My Husband Is My CEO
m urban bertaruh nasib. Mentari pagi ini bersinar den
yang mungil memudahkannya menyusup di antara para penumpang lain. Sial! tak ada kursi kosong.
man- temanku, wajahku yang oriental ini sangat khas. Ya
gil kudapat dari ibuku yang Tionghoa. Sementara rambut cokelat
ebelum ini, aku kerja di Bandung, di sebuah p
sku dua minggu yang lalu. Mengingat aku direkrut F. Compan
besar, kau bisa mengasah kemampua
i halte depan gedung F. Company. Benar kata Arsyila, sahabatku, F. Company memang perusahaan
cantik menyambutku
. Ada yang bi
a hari yang lalu. Gadis itu sekilas melihatnya. D
a, sudah di
ntai 8! Ruang HRD,
ma ka
memasuki lift, hingga tiba -
ruuu
kl
tah. Sial! Kupandangi punggung lelaki yang bert
dalam hati. Sekalian kupatahkan heels yang s
tok
tu bertulis
as
rree
sesosok lelaki tampan berpenampilan rapi, tersenyum kearah
h," ucapku s
elaki yang namanya tertera di papan
a!" ucapnya seraya menyodorkan
a du
rak 5 tahun dengan
atan, jika ada poin k
ada yang janggal, kububuhkan tand
n sebuah tanda pengen
ggara S
panggil a
rgabung di
ngsung kujabat dengan penuh semang
tunjukan
ya
ng melenggang sembari
ada sekitar 12 orang.yang tampak berkutat dengan laptop masing
mat p
i ..
mbangan Proyek yang baru, Freeya Aqila Hasb
ng dan selama
ma ka
ya," ucapku dengan
n memperkenalkan diri. Seorang gadi
n duduk bersebelahan
saja ak
ke
menyadari jalanku yang aneh. Aku ters
nap
di depan lift. Daripada aneh, ya sekalian
ku pesanka
*
tenang. Di belakang meja, duduk seorang lelaki tampan dengan perawakan tinggi atletis t
engus, bukankah dia lelaki yang men
memeriksa CV milikku. Dia menatapku dengan tatapan yan
la Hasbie R
tasi,
ya meng
rja di perusaha
a di CV? Ngapain nanya
," jawab
kenapa aku
ah
ya. Entah kenapa, aku begitu ke
a ke arahku. Aku balas menatapnya. Disodorkannya set
sudah harus ada di meja
aja? Anda bercanda
aku tambah peker
ni peni
suntikan dana untuk p
da bisa memperlakukanku
u semen
a ada orang yang berani mem
rjakan perintah
sung membalikkan badan.
u sampai di pintu, suara
" Dia bertanya de
aku dengan sediki
jawab menabrakku. Dia berlalu
perm
an dia yang masih terpaku. Hah? Hari-hari be
*
ukku. Dengan penuh semangat kubuka bungkusan itu. Heels warna hitam yang sama pe
u ganti,
membuatk
hadiah perke
ma ka
kan!" a
yang ada pekerjaanku
asanya tak
! Ent
dia sensi
senut. Layar komputerku tampak garis
sudah tersiksa. Dan aku haru
atas meja presdir dingin itu. Dia menatapku tajam
ad!" u
pecah dan hanya terlontar kata "not bad" dari mulutnya. Ini batu saat
ini! Pelajari! ini, baha
as menyodor
ai
in, saya permisi," pami
tanpa menoleh ke a
ulempar CEO songong itu pake heels. Ini hari per