Eternal Love
i muka bumi, bahkan takdir yang mereka lewati pun
tkan sesuai kehendak hati. Namun, dari semua takdir buruk yang dia alami. Kenapa t
dengan rival-nya di masa lalu. Bukan hanya pertemuan tidak sengaja. Namun,
ak. Namun, dunianya terasa runtuh detik itu juga, ketika w
a Yara sesak. Netra dengan spektrum warna biru kehi
an terpancing, dan percaya pada ucapanmu! Apapun yang kau tunjukan saat ini, tidak
apun pada wanita yang duduk di hadapannya. Wanita den
enyala itu bergerak lirih. Hingga ter
if yang pernah kutemui. Apa kau pikir selama ini Willian setia? Haha! Kau piki
n. Di usia ketiga bulan hubungan kalian, kami sudah bersama. Aku sempat
yang dicampakkan oleh mantan kekasihmu. Kenapa? Itu karena kau terlal
ah benar-benar terjadi. Dengan begitu kau bisa memutuskan sendiri. Ingin membatalkan pernikahanmu atau
arah. Emosinya sudah berada di ubun-ubun. Namun, Yara be
ucap remeh. "Aku sudah bilang, aku tidak peduli dengan apa yang k
selalu menjadi saingannya di kampus.
, tun
ak keras tangan wanita yang baru saj
ara Austin. Dia tidak ingin siapapun meng
, kembali meraih gaun y
las bagaimana Dara berusaha untuk membuktikan pada Yara, j
berpikiran luas. Hanya dengan test pack itu saja, tidak akan bisa meng
n flashdisk dan beberapa lembar foto yang dibalik. Hi
u tidak akan pernah mengalah, hanya karena kalian sudah meni
ang diberikan oleh Dara, sembari menatap wanita itu yang
R
dari belakang oleh Dara, saat itu
barang itu di atas meja, t
putih dengan dua garis merah. Bohong jika Yara mengataka
memburuk ketika mendengar berita wanita l
selama setahun. Yara, mengamanahkan kepercayaan besar pada pri
r-benar tidak nyaman dengan perasaannya saat ini. Entah mengapa hati
hkan tidak pernah mengecewakannya. William adalah salah satu pria dari
istri, dan membina rumah tangga yang hanya diisi kebahagiaan
ita yang baik?! Tapi kenapa sekarang aku bisa menaruh curiga pada William?!" Yara, mulai
tu? Apakah seharusnya dia men
seberapa jauh d
nya penasaran dengan benda-benda itu. Entah nantinya yang akan dilihatnya bisa
ar adanya. Yara, mungkin akan hancur h
itu perlahan terulur ke arah lembar fot
ak ketika Yara mulai membal
e
gan kelopak mata melebar. Jemarini past
rsebut ke lantai. Bukannya berhenti, justru t
as dua pasang tubuh yang sedang berpelukan di sebuah k
DARA,
engan dada yang terasa begitu sesak. Sangat sesak, hi
tinya yang teriris. Gilanya, bukannya berhenti. Yara, justru berniat me
pun metode itu sama sekali tidak membuat perasaannya membaik. Namun, setidaknya ia telah berusaha unt
isk itu, kemudian berjalan ke arah
abel kecil tersebut. Yara, lantas mul
Yara tetap pada niat awalnya
o kebersamaan William dan Dara. Bukan hanya foto biasa. Namun,
perti pose teman. Tidak ada teman yang berfoto dengan gaya seperti
epat. Tangannya yang bergetar hebat tidak menghentikan
aja bukti itu. Setidaknya, dia harus mendapatkan celah kesalahan dari bukti yang Dara berikan,
er kedua. Sama seperti isi folder pertama. Di folder kedua itu
dalam restaurant. Foto yang ia lihat saat ini memiliki baground kamar aparteme
n, dan tahun foto itu diambil. Maka dengan yakin Yara mengakui jika
t hatinya. Pikirannya yang sejak tadi sudah disusupi dengan hal nega
ksa. Kini Yara dihadapkan pada folder
tan keras agar tidak memutar video itu. Namun, itu adalah bukti te
