If I Stay
a Xander yang rebahan di pahanya sebagai bantal. Ara membiarkan saja. J
" ujar Ara dengan tatapan lekat
kakak. Bahkan dia juga tahu Xander jarang pulang lantaran harus be
elihat kamu," goda Xander dengan gombalannya. Dia tersen
ng digoda, tetap saj
ut beberapa centi ke depan. Dia menatap kesal pa
a. Belum ada istri yang harus kakak
an berganti tatapan tak suka pada adiknya. "Jangan meniru M
ering menodong Diaz dengan calon pendamping. Bahkan beberapa kali merancang kencan buta
e. Masak Kakak tidak punya pen
dak. Kakak tidak butuh keka
dengan Ara terus. Nanti kita akan punya keluarg
ya menjadi miring dan membenamkan kepalanya di perut sang adik. Seakan posisi ini sangat
rburu-buru dan berhenti di dekatnya membuat atensi Ara terali
a a
ada Tuan Muda Dave,"
sis Xander yang masi
ut. Dia mengira tuan mudanya
tu pergi dari sana. Tanpa buang waktu, pelayan itu
ada
li," balas
tu pindah dari pahanya. "Ara harus menemui Dave. Kakak min
Ara yang memintanya berpindah. Dia mengangkat kepalanya, menjauhkanny
kak. Dia tahu Xander sedang dalam suasana hati yang buruk. Kakaknya itu meman
sana tanpa kata. Bahkan Ara sampai melongo dibuatnya. Dia ditin
amnya sambil menggaruk r
a berbunga-bunga saat bertemu dengan pria itu. Rindu yang merundungnya beberapa h
melihat Dave yang sudah
i samping pria itu. Tubuhnya langsung tertarik dan dekapan hangat terasa. Sangat nyaman. Ara
m Dave yang makin me
kalah erat. "Ara juga rin
g-masing berusaha paham, tapi rindu kadang egois untuk tetap datang. Baik Ara dan Dave ingin sekali kembali
bih dulu mengendurkan pelukannya. Namun tidak
a. Hanya saja lengan panjangnya sudah digulung sampai batas siku. Pria itu masih tampak tampan dan memesona
kantor lang
dengan keadaan pria itu bila tidak banyak istirahat. Apalagi sadar dengan kesibukan
kekhawatiran Ara membuat dia senang.
dengar buaya bic
sana. Duduk santai di single sofa dan menaruh atensinya pada pasangan tersebut.
g kakak yang terkesan tiba-tiba, tapi juga kalimat yang Zand
buaya?" sentak Dave yang sudah
alimat tadi benar-benar menggelikan. Sangat
enemukan jawaban dari pikirannya tadi. Kepalanya sedikit mi
an bingung. "Kenapa malah bawa-bawa dia?"
g?" balas Ara dengan binar matanya yang cerah. Beda dengan si pelaku yang sudah meneguk
ilang ak
gan Xander. Kakak pertamanya itu sudah berdiri di ambang pintu, memasukkan kedua tan
dak akan semakin menyebalkan atau nyawanya bisa hilang di tempat. Namun, berharap pada Arlas Ara dengan wajah serius, tapi
ak. Mana ada? Aku bilang Dave
ap
lewat tatapannya. Takut-takut Zander menoleh k
an bahu pelan. "Dave memang buaya," katanya dan berla
ngeram dan mengumpat tertahan. Xander memang tidak pernah berdamai dengannya. Padahal
yang sepemikiran dengan Dave. Sementara Ara malah terk