Dipatahkan Oleh Cinta
erdering. Aku melihat ke arah Bagas, Bagas yang
ni Bagas sering mengangkat telepon menghindar dariku. Awalnya aku sering mempertanyakan hal itu kenapa Bagas as-as lalu seperti menghindar maka telepon dari namun Bagas mengatakan jika ia
a ibu mertuaku men
iya,
dah tiada. Dulu ayah menitipkan ku padanya, dan dia juga menerimaku, menyayangiku dengan tulus, apakah aku
ng! kamu lagi mi
erlakukan ku. Dia sangat perhatian terhadapku, bagaimana bisa aku tega meninggalkannya untuk memilih berpisah dengan
na? Kenapa sampe pingsan
lasan yang konyol memang tapi aku tidak tahu harus jawab apa aku tida
gerutkan kening me
sonya habis, jadi gak ja," ucap
a, sa
at bersyukur ketika Bagas datang, aku bisa
keluar sebentar." Perasaan ku tak karuan mendengar
stri kamu lagi sakit," kata bund
u keluar sebentar, Y
s," ucap bunda pasrah. Sem
i, aku yakin jika Bagas keluar untuk menemui kekasihnya. Bahkan di saat istrinya sakit pun Baga
," ucap
da memanggilku
bunda a
gi, katanya mau dibawai
berharap Bagas ada disini menemaniku bukan malah pergi
Tanyaku pada Bunda karena a
u mau beli bakso gak jadi," bunda tersenyum seraya mengamb
ini, hingga aku mengikutinya dan lupa mengisi perutku, aku punya penyakit maag, aku juga tidak tau siapa tadi yang membawaku k
, bareng sama aku,
dur di si
uat, kok." Aku tidak tega melihat Bunda yang akan tidur di sofa sementara aku tidur di r
bunda sendiri butuh istirahat di kasur yang nyaman, bukan sofa rumah sakit. Seharusnya Bagas menghantark
berbuat apa-apa selain diam dan menerima. Aku tidak ingin ibu mert
pelukan bunda. Aku sudah sangat menyayangi Bunda seperti aku men
*
kan pandangan ku ke seluruh penjuru ruangan, tidak ada siapapun. Hanya suara
anku yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Dan memilih pergi menemui wanita itu. Aku memang tid
, kemudian bangun dari tidurku. Aku mau ke kamar ma
, aku mengerutkan kening ternyata bukan Bunda yang
unda ke
h bangun,
ya
-malam dan nyariin Bunda makanya dia pulang," aku mengangguk mendengar j
elum dikaruniai momongan, apa Jangan-jangan i