Menikahi Bu Manajer
on kesayanganku, dadaku rasanya kacau. Sambil menunggu mesin panas, aku berpamitan pada orangtuaku. Menyalim tangan mereka. Hanya
i wajahku adalah reaksi di wajah mungil Erika saat aku menyetor muka
kkan kakiku ke tanah dari lantai wagon, kutarik napas dalam-dalam. Biar bagai
di telingaku begitu kaki kananku menginjak halaman depan ruma
trotoar. Dia mengenakan dress coklat dengan blazer kantor. Wajahnya menjadi ko
apaku sembari menyalim t
, ce
sebelum orangtuanya membalas sapaanku Benar
kami pamit
lu!" tawar
abku sambil memp
p Erika, ya!" P
ai
memalingkan muka, menghindari mataku. Tanpa membuang waktu lagi, aku menyalakan mesin
ini padat merayap. Aku pun memelankan wag
mahmu?" Suara parau Erika memec
ita bisa saling kenal." Matak
ling kenal kita
ari samping, seperti seekor sin
lasan sendir
juanku?" Nada
rtanyaan Erika. Percakapan kami berhenti samp
satu dapur, 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Rumah ini adalah rumah hasi
a, Erika melenggang
kamarku yang kamu
nya. Seolah mendengar sesua
ak
ak sopan kalau aku memanggi
ke
nmu ngajak aku t
sa penasarannya, akan tetapi dugaanku s
u menggantungnya pada gantung
rahat
anku!" teriaknya padaku ya
palaku kemarin. Otakku kemarin buntu sehingga satu-satunya ide yang muncul adalah ide untuk tingg
apa? tanyaku dalam hati kemudian m
*
lan di langit. Ayam kecap dan telur dadar sudah terhi
k sesekali beradu dengan permukaan piring saat meraup makanan. Erika mengunyah pelan makan
elan makanan. Tangan kanannya mengangkat segelas air putih. D
uduknya kemudian meninggalkanku sendirian di meja makan. Makanannya bahkan masih
seperti ini setelah menika
ah apa yang Erika kerjakan di depan laptopnya, dia terlihat sangat serius. Sesekali, Erika membetulk
rorientasi pada
erumah dengan Erika tanp
*
. Rutinitasku seperti biasa membuaat sarapan sebelum ke kedai dan bekal makan siang. Aku j
itu butuh banyak perjuangan. Tidak mud
h porsi udang kumasukan ke dalam kotak makan siang dan setengahnya lagi kuhidan
ulu!" teriakku
al warna cokelat. Rambutnya yang panjang lurus tapi tipis dibiark
sambil melepas apro
ada percakapan pagi di meja makan, yang ada
r, ya," aku mencoba
abnya tegas den
ar dari luar pagar rumah. Aku merasa sangat terganggu dan mengeceknya dari jendela. Seorang pr
sembari keluar dari kamar
ti!" Aku
elakang setelah mengenakan helm, dia memeluk pria itu mesra. Tidak mungki
u, menyisakan makanan yang masih setengah seperti semalam. Aku menghela napas, dia bukan hanya tidak menghargaiku tapi juga makhluk h