Kupu-Kupu Kertas
ara, 10 J
an diangkat dari wadah, Mayang mulai merapal doa. Jantungnya berdebar kencang sementara mulutnya tidak berhenti komsesuai dengan harapan. Setelah merasa lebih baik, Mayang pun membuka mata. Mayang berkali-kali mengucapkan kata Alhamdullilah dalam hati, saat mendapati garis sa
boh. Apalagi saat mereka menemukan alat penguji kehamilan di tangannya. Bakalan habislah ia di tang
a stick yang tadinya hanya satu, kini berubah menjadi dua! Mayang kaget. Tanpa sadar m
. tok
Gantian dong!" Suara gedoran pintu menyadarkan Mayang di mana
kamar mandi. Di depan pintu kamar mandi, ia disambut oleh kehadiran beberapa rekan kerjanya yang kebelet pipis. Mereka semua mengomelinya karena kelamaan di kamar mandi. Mayang yang masih ling
ukan hal seperti ini? Kita '
au lambat kamu toh akan menjadi istri Mas. Jadi tidak masalah kalau
bagaimana? Lusa 'kan Mas
ya untuk melamar kamu. Kalau kamu tidak percaya, ini alamat rumah M
pun terlena. Ia menyerahkan mahkota kesuciannya begitu saja pada Mahesa. Ia yakin, Mahesa pasti tidak akan membohonginya. Tapi apa lacur. Dua bula
rang tuanya, saat mengetahui bahwa dirinya hamil di luar nikah. Apalagi orang yang menghamilinya
h. Tahun lalu, ia terpaksa berhenti sekolah karena ketiadaan biaya. Ayahnya tidak mampu membiayai pendidikan tiga orang anak sekaligus. Karena ia adalah anak perempuan sementara dua adiknya laki-laki, ayahnya memutuskan sebaiknya diri
or pengawas pabrik, membuat Mayang terlonjak. Ia kaget. Gula pasir yang sedianya akan i
ungkin," tukas Mayang cepat. Kalau ia sampai dipecat, bagaimana nasib pendidikan kedua adiknya? Semenj
ik nasehat saya. Kamu jangan percaya begitu saja pada mulut manis mahasiswa kota itu. Dia memacari kamu hanya sekedar untuk membuang sepi di kampung ini. Janga
rannya tidak melayang ke mana-mana. Mendengar nasehat Bu Henny tadi, tekadnya makin bulat untuk mencari Mahesa
a hari. Ia tahu kalau izin yang ia minta, pasti akan diikuti dengan pemotongan gaji. Tetapi ia tidak peduli. Perutnya akan memb
*
baik, yang biasanya hanya mereka kenakan pada acara-acara tertentu. Ada tamu yang akan datang sepertinya. Kedua adiknya, Aris dan Arfan juga
Sana cepat mandi dan berdandan yang rapi.
nab. Sedangkan ayahnya Sena, tidak seorang pun yang tahu keberadaannya. Menurut rumor, Sena adalah anak haram karena Bu Zainab hamil di luar nikah. Sedari kecil, Sena memang sering
kemari, Bu?" tanya Mayang dengan j
rumah tangga. Kamu memang baru berusia 17 tahun. Tapi kamu 'kan perempuan. Sudah tidak sekola
? Bagaimana ini? Sedangkan sa
pi
bu sudah setuju untuk men
, efek kejutnya ini berhasil menggagalkan lamaran Sena. Begitulah, saat mendengar suara motor Sena memasuki halaman, Mayang menarik napas panjang. Ia telah siap berakting. Ia tahu kalau kata-katanya ini akan sangat melukai
ayang beranjak dari kursi dan m
as Mayang melihat keterkejutan di wajah Sena. Wajar Sena kaget. K
lebih dulu membicarakan masalah ini dengan ibunya Dek Maya
piasnya wajah Sena. Sena tampak serba salah. Mayang sendiri tidak mempersilahkan Sena dan Bu Zainab masuk. Ia menahan mereka berdu
ka tertarik mendengar suara ribut-ribut di depan rumahnya. Untungnya, saat ini kedua orang tuanya sedang berada di dapur. Ayahnya yang berpenyakit lambung memang tidak boleh terlambat makan. Tetapi Mayang yakin, sebentar lagi
gigit lidahnya sendiri mendengar kata-kata tidak manusiwinya. Mata Bu Zainab berkaca-kaca. Mayang merasa sangat berdosa karena telah melukai hati Sena dan Bu Zainab. Namun hebatnya, Sena masih belum
untuk menafkahi Dek Mayang." Suara Sena bergetar. Mayang sampai ingin menan
mpian-impian Mayang. Mayang butuh laki-laki yang mapan dan kalau bisa tampan
akukan demi kebaikan Mas sendiri. Mayan
ang, Nak. Hati Ibu sakit mend
engar kata-kata Mayang sen
ak ingin punya suami anak haram. Sudah miskin, jelek, anak haram l
l
ur, Mayang tahu, pasti ibunya akan keluar. Dan tampar
rima lamaran Sena sebelumnya. Sena itu anak ba
ahkan saja Ibu men
k!
bol di halaman depan pun ia terima dengan baik. Ia merasa dengan menerima makian dari mereka semua, sedikit melegakan hatinya. Ia memang pantas diperlakukan seperti ini. Sementara Sena dan Bu Zainab
empatan menjadi menantu orang kaya. Menurut ibunya, ayah kandung Sena itu kaya raya. Ibunya mendapatkan informasi itu dari mulut Bu Zainab sendiri. Dan ib
rang di luar sana. Tetapi saat ia membahas akan biaya pendidikan kedua adiknya, kedua orang tuanya luluh juga. Mereka mengizinkan karena mengira ada Tanti yang akan menjaganya di sana. Begitulah. Pada pukul tujuh malam, ia mengemas beberapa stel pakaiannya dalam satu tas ransel. Ia bertekad akan mencari Mahesa di Jakarta sesuai dengan alamat yang Mahesa berikan dua bulan la
*