Hello, Mr. Presdir
a atmosfer dalam ruangan itu terasa sangat mencekam, membuat seorang wan
menghela napas pelan berharap agar du
nita paruh baya dengan rambut disanggul itu menatap penuh ta
angguk. "Iya, Ma. Lisa de
reka itu pasti akan menjawab seperti itu. Namun, nyatanya hal tersebut akan terlupakan begitu s
agu, Lisa." Pria paruh baya itu angkat bicara.
untuk menikah. Mereka juga ingin menimang cucu seperti orang tua pada umumnya, tapi sepertinya Putri mereka masih tak m
t!
itu menoleh, menaikkan sebelah alisnya menatap Sang K
Laila kini bangk
enatap putri kedua mereka yang kini terl
h telat banget, nih." Ucap Lai
hati di jalan, Saya
gkuk mencium pipi kedua orang tuanya s
ari duduknya, mencium pipi kedua orang tuanya tanpa permis
dang satu sama lain. Menatap lama ke
a. Percuma saja membicarakan hal ini setiap pagi sedang
ya, "iya, Pa. Tapi ... sampai kapan kita menung
itu kembali meng
in menggendong Cucu
*
lantai. Sosok wanita bergegas keluar setelah membayar, berlari ke
ang kini berusia 23 tahun. Sifat ceria dan mudah berbaur dengan orang sekit
pi hal itu tak membuat Laila menjadi sombong atau memiliki niat untuk mengambil alih perusahaan tersebut. Laila lebih
apa di lobi. Wanita itu terus melangkah mendekati li
ada dinding dalam lift, mencoba mengatur deru napasny
gajak-ngajak aku. Kalau kayak gini 'kan aku juga yang s
enggak telat
i
bibirnya. Berjalan dengan begitu santai tanpa menyada
sesaat setelah membuka pintu ruang
." Sapa para karyawan di
ntu perlahan, berbaur samb
setelan jas rapinya masih setia berdiri menatap
ua
amping di mana pria berkacamata dengan
eberapa hal yang tertunda. Bukankah malam ini Anda harus
bibir pria jangkung itu. Terlihat tak suka akan ka
kakinya mendekati lift, berniat untuk berge
siang wakt
ran kertas penting yang berserakan di mejanya, kemudian ia beranjak
ya ke lantai dasar. Tanpa peduli pada sekitar ia memasuki l
i
ya, tersenyum menyapa be
iah Laila dalam hatinya, tak sabar menyantap ma
aan Lion Company salah satunya adalah makana
menit k
ara karyawan wanita. Terdengar bergosip riah
rnikahan dalam waktu dekat ini." Ucap Rina Amelia, karyaw
ankah itu kelua
as membenarkan sahutan
ingin menikah? Apa mungkin
adi." Sahut Rina terlihat kecewa denga
enyantap makanannya seakan hal itu bukanlah apa-apa baginy
k membuat wanita itu mengalihkan pandangannya. Meski R
la yang kini terlihat kesa
terus memberi isyarat mata
gan berat hati, ia berbalik dan terkejut menatap sosok jangkung yang kini be
g," sapa Laila yang kini setengah m
erlu be
?" tanyanya menelan kasar ludahnya saat menyadari semu
annya di sini?" tanya pri
ngangguk. Tiba-tiba
n saya." Ucap
-a