HanaTama
s, adanya hanya modu
tidak saat Risa menghukumnya hanya Arga yang membelanya, pembelaan itu memicu pertengkaran hebat diantara mereka. Disatu sisi ia sangat mencintai istrinya di satu sisi ia sangat sayang ana
urhaka dan tak tahu diri. Sebelum berangkat, semua pekerjaan rumah aku yang kerjakan. Dari mulai menyapu, mengepel cuci piring, menyiapkan sarap
kan semua cucian dan lekas tidur. Baru akan memasuki alam mimpi ibu sudah menggedor-gedor pintu kamar, menyuruh Hana cepat bangun dan mengatakan perawan harus bangun dini hari agar bagus untuk kulit dan awet muda. Ia
arna mengerjakan pekerjaan rumah, telat karna menyiapkan dagangan yang harus dibawa ke sekolahnya, belum lagi jika ketinggalan bis kota. Otaknya berfikir bagaimana mengolah uang sedikit menjadi beranak
pada ibu, ia mengatakan bahwa jika ingin mempunyai uang kerja keras seakan ini hari terakhir, memang benar tapi posisinya uang aku habis untuk keperluan ibu juga. Tidak mau memperpanjang masalah aku memilih mengalah. Kadang aku berfikir kenapa Allah tidak adil, keinginan kecil pun tak pernah terwujud membuat mental down, hilang harapan dan tak tahu arah. Mencoba berdamai dengan keadaan, menerima semua yang terjadi dan dip
n lalu dia menjalani hubungan dengan seorang chef restoran cina. Tak disangka kekasihnya itu sudah beristri dan sedang hamil. Dia datang ke sekolah dengan amarah, sumpah serapah ia lontarkan pada Hana, untungnya semu
enunggu kabar yang tidak pasti, berpacaran dengan beberapa pria sekaligus, baru putus sudah punya cadangan, mencoba menemui laki-laki brengsek itu ditempat kerjanya berujung pengusiran. Bukan sekali dua kali tapi berkali-kali hingga aku memilih menyerah. Melupakan semuanya dan memulai hidu
yesal. Penyesalan merupakan hukuman pal
da hanya ketergantungan, nafsu, pilu dan sendu. Tidak ada yang tulus adanya hanya modus yang
, sempat berfikir untuk menyukai sesama jenis saja mungkin lebih pengertian. J
keusilannya sekarang acuh tak acuh. Menyapa seperlunya dan berusaha menjauh. Aku tidak tahu apa sal
ersenyum seperti biasa. Ada perasaan lega melihatnya kembali seperti biasa. Karin meminta ditemani bertemu seseorang di cafe Kencana, jaraknya sekitar sepuluh menit dari halte
hanya masalah keluarga. Lega sekali rasanya. Aku tak menyangka teman yang ditemuinya adalah Tama, atmosfer ruangan
a berdua. Lagi-lagi Aku terjebak dengan lelaki ini, entah apa maksud dari semuanya seperti pertemuan yan
mecah keheningan, aku reflek mengangguk
mencoba menebak-neba
dia menjawab sam
jawabku menunduk
in kerum
adahal niatnya tidak seperti it
matn
ma. Dalam hati berbangga diri telah menjadi sosok misterius. Difikir-fikir dia pernah
benci, selalu lebih ce