Langit dan Evelyn
celana dasar yang tampak sedikit kusut. Dia melepaskan sepatunya, meletakkan ke bawah kursi lantas b
el
oal rencana k
ng
aja smp
ih di
el
rumah, ada
a p
o Rara sedang makan dengan posisi kaki naik ke atas kursi dan bib
ng
h selesai makan jgn l
el
an di rumah aku terla
ng
aku mandi
dan celana tidur. Masih dengan rambut setengah basah dan handuk menggantung di leher, dia keluar kamar. Melihat Bibi Nur dudu
a yang pesan sarung ban
duk di sebelah Bibi N
k usa
jahnya kayak b
annya ke ujung sofa dan memegang pundak keponakannya, memberi pijatan di pundak Langi
git mau
erhenti. "Sama siapa? Kamu nggak pernah kenalin siapa pun ke Bib
dikenalin ... sekarang Langit udah yakin dan bak
mana? Bibi udah janji m
sama pilihan
bisa memilih ibunya harus gimana. Itu keputusan kamu, Le, saat memi
sudah Langit anggap seperti ibu kandungnya sendiri. Kehilangan orangtua di usia muda bukan sesuatu yang mudah dihadapi jika Langit tidak memili
, Le? Ketem
ulan suka ikut ngumpul. Anaknya mandiri, Bi,
ita karir susah punya wa
angan Bi Nur yang sudah mengeriput, matanya memandang penuh pengharap
*
a berhubungan, supaya tidak menimbulkan kecurigaan pada keluarga Langit. Alhasil, di pagi buta, dia sengaja mengosongkan jadwal kerjanya sehari dan menelepon Rara untuk datang ke rumahnya. Membantunya mencari pakaian yang pantas. Awalnya pi
napa kalau ou
suk rumah. Dimana-mana kalau pertemuan
erwarna putih dipadu jas hitam dan celana dasar yang kontan membuat Rara mene
enyentak tubuh Evelyn agar memberikan ruang baginya untuk menjelajah isi lemari Evelyn-atau lebih tepatnya dibilang fitted closet karena Evel
t negosiasi bisnis. Hadeh!" Rara menceletuk jengkel. Pilihan gadis itu akhirnya tertuju ke sebuah dr
ni
ganti. Bentar lagi
rwarna senada. Tas anyaman yang terlihat cantik. Rambutnya dibuat bergelombang. "Gila, Langit bakal jadi c
kan untung!" komenta
k ganteng datang. Udah Bibi sur
n suami l
apat kabar kalau seekor gajah dapat bertelur alias nyaris nggak bisa dipercaya karena selama ini Bi U
ulu ya, meny
ke
dari kamar. Menuruni tangga menuju ke lantai bawah. Dirinya melihat punggung Langit yang mengenakan ke
*
mana penampila
bergelombang, tubuh langsingnya terbalut sempurna dalam dress berwarna krim. Lelaki itu sejenak terpaku memanda
us,
h barang? Jawabannya
o pasti udah tahu jawabannya." Rara terliha
at sekarang? Bi Nur uda
a." Evelyn lagi-lagi memuji diri sendiri di hadapan Rara dan Langit. Rara cuma geleng-ge
ejut melihat motor Langit terparkir di dep
ya
gak nai
ara, aku masi
bil aku
h yakin aja sama
ou ser
ekilas, takut kalau ada aroma tidak sedap menempel dan menodai rambutnya. Rara langsung melotot ke Evelyn, menyuruhnya berhenti melakukan tindakan aneh. "Di-klik Lyn," Langit menunj
ank
ping. Bukannya sombong, tapi Evelyn memang seumur hidup tidak pernah naik kendaraan roda dua. Alh
elan ya,
wa Bi Nur yang rempongnya
Langit memutar spion motornya hingga dia bisa mengecek kondisi Evely
u takut pe
ak a
a Langit yang maskulin membuat Evelyn menelan ludah. Biasanya, Evelyn selalu memegang kendali soal apa pun dalam kehidupannya. Dia
*