Pembantu dan pewaris muda
a Enzo, segelas anggur di tangann
mu," tambah Dante, tertaw
ti denyut buatan. Melalui jendela, halaman belakang berkilauan di bawah sinar bulan. Rumah besar itu tena
embuatnya bicara?" tanya Luc
engangk
ngepel seperti berhuta
melempar kail tanpa tergesa-gesa. "Lima ribu, aku yakin kau takkan mamp
ngannya, memperhatikan wisk
ya gratis. Hanya unt
mah-rumah orang kaya. Ia menuruni tangga marmer, tangan di saku. Ia tak peduli siapa pun yang melihatn
g perpustakaan yang tertut
anggul, seragam abu-abu usang, wajah
perti cermin. Luciano berjalan tanpa tergesa-gesa
mengga
runya, berpura-pura riang. "Bukankah mereka
lah-olah dia tidak ada di sana! Se
mendecak
elembar uang kusut dari sakunya. Dia mengulurkannya dengan elegan,
uang seratu
a ber
antara mere
itu melayang sesaat dan men
eheningan semakin pekat. Seluruh d
an yang terasa menghina, dia
ua. Tig
up, kotor, terinjak-injak ka
n suara rendah namun tajam. "Ini leb
kebencian. Tanpa rasa takut. Hanya keteg
alinya. Suaranya tegas, tenang, tanpa nada merendahkan. "Dan berh
ara terkutuk itu, ia berdiri di sana seolah-olah Luciano tak berarti apa-apa. Seolah-ola
pa?" bentaknya, ha
tak bisa dijua
es air jatuh dari kain pel dan m
arfum murahan Luciano, merasakan uap dari pekerjaannya menempel di kulitnya. Jantungnya be
yang te
ahkan tak meminta maaf karena telah berbicara seperti itu padanya. Ia hanya berd
kertas itu masih ada di sana. Se
Ia tersenyum, meskipun i
membungkuk, mengambil uang kertas
ir, Sayang. Ini b
g lorong. Ia tak mendesah. Ia tidak hancur. Ia hanya men
enuh dengan permainan bodoh.
hatinya, ada sesuatu yan
h bertahun-tahun, ia merasa dirinya