TIME
tor A sedang diperbaiki. Sila
gan nada suara rendah, "Sejak
k sem
? Aku tidak m
evator A. Jadinya, elevat
Dia teman sekantor, tapi beda divisi. Dia sanga
sit. Aku mengakui bahwa dia seperti itu, tapi
kerja. Walau aku dengannya berbeda divisi, tapi
nekan tombol. Tidak lama setelahnya, pintu eleva
" tanya Gerald dengan jari telunj
an cepat ke elevator
a dua dan juga tiga, ruang
vator pun
ku karena tidak melihat tulisan
Aku sarankan padamu, jika pergi ke kantor lebih baik m
perti tadi kal
rambutku wangi dan masih sedikit basah." Ak
sang wajah tanda tanya, lalu t
kau tidak menungg
riak kesa
ku memukulnya dengan tasku, "Apa kau tahu? Bera
teriaknya samb
, karena takut terlambat pergi bekerja. Kau ma
lagi dengan Gerald, dia sangat s
berhenti memukulnya karena, badannya mula
ai dua. Aku berhenti memukulnya dan menatapnya de
ta maaf," katanya dengan
i ucapannya dan han
sungguh minta maaf. Tanganku tid
i sini." Dia menunju
jari kelingking di dekat telinganya, lalu mengedipkan salah satu
panku dan keluar dari elevator. Se
kesal. Aku akan mengacak-acak wajahny
ka sekali meledekku. membuatku kesal tet
n berjalan menuju ruangan sambil merogoh tas. Aku ingin mengeluark
an pintu ruangan, yang dimana itu ruangan ku. Aku menajamkan penglihatan ku, agar bisa melih
berdiri didepan pintu itu, manajerku P
menyapa manajer, "Sela
sapaanku tetapi, dia tidak melihat ke ara
ngos masuk ke dalam r
-masing baris terdapat lima meja ke arah kanan. L
edang menatap ke komputer kerja. Meski begitu, mereka sama se
ku mendengar suara Hanna memanggil namaku berulang kali.
lea
lea
lea
ngku, tapi aku tidak melihat Hana disana. Jika Hana
bingung. Aku tidak tahu keberadaan Hana. Namun, mataku justru te
ikannya dengan detail, siapa yang akan keluar dari kamar mandi. N
h darah. Rambutnya pun berwarna hitam dan panjang, tetapi acak-acakan. Wanita itu
ruangan pun menjadi sangat dingin. Rasanya, aku ingin segera lari dari
mbuatku berteriak ketakutan, "Ahh!!" Lalu
terkejut mendengar teriakanku, mereka lan
pa, Al
kau ke
itu
? Di
ata, aku mengarahkan tangan kanan
andinya,
ada di sebelahku. Namun, aku tidak berani membuka mataku.
ki berlari ke arahku. "Ada apa?" Ternyata,
ken
erteriak dan menunjuk
gar suara Hana dan Lauren
aku penasaran. Aku tidak mungkin terus-menerus menutup wajahku. Aku pun meli
at, kalau hantu bisa muncul dimana saja dan kapan saja, bukan hanya di
, Allea?" t
da kepala
tanya Laur
tu kama
un mendekati ke arah pintu kamar mandi. Mereka sangat
ese mendekat ke arahku dan bertanya, "T