lihat ada banyak bukti yang membuat perasaannya kacau
mutar berbagai reka adegan. Detik itu pula Yara merasa dunianya runtuh. Impian pernikahan y
menghancurkan semua impia
tak senonoh itu. Bahkan kedua tulang kakinya tak mampu lagi berdiri
ergelombangnya yang telah disanggul indah pun ikut berantakan, sebab kedua tangannya sibuk me
asa sakit melalui tangisan keras ada
si seperti itu dengan tangisan p
ktu pengucapan janji pernikahan semakin dekat. Indera pendengarann
t kepalanya. Dengan mata dan hidung memerah parah. Arah pandangann
p bibirnya kuat-kuat agar ti
am? Buka pintunya, waktu untuk mas
li mendapatkan tenaganya. Walaupun tidak sek
melihatnya bahagia. Namun, dia tidak akan pernah memb
n. Melewati pernikahan panjang bersama pria, yang telah mengkhianati juga membohon
telah berusaha untuk tampil sedikit lebih baik di hadapan ratusan tamu undangan. Terutama di hadapan William, dan juga mungkin
William tanpa pegangan apapun untuk dijadikan sebagai pembelaan diri. Walau pada akhirnya ia akan kembali m
nkret. Yara, lantas meninggalkan r
mbersihkan ekor gaunnya. Dadanya terus berdebar keras. Keringat dingin, dan geme
ngan kondisi seperti itu? Namun, jika dipikir. Dia tidak bisa mem
rinya kuat, walaupun sikap tegar yang akan ditunjukkanny
u berada di depan pintu besar dengan dua daun pintu y
rileks." Wanita muda yang berada di samping Yara memberi saran dengan senyum me
ersamaan dengan Yara yang mula
ig
D
at
u pun terbuka lebar. Lampu sorot seketika menimpa t
uangan tempat di mana dirinya akan mengucapkan janji pernikahan bersama Wi
u menunjukkan flashdisk y
amiku. Aku ingin file dalam disk itu tertam
lebih lanjut. Yara, lebih dulu me
lihat senyum lepas yang tampak sempurna dari kedua sudut bibir William, yang s
ih dahulu ketika bertemu dengan
nya perlindungan. Yara, tak menyangka jika hari ini dia tahu jika tangan itu tidak hanya melindunginya seorang
sa depan kita. Disaksikan oleh Tuhan da
emua wanita pasti akan merasa luluh mendengarnya. Begitupun denga
in tajam. Tak ada lagi binar cinta yang s
bunyikan luka dari tatapannya. Pria itu mungkin ti
n pelan. Nyaris tak terdengar. Namun, indera pendengaran Yara
an. Dirinya selalu menjadi penikmat suara itu. Seol
i napasnya ikut memberat menahan desakan emosi. Berhadapan dengan pria yang
ri-jemari Yara. Terlebih dahu
asih bersikap tenang. Seolah tidak terjadi apa-apa,
a, k
berimu kejutan
Tidak, sebelum dia mengetahui sifat busuk William
bih dulu berjalan ke arah istana kecil yang did
i sudut bibir. Benar-benar merasa miris, hingga rasanya ia ingin menyelesaikan
iam. Menghadap pada seorang pria tua
apakah Anda bersedia, dan tanpa menerima paksaan dari s
ndera pendengarannya. Ritme jant
bers
n tegas William denga
a, apakah An
mpai mati pun aku
motong dengan suara lantang, yang m
ok di antara semua yang menden
raih kedua pundak Yara, sambil menggunca
pur pedih begitu menyadari r
a Yara langsung menepi
ar
au lebih menjijikan daripada sampah busuk sekalipun! Bertemu dan merenc
ya suara Yara, mampu didengar jelas oleh semua tamu undangan. Sebab, di
reka adalah ingin mendengar janji pernikahan. Bukan
an sedang tertuju pada mereka. Tak
jurnya. Aku tidak mengerti, kesalahan apa yang sudah kulakukan. Kita bisa membicarakan semua ini baik-baik
dengan jari telunjuknya yang
ng menghancurkan pernikahan ini, tapi kau! Kau
k, Ya
H DENGAN WANITA
samb