Ciuman Sang Ular: Balas Dendam Seorang Istri
topeng ketidakper
, suaranya rendah dan mengancam.
u lelah untuk membela diri dari tuduhan
taku lagi, membelakanginya u
h sebuah
a seperti cakar di lenganku,
ru karena aku mencintainya, dan kau melampiaskannya pada barang-barangny
gat besar. Luka baru di
rengah-engah, berjuang
an menyusuri lorong ke ruang kerjanya. Dia melempar
ng rusukku. Aku bahkan tidak bisa berteriak. Aku hanya terbari
dulu melukis potretku, ya
erti aku adalah sesuatu ya
akukan?" aku be
atanya dengan se
siku. Piala dari dekathlon akademik, medali dari pameran sains, dan sert
asku, kebanggaanku, sem
ang aku menangkan ketika aku berusia sepuluh tahun. Di sebelahnya, dia mengambil desain berbingkai untuk jam tangan yang te
engeluarkan
ecil menari-nari dalam c
i itu ke sudut ser
u, bergegas untuk bangun
itu melengkung, menghitam, dan menjadi abu. Lal
ohon, suaraku pecah. "Itu
suara yang ke
tanya, matanya berkilauan dengan kedengkian. "M
englihatanku kabu
kata-kata itu terasa sia-sia. "Ke
ra membuat sketsa. Andra memuji lukisan pertamaku yang ki
i di depanku ada
enatapku. Kau sudah jatuh cinta padaku sejak kau masih kecil. Kau tidak
panas di pipiku. Aku menatapnya, mataku terbakar de
nkan dariku?" tany
anya lembut dan beracun. "Berlutut dan
cekat. Tidak
id
ng terbakar itu ke tumpukan sertifikat dan piala la
i yang lapar dan menderu yang mu
bergetar karena marah. "Apa ini membuatm
k di depanku. Dia mencengkeram d
ya gadis angkat. Kau tinggal di rumah kami, atas belas
anya ada
tuk melindungi mimpiku, u
ar semuanya menjadi
, aku hanya melihat kegelapan. Cinta yang kukira ku
ekar di hatiku, s
piala perak besar, pin
matanya terbelalak ketakutan. Aku ingat dia; aku
gagapnya. "Lencana i
berputar. "
lalu. Saya membawanya ke penatu, dan saya melihatnya disematkan di kerahWarna pucat pas
estasiku yang berasap, lalu kembali
r-benar, sama s
yum pahit dan penuh kemen
uas sekara
ata yang keluar. Dadanya naik turun deng
yung ke arahku, tangannya terulur.
epis ta
enuhi kebencian yang begitu dalam hingga
i sisiku dan api di lantai, dan berjalan kelu
akit dan hatiku mati rasa,
uaraku dingin dan jelas. "Aku ingin mengumumka
hu Tuan Adhitama sebelum
"Pastikan saja