Ciuman Sang Ular: Balas Dendam Seorang Istri
t yang tajam dan menusuk di si
atasku, senyum p
sinya berjalan lancar. Cedera Anda ti
ho
tih, dan aku mencengkeram selim
nya?" tanyaku, sua
etes keringat menetes di pelipisnya. Dia i
ya? Kami hanya memasang k
n pahit keluar
itu aku keluar dari sini. Dan ketika hasilnya menunjukkan tulang rusuk yang hilang, pengacaraku tidak hanya akan menuntutm
r dari tempat tidur, sebuah gertakan
r itu
na Wijaya, jangan bangun!
ku, tangannya berger
u bukan pilihan saya. Tuan Putra, dia memaksa saya. Dia mengancam
erasa seper
ncurkan, semua demi seorang wanita yang bahkan bukan bagian dari
i kehidupanku yang lalu telah tiada. Dia
n di tempatnya terbu
u, suaraku tanpa belas kasihan. "Kau akan menghadapi konse
t itu, pintu k
a masuk, wajah mereka di
ma mereka
s rantai perak tipis, tergantung sep
g rus
Bukti kekejaman mereka,
liar dan tidak waras yang membuat
langkah maju. "Jangan menyusahkan dok
u saat dia meraih tanganku.
sal. "Apa yang kau ribut
kungan tajam dan be
? Masih memainkan peran seba
terlihat bingung. "Ap
an mematikan saat aku menunjuk dengan jari gemetar ke
kter yang meringkuk ketakutan. Topengnya hilang. Wajahn
ya santai, meremehkan. "Itu hanya tulang. Bukan bera
adalah anak bodoh yang menge
busnya," tambahnya, seolah-olah tas tanga
ku s
u tidak mengambil salah satu tulang rusuknya
an seumur hidup? Hukuman mati?
k begitu, Brooklyn. Keira tidak akan pern
tu adalah pisau yang selalu dia gunak
ku picik karena membiarkannya pindah ke rumah kita. Aku picik karena memb
aku
, Baskara? Melihatku seper
tidak terbaca di matanya. Dia tampak ben
ulai meraihku, seola
a menghen
di lengannya, wajahnya to
bilnya," bisiknya. "Jika itu membuat Brooklyn
ya, perhatiannya segera
uaraku datar. "Tapi dia har
pan. Mengabaikan rasa sakit yang membakar di sisiku
eolah-olah aku t
ngelilinginya, tubuh mereka
ak Andra, wajahnya berke
adai. Dia maju ke arahk
kecil itu. "Kau cemburu karena kami peduli padanya! Kau sela
enganku, cengkeram
, Brooklyn. Berhenti
menggenggam kalcemburu. Tapi
yang percaya kebohongan mereka, yang hid
n salah. Setiap protes adalah amuka
ing, wajahnya beberapa inci
dari kalian," desisnya, suaranya bisikan beracun.
a adalah pu
gamanku, jari-jarinya menyentuh
nnya, lalu kembali padaku,
arusnya menjadi suatu kehormatan,