Broken Heart
is pada Elysia, seolah El lah yang bersalah di sini. Terdengar pula kasak kusuk, mencibir dan ada pula yang mengambil foto El, untuk di jadikan lelucon di situs portal berita yang
menahan kesedihannya. Pantang bagi El menangis di depan mereka, ia tak mau di kasihani atau di tatap iba oleh orang lain. Mata El terus mengawasi pri
bernama Viola. "Apa-apaan lo Vi!!" bela Indira. Elysia menoleh, ia tak menangis, malahan dirinya tertawa terbahak-bahak. "Satu lagi wanita konyol!!" ucap El sembari menyibakan poni nya
mpar El. Namun sebelum tamparanya mengenai Elysia. Dengan cepat, Elysia meraih tangan Viona dan memeli
an," cegah Indira sembari memegang tangan Elysia. "Dan lo VI! gw bakal ganti baju lo dengan yang baru, lo juga salah udah bikin Elysia basah so ini impas, oke!!" ucap Indira seraya menengahi. Ucapan Indira tak dapat di bantah, ya s
ak pasang mata yang melihat kearah keduanya termasuk
nya sudah berada di dalam mobil. "Gil
gar tidak tumpah. Terlihat ada kesedihan yang masih ia rasakan. Kematian keluarganya sampai detik ini tidak di ketahui penyebabnya, walau El sendiri mencurigai kejanggalan pada kasus kecelakaannya. Polisi hanya melaporkan itu murni kec
masa lalu yang engga mudah lo lupain. gw yakin om dan ta
esti baju yang begini yang sering lo pake, bikin gw kesel aja!" tambah Indira sembari menyinsingkan lengan baju milik Elysia. "Kenapa, kamu malu? Aku nyaman begini In. Aku engga perduli mau orang bilang Aku mis
tang ke pesta gw titik. kalau lo engga datang gw bongkar penyamaran lo di forum berita kampus!!" ancam Indira. "Sialan kamu! oke-oke Aku dateng, puas kamu, I
enang hat
empat tujuan. Kini, mobil berwarna silver itu sudah terparkir di sebuah halaman rumah bercat serba putih. Terlihat Elysia menuruni mobil te
satunya Kakak gw yang super nyebelin itu, dia baru pulang dari Eropa! lain kali deh, oke! kalau gitu gw duluan
u pintu masuk rumahnya. Siapa sangka, di balik penampilannya yang sederhana, ia memiliki rumah yang tak kalah mewah. Terlihat dari bentuk bangunan ruma
itu sudah berjalan dua tahun terakhir. Dan kini sudah menjadi kebiasaannya, ketika dirinya pulang, ia akan berdiri memandangi sebuah figura yan