Mr Devil
eta
sepak terjangnya melesat sukses. Perusahaan yang bergerak di bidang Apparel, Textile dan Fash
ah menyiapkan sar
ngeran kecil? Yah, saat ini aku memiliki seorang malaikat k
a dengan ceria membu
bersemangat kembali setelah sekian lama menahan kesakitan yang tak pern
ajahnya yang oriental, blasteran membuatnya semakin tampan. Tetapi hanya dengan memandang wajahnya saja, itu mampu mengingatkanku kepada pri
elnya membuatku tersenyum lebar, mereka bahkan memiliki sifat yang sama, begitu pe
g ada di rumah kontrakan kecilku."Egan, hari ini mungkin Bunda akan sedikit sibuk di kantor dan Bunda tak bisa menjem
n menoleh ke sumber suara dimana seorang pria memakai jas hitam
iak Egan dan berl
at tubuh Egan ke udara membua
u selama ini. Ia mampu menerimaku yang sudah memiliki anak. Bahkan dia j
u tidak sadar kalau Aiden sudah berdiri di sampingku. Aku te
up atau biasa di kenal dengan WT corp Group. Perusahan Apparel, Textile & Fasion terbesar di Indonesia dan juga luar Indonesia. Bahkan di beberapa Negara maj
ubit pipi Regan membuatnya bersorak senang. Aku hanya bisa tersenyum dan bahagia melihat kekompakan mereka berdua. Aku bersyukur disaat hidupku hancur, dan tak ada tempat untukku b
pada guru disana. Aku dan Aiden langsung menuju ke kantor
enumpuk disana. Pak Wildan Manager bagian marketing sudah menyuruhku
gganti CEO yang lama itu mas
?" ta
a lorong ruanganku semuanya menggosipkan CEO b
ver l
celetuk Sonya membuatku memut
g kali, dan ini mungkin sudah yang
loe," k
sang CEO baru sudah datang. Dan kami harus segera bers
pnya seraya bercermin dan menambahkan makeu
alu pergi menuju ruangan pak Wildan dan Sonya
ntu ruangan terbuka. "Pak Wildan, tuan Wiratama sudah dating,"
mat s
tku berbalik bad
e
.......
mengabulkan doa d
sama. Tatapan tajam penuh intimidasi, wajahnya yang
lalu, dan kini dia
ya kembali menusuk ke dalam retina mataku. Tatapan yang
dari dan lenyapkan dari dunia ini. Dialah orang yan
derson Wi
*
pak Wildan menyadarkanku kalau in
ah kepadaku. Aku mampu merasakan kalau tatapan tajamnya menyusuri seluruh
elas pak Wildan, aku masih menatapnya penuh kebencian, bahkan aku mengepalkan kedua tanganku di sisi kiri dan kananku. Luka yang sudah lama aku ku
imidasi miliknya. Sama sekali tak ada yang berubah, d
ia terus mendekatiku seakan ingin menghapus jarak di antara kami. Aku segera menundukan kepalak
las tatapannya yang mengintimidasi itu. Sungguh aku membenci pertemuan ini, aku membencinya, sangat membenc
dia penasaran karena perilaku si pria arrogant itu barusan."Saya permisi Pak," ucapku
*