Broken home
orang aku adalah anak yang beruntung. Tapi kenyataannya tidak, aku adalah anak broken home yang
sering bertengkar seperti ini semenjak adik bungsuku memasuki jenjang kelas 1 SD. Ya memang meski disaat kami bertiga telah berbuat yang terbaik untuk orangtua kami, tapi masih saja selalu salah di mata mereka apabila amarahnya telah memuncak. Namun adik-adikku tidak menda
hidupku dengan cara bunuh diri. Tapi saat aku ingin melakukan hal tersebut aku langsung terpikir dengan
ut ke dalam hal negatif lainnya. Tapi di otakku tak pernah ada sedikit niatan nakalku untuk mencoba nark*ba dan s*ks bebas. Ya memang kadang aku bingung de
mereka adalah anak-anak dari SMA Bakti Karya yang pernah aku dan Teman-teman angkatanku serang mendadak sekolahnya sepulang sekolah. Disaat itu Fakhri, ketua dari gerombolan tersebut menyuruh an
aku dan juga adik-adikku. Disaat itu muncul dipikiran dan juga perasaanku akan penyesalan pada diriku dan dendam terhadap perbuatan orangtuaku selama ini. Ingin rasanya aku bangkit dari mimpi buruk yang tengah menghantuiku ini. Namun aku merasa semua anggota tubuhku
an raut muka yang sangat pucat. Namun hal yang aku bingungkan saat itu adalah tempat aku berada saat itu. Tempat yang dapat dideskripsikan dengan singkat yaitu sebuah rumah
awa teh hangat yang ditaruh di sebuah cangkir kecil. Beliau mulai mendekatiku seca
angatnya" Ujar bapak te
dilanjutkan dengan menyeruput
san dengan berlumuran darah" Lanjut perkataannya tersebut kepada aku ya
dia menolong saya tadi. Mungkin kalau gak ada bapak
sudah salat isya nak?" Jawab sang bapak
alai dalam ajaran agamaku sendiri. Memang semenjak aku berbuat menyimpang, aku telah jarang salat berjamaah dengan adik-adikku. Malah sempat saat itu ak
ada masalahkah?" Tanya bap
a sudah lupa dengan gerakan serta bacaan di dala
rakan dan niat mengambil air wudu
enjawab pertanyaannya deng
amu kembali lagi kejalan yang benar" ucap bel
gat yang dulu pernah menghiasi diriku sebelum orangtuaku bertengkar dahulu. Saat keluargaku masih bisa dibil
anak musuh sekolahku. Dari situ aku mulai menjadi anak yang baik kembali. Namun baru saja aku merasakan hal yang baik dalam diriku, a
u dan adik-adikku mulai memberanikan diri untuk mendekati kedua orangtua kami dan mengatakan kepada mereka untuk tak usah takut karena mereka masih punya kami yang akan berjuang untuk membahagiakan mereka dihari yang akan data
enelantarkan dan sering melibatkan kali
i perhatian dan kasih sayang yang tul
hidupan keluargaku kembali seperti dahulu yang harmonis. Dan orangtua kami pun mulai bekerj
seorang Afrizal Prambudi telah membuktikan bahwa broken home dapat berakhir bahagia dan me