wanita me
ihat aku jug
anjang ini besar dan berat. Kenapa tidak ka
ali ke gudang untuk mengambil kuas yang tadi kusuruh. Tapi kau bersikeras memban
ari gudang, tapi kenapa malah
bagai lelaki sejati, aku tidak mungkin menyuruhmu memindahkan ranjang ini s
ai dengan urusan mengecat, kita harus membersihkan gudang itu dan m
. Kau tidak berhak me
u tidak mau melakukannya, kau punya c
olek dagu wanita itu. "Lalu apa gunanya aku memiliki calon istri cantik yan
Farrel dengan kesal.
Kau tidak dengar aku memuj
, tapi mengejekku
il salah satu kaleng cat. "Kalau kau tidak mau mengambil k
ntumu lagi!" seru Kanza seraya menghentakk
Farrel bergegas mengejarnya, mencekal lengan
!" bentak
kan membiark
pa ti
rus mem
a mengerjakan
lebih enak jika ada orang
ari cekalan Fachmi namun gagal. "Panggil saja satpa
asing masuk ke kediamanku. Kecu
saja
calon suami." Farrel menahan senyum melih
uli! Sekarang
idak mau membantu. Tapi jika nanti malam aku belum menyelesaikan tempat ini,
nga akan ancaman Fachmi.
mparnya secara asal ke ranjang, memberi Kanza pemandangan indah punggung den
sekali tidak takut dengan ancaman Fachmi. Kalaupun benar Fachmi mencoba tidur di ka
*
anza meneriakkan pertanyaan itu seraya men
Dan dia sudah hampir terlelap saat merasakan kehadiran orang lain dalam kamarnya. Benar saja. Ternyata Fachmi y
engan bahu bersandar ke kusen pintu dan salah satu kaki disilangkan ke kaki yang lain. Yang lebih membuat Kanza
bentuk senyum miring. Namun senyum itu jadi
eringsut ke sudut ranjang. Tatapannya tidak bisa l
embali lalu meletakkan tumpukan kunci yang digantung jadi satu ke atas meja. Terjawab sudah b
emang Fachmi adalah tunangannya. Tapi Kanza belum benar-benar mengenal lelaki itu. Bisa saja Fachmi adalah
tu kian menjadi. Apalagi ketika melihat Kanza berusaha menutupi tubuhnya yang bisa dibilang
g dikenakannya. Lucunya, seketika mata Kanza melebar dan wanita itu semakin me
apa
mau ap
yang terkunci, akhirnya Farrel buka suara. Tapi bukannya membuat Kanza lebih tena
di situ,
. Kali ini seraya melepas sabuk di pinggang lalu ber
kau tunanganku tapi kau tidak boleh
pa ti
aya menutup wajah dengan kedua telapak tangan
Tapi Farrel tidak menyesal telah membuat Kanza berteriak ketakutan sambil menutup wajah. Kini selimut yang menutupi dada wanita itu
di lantai lalu naik ke ranjang di sebelah Kanza, membaringkan tubuhnya
elahnya membuat Kanza menurunkan kedua tangan. Lagi-lagi mata Kanza melebar meny
maumu!" kembal
Kanza. "Seperti yang kubilang tadi siang, aku akan tidur di kamarmu jika kamarku belum selesa
bis. Tanpa memedulikan pakaian tipisnya lagi, Kanza beringsut mendekati
ngga wanita itu jatuh menimpa tubuhnya, seperti saat mereka jatuh di gudang. Lalu t
ya berusaha melepaskan lengan Farrel y
Berhenti bergerak-gerak, Kanza. Atau
Kanza kaku. "Kalau kau tidak mau bergerak-gerak, maka lepas
tidak menyentuhmu tapi
i ini Kanza
za kembali berkata, "Aku tidak akan
uh Kanza. Tak disangka, Kanza malah turun dari ranjang,
ke
mbuka kunci lalu keluar kamar seraya me
R
buat wanita itu marah. Dia jadi penasaran, berapa lama lagi Kanza sanggup
*
terasa asing. Seraya menggeliat, Kanza mengubah posisi tidur jadi duduk. Ia diam sejen
tu ia ingat apa yang membu
ha mencegah Kanza atau memindahkan Kanza ke kamar begitu ia terlelap. Setidaknya dengan begitu, Kanza ak
mengambil selimut dan bantal yang ia guna
ruangan yang berantakan. Semalam saat mengambil selimut dan bantal, dia sama sekali tidak memperhatikan karena kamar itu gelap
curiga bahwa Fachmi mem
ri kota kecil ke apartemen ini adalah seorang yang selalu menjaga kerapian. Dia juga
lama Kanza bi
Kanza berniat segera keluar dari kamar itu. Namun langkahnya terhenti saat menyadari sesuatu. Perl
ar lukisan Fachmi. Sangat indah dan menyerupai asli
Pandangan mata lelaki itu seolah menatap malas ke arah Kanza. Raut wajahnya nampak kaku dan dingin. Sama sekali t
iapkan pujian. Ak
gan yang sama-sama mengarah pada lukisan. Kini lelaki itu sudah mengenakan celana jinsnya kembali namu
enar kau yan
suka. "Memangnya kau melihat ada oran
an itu. Kamar ini terlihat jauh berbeda dari sebelumnya. Dan ada kesan feminin,
n nada takjub. "Memangnya kau tidak khawatir merasa geli saa
pinggang sambil memperhatikan lukisan kupu-kupu bes
anya kaum lelaki tidak suka luki
Farrel dalam hati s
u-kupu adalah makhluk yang
sedang berpikir keras. "Semakin lama, aku semakin merasa sedang berha
ka hanya beberapa inchi. "Semakin lama kau tinggal bersamaku, maka semakin banya
at hingga bagian depan tubuh mereka menempel. Ke
ni tidak ada lagi penolakan dalam diri Kanza. Bahkan sisi liar Kanza yang
menerpa wajahnya, membuktikan bahwa posisi wajah mereka sangat dekat. Dengan kening berkerut, K
erharap aku m
ada lelaki itu hingga menjauh. Tidak bisa dijelaskan lagi betapa malun
elah kau membantuku berbelanja. Aku kehabi
juga. Tega sekali Fachmi berkata seperti itu. Bukannya membantu mengur
saja
etika. Raut wajahnya yang semula ce
mengumpatiku. Tapi untuk
entang ke atas ranjang yang hanya berjarak satu langkah di belakangnya. Kanza memekik kaget namun dia tidak bisa be
, kau m
nghukum tu
kulit lembut itu dengan kasar untuk menciptakan kissmark yang
-------
ya Emi