Goyangan Pohon Beringin
berkali-kali terasa sesak. Perutnya terasa mual mau muntah. Perlahan dia membuka mata.
ng asem awas lu! Gue tinggalin lu di sini
sonoh, Liat! Apes banget gue hari ini ngikutin elu, ud
Wandi akhirnya berdiri, dan melihat sekeliling. Matanya membola seakan mau loncat dari sarangnya. Adri
dian pagi tadi yang membuatnya
es
ng lagi. Lu nggak laper sudah jalan sejauh itu? Bisa-bisanya se
. Dia termangu bingung melihat kondisinya saat ini. Dan terpaksa Wandi mendorong tubuh temannya yang lebih besar darinya itu, ke sepeda motor meskipun Adrian masih dalam
! Eh ... tapi kenapa gue ada di sini? Hesta mana?" Adrian kembali celingukan melihat ke sekiling pohon beringin. Bahkan k
mbawakannya. Entah mengapa, selama ini bahkan Adrian tidak pernah dekat dengan seorang cewek, bahkan di sekolah terkenal dengan badungnya sering membuat para cewek teman sekolahnya nangis karena jahilnya dia. Pernah sampa
gai kerbau dicocok hidungnya, mengikuti Hesta kemanapun dia pergi. Untungnya hidung Adrian mancung jadi tidak melesak ke dal
drian yang masih polos. Bayang-bayang itu yang selalu tertan
erginya Hesta yang bersamanya beberapa jam yang lalu. Tidak mungkin dia pulang tanpa pamit pada gadi
hari sudah di ubun-ubun, tidak mereka sadari. Bahkan kotoran burung yang sudah mulai mengering mereka abaikan. Adrian benar-benar seperti orang ya
kan saja dia kayak gini. Ya ampun Brother, lu kena pelet apa an sih
hong? Tadi pas gue tidur, ke mana perginya dia? Nga
nyikan gadis gak jelas. Brow, lu sadar ... sadar ... woi! Dia bisa saja bukan bangsa kita
ma cariin Hesta tit
kai cabe
da cabenya, ngaca sana! L
alin di warung sendirian, ya udah, gue balik dulu. Sini kunc
Akhirnya kunci itu terlempar terjatuh ke tanah, dan mengenai sebuah batu kecil yang ada di sana. Keduanya sama-
annya yang sebelah di gigit seperti anak kecil. Wandi termasuk anak penakut, hanya bersa
na di dekat kunci motor. Tangan Adrian menjulur, diikuti dengan tubuhnya yang tinggi kekar membungkuk ke tanah. Perasaanya bergetar, mel