icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kuhancurkan Harga Dirimu, Galih

Kuhancurkan Harga Dirimu, Galih

Penulis: Gavin
icon

Bab 1 

Jumlah Kata:1030    |    Dirilis Pada: Hari ini16:23

ludah saat ia membatalkan rencana restoran kami untuk ke-52 kalinya. Aku menole

membutuhkannya, ia justru mengirimiku

ak ingat aku a

ngundurkan diri dari pekerjaan, dan kembali ke kampung halaman untuk memulai

Ia bahkan berlutut di depan kantor bar

karena kamu membatalkan pernikahan kita 52 kali. Aku tidak akan menikahimu karena kamu me

seperti ia menghancurkan hatiku. Mulai seka

a

Suwi

u tahu ada yang tidak beres. Angka lima puluh dua. Itu bukan sekadar angka, itu adalah pengingat betap

seperti ditusuk jarum. Aku hanya ingin bersandar pada bahu Galih, mencari sedikit kekuatan di tengah kekacau

ung sana terasa seperti jurang yang menganga, menelan habis sisa harapanku. "Davina butuh aku, Mir," jawabnya, suaranya terdengar jauh da

g terukir indah, hasil pilihanku sendiri. Ini adalah tempat kami, atau setidaknya, aku berpikir begitu. Tapi kini, bayangan Davina Arsyad, mod

terdengar lembut tapi tegang. "Ayah dengar Galih lagi sibuk sama model itu lagi." Aku hanya bisa mengangguk, padahal mereka tidak bisa me

tu berharga, semua kukesampingkan demi mendukungnya. Aku merancang menu restoran kami, membantunya mencari investor, bahkan membe

ku gemetar saat menggenggam getaran ponsel di sakuku. Galih. Dia membatalkan proyek ini lagi. "Davina pingsan, Mir. Aku

emuanya beres!" Aku mencoba menjelaskan, berharap ia mengerti. "Davina lebih butuh aku," ulangnya, seolah itu adalah mantra a

atanya, suaranya kini terdengar lebih halus, seperti madu yang terlalu kental dan lengket. Aku mendengarnya, tapi ka

mati. Dia pergi. Meninggalkanku sendirian di antara puing-pui

yang berulang, sebuah siklus penghancuran yang terus terjadi, dan aku, dengan bodohnya

amarah yang kini mulai membakar seluruh relung hatiku. Aku tidak menangis, tidak menjerit. Hanya

seolah itu bisa menghapus segalanya. Aku memaksakan senyum tipis. "Tidak apa-apa," jawabku, suaraku datar dan ha

adalah teka-teki yang sulit dipecahkan. Aku hanya mengangkat bahu acuh t

biru. "Aku bawakan makanan favoritmu. Sup tom yum udang." Aku menatap kotak it

menatapnya, menghindari tatapannya. Ha

m pahit merekah di bibirku. Ini bukan makanan favoritku. Aku alergi seafood. Makanan ini... Makanan in

a kami. Dulu, setiap melihatnya, hatiku berdesir, dipenuhi kebahagiaan. Kini, kalung itu terasa seperti ran

at di telapak tanganku. Tidak ada lagi kehangatan yan

alung itu ke sana. Suara dentingan logam beradu dengan plastik. Be

. Cukup. Semuanya

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka