icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Rumah Kardus

Rumah Kardus

Penulis: feyfemme
icon

Bab 1 Dipaksa Pulang

Jumlah Kata:1482    |    Dirilis Pada: 05/12/2021

sebelas malam lewat beberapa menit. Semua teman sekamarnya tampak sudah tertidur pulas, kecuali Debby di ujung sana yang masih tampak berbisik-bisik dengan Maharani

knya melalui jawaban-jawaban chat singkat yang ia ketik di sela-sela kesibukannya. Mungkin besok s

h hari terakhir Runi dan teman-teman seangkatannya dari jurusan Pendidikan Luar Biasa melaksanakan praktik kerja sebagai pengajar di yayasan tuna rungu di kota ini. Semua yang

wal kedatangan Runi dan teman-temannya selaku tim relawan dari Jakarta yang akan membantu memberikan pengajaran kepada mereka selama beber

sel berdenting. Halus, namun

ya, kemudian membaca dengan cepat tampilan pop-up pesan pada bagian ata

. Kita harus keluar dari kontrakan b

jam, kembali membelalak lebar. Otot-ototnya yang sedianya sudah siap untuk diist

Runi dalam hati. Please,

uk mama yang hanya berisikan k

ngan satu ikatan ekor kuda di belakang kepala tanpa menyisirnya lebih dahulu. Ia melangkah dengan lemas menuju sudut ruangan,

t dengan kedua sudut bibir tertarik ke atas. Pandangannya sedikit berkunang-kunang, entah karena efek memaksa

layar ponsel yang diletakkannya di atas lantai, ma

ang-barang kamu perlu dikemas secepatnya i

tidak ingin kehilangan barang-barangnya, dan seolah ini semua adalah kesalahannya. Padahal Runi saat ini be

las. Rasanya sedih, kesal, tidak enak hati, dan ingin marah. Tapi entah ma

dan melangkah pelan keluar kamar. Ia harus mencari Mbak Shinta, ko

mengecek jadwal kereta api. Sementara itu otaknya sibuk menyusun kalimat yang paling tepat sebagai alasan permintaan izin pulang yang mendadak ini. Jangan sampai Mb

n pintu di hadapannya itu. Ia khawatir suara ketukannya akan membuat

ri dalam. Runi kembali men

udah tidur?" Runi berucap sediki

di dalam ruangan kamar. Lalu Mbak Shinta muncul membukakan pintu dengan satu tangan. Satu tangannya l

apa, Run?" tanya

hnya sedikit dengan gugup, bersiap memberikan alasan palsu kepada Mbak Shinta. "Aku

g seperti ini, kecuali hal darurat misalnya karena kondisi orang tua yang sedang sakit. Toh memang kenyat

h yang langsung berubah mengerut, terlihat sangat ce

gga barusan, disuruh pulang. Aku bingung, Mbak, padahal kan praktek kerjanya masih s

sedang terjadi di rumah saat ini, ia yakin, ia pasti akan sangat enggan untuk menghadapinya. Dan la

ga cuma tinggal sehari lagi. Besok udah tinggal penutupan aja, ko

jah Mbak Shinta yang malah balas

jadinya gimana, Mbak ...?" tanya Runi ma

h, mahasiswi yang paling rajin di tim kamu. Tenang aja, nilai kamu ful

Mbak," ucap Runi lemas. Bukan lemas karena mendengar nilai praktek ker

lam. Kamu mau pulang naik apa ke Jakarta? Memangnya jam

. Ada kereta api ekonomi tujuan Jakarta, ber

lagi, menatap Runi penuh kecemasan. "Aduuh, siapa yang bisa nganterin kamu, ya ...?" Mbak Shinta menjulurkan kepala k

aksi atau ojek aja. Nanti aku cari sendiri

cemas. "Aku temenin deh, keluarnya," ucap Mbak Shinta yang h

Nanti aku minta bantuin bapak itu aja untuk cari kendaraan ke stasiunnya," ucap Runi, kali ini ia yang berusaha me

sudah, kalau gitu, nanti kabarin lagi ya, Run, kalau udah sampai di stasiun, terus kabarin juga kamu dapat

, Mbak," j

ak sangat khawatir melepas kepergian Runi, dan menitipkan permintaan maaf

a itu untuk mencari Pak Satpam yang bias

ke Jakarta malam ini juga, Runi akhirnya diantar oleh seorang abang ojek berwajah ramah yang biasa mang

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka