TETANGGAKU SUAMIKU
GAKU S
RT
ermin besar yang memantul wajahnya. Wajah tirus yang semakin jelita s
a." Seorang make up artist memuji gadi
yang merekah. Ia melihat seluruh sudut wa
t yang ia sewa untuk hari pernikahannya. Keahliannya dala
ng ayah, dibawa ke pundaknya. Salah. Bukan ke pundak, karena itu menunjukkan keberatan, tapi ke pelukannya, karena di situ tempat paling nyaman u
kini dirasaka
ia sudah sering bertemu dengan calon suaminya. Namun, perasaan gugup
a sedang duduk di bangku taman dekat kampus. Sementara lelaki it
ngmu." Kembali le
coba menyelam pekatnya iris mata miliknya, mencari
keseriusan lelaki yang kini juga menatapnya lekat. Le
ta. Gadis yang selama ini mampu membuat debar berbeda dalam hatinya. Dalam banyak waktu, lelaki
salah satu Universitas di ibu kota. Kevin menemukan banyak hal yang disukai dalam diri Jeli
p yang lebih serius. Meskipun Kevin tak pernah mengikat Jelita sebagai pacar, tapi lelaki it
ita sebagai tempat pelabuhan terakhir dalam hidupnya.
a memasuki remaja, Jelita telah memimpikan tema yang sederhana untuk pernikahannya, tapi
ngin suasana bahagia itu berlangsung di tempat ia lahir
dan ratu sehari. Pelaminan berwarna putih dipadu dengan aneka hiasan tanaman berwarna hijau, juga lampu-lampu yang memantulkan cahaya berwarn
ijab senada bertanya. Di sampingnya berdiri seorang lelaki yang selama ini merawa
, Ma." Jelita kembali mengecek
rimkan. Hanya beberapa obrolan semalam yang m
itu, Kevin dan orang tuanya memilih tiba lebih awal dan menginap di villa
an ikut masuk ke kamar Jelita. Ia hanya memberitahu suasana di luar sudah mul
di hatinya. Perasaan gundah itu muncul berkali lipat
a kali ia mencoba, tapi tak menemukan jawaban yang menenangkan. Jelita tak bis
cara bergantian. Sementara tiga orang
ngatakan itu. "Masih dalam perjalanan, makanya gak diangkat." Jeli
tua Jelita keluar. Mereka menyapa beberapa ker
snis Raihan, sang ayah. Juga teman-
n kamarnya, di lantai dua. Kamar yang berhadapan langsung dengan balkon kamar Jelita. Mungkin jik
coba meyakinkan diri bahwa bahagia Jelita adalah k
Perempuan paruh baya yang telah
aki itu memutuskan untuk datang
dari anak lelakinya, itu menandakah bahwa lelaki itu tak akan kabur
gadis yang kita cintai? Bukan saat tatapan keduanya menyatu dalam cinta
gamati sibuknya orang-orang di bawah sana. Ada yang menata
emegang ponsel di tangan. Sejurus kemudian, satu teriakan terdengar hingga ke kamar Arjuna, bersamaan dengan ponsel yang dilempar J
ena menapaki anak tangga secara tergesa-gesa. Ia langsung masuk ke
desas desus yang membuat
sanggul yang rapi menyimpulkan dari apa yang ia deng
k mau tanggung jawab." Seora
berbicara itu adalah seorang lelaki, mungkin sudah ia layangkan satu pukulan
lam sana. Arjuna mengusirnya dengan tatapan tajam, membuat beberapa orang itu pergi dengan mulut mendumel entah
mengamati seisi kamar Jeli
ya. Membuat lelaki itu mendekat ke ranjang, di
ang sudah berantakan oleh air mata, juga karena lelaki berusia dua puluh lima tahu
gan suasana itu. Yang terlihat hanya air mata dari sudut mata Jeli
am ke arah dinding kamar. Seolah di sana ia bisa melihat
" Raihan mengiba. Ia tak sanggup m
a tampak menyeka sudut matanya. Ia jug
kan menanggung malu seumur hidu
gsa. Ia tak pernah memperkirakan bahw
pengecut yang bersembu
gi. Panik, resah, takut Jelita akan kabarnya. Lalu, denga
melempar ponselnya ke dinding. Menyisakan sakit
g membuat hatinya merintih perih. Namun, sayang, panggilan itu tetap tak
mem