icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Gundik Suamiku

Bab 5 Mati Kutu Kalian!

Jumlah Kata:1602    |    Dirilis Pada: 06/12/2021

buncah. Hingga kuputuskan un

Benakku terus bertanya, ada apa an

lama. Pak Slamet menutup sambungan teleponnya.

h sa

yang s

lu menyalakan mesinnya. Terlihat ia

segera bergeser ke arahku. Cepat kulangkahkan kaki men

ar dari pagar dan terp

tuk mengambil kunci mobil. Rencanaku adalah, mengi

tas berlari cepat menuju bufet yang berada di ruang tengah

ke garasi depan. Kalau tidak cepat, bisa-

lingukan memperhatikan jalan yang bercabang. Sosok Pak Slamet

al! Jika aku kehilangan jejaknya. Maka aku juga akan

gusar, kecewa dengan keadaan yang tak berpihak. Karena sudah hampir

ihat seseorang yang mirip Pak Slamet beserta motornya. Lelaki itu me

kini, aku tengah menguntiti motor itu. Untuk me

, kini posisiku agak dekat dengan Pak slamet. Hanya terhalang sat

atikan

Pak Slamet. Kebetulan

lega sekarang. Apa yang seda

la berwarna merah berubah menjadi hijau. Pak Slam

lakang Pak Slamet dengan

Pak Slamet belok

lu pernah aku di rawat di rumah sakit ini karena

a. Sebelum ia masuk rumah sakit, lelaki berba

t! D

iba-tiba bergetar diiringi nada der

ulur hendak merogoh tas yang tergelak di bangku samping. Tetap dengan mat

ta isinya. Semua isi dalam tas itu berserakan di kolong bawah, termasuk gawaiku yang masih berbunyi. Gegas kuraih benda pipih yang

g kedua kalinya. Kuedarkan pandangan mata ke seluruh penjuru

masuk rumah sa

ke gerbang depan rumah sakit. Di seberang dekat lorong, ada admin bagian rese

gan busana syar'i yang tak asing lagi. Karena memang sebelumnya, kemarin

mat yang tepat menggambarkan keadaan saat ini. Di mana aku tengah

osca. Wanita yang tak lain adalah resepsionis rumah

ng. Marisa nampak mengangguk pa

anyaan. Pak Slame

jung kelihatan jug

a ruang

ng di telinga. Lantas kuberb

ula. Karena seseorang yang berbicara tad

rsama dengan Pak Slamet. Untung saja aku mem

di gerbang depan. Pantas saja aku ta

amet menunjuk jalan yang tepat berada s

an wajah datar nan rupawan. Meski Mas Ari jarang tersenyum, namun ketampanann

Entah ke mana tujuan mereka. Yang jelas, sudah sekitar sepu

mengacungkan telapak tangannya ke arah pin

amun ia lantas masuk ke dalam ruangan s

Situasi ini yang membuatku kian bingung. Pasalnya, tak ada cela tempat

ikirkan, bagaimana cara agar aku dapat mengetahui apa yang sedang berlangsung di antara me

ertutup gorden berwarna biru. Menelisik rinci

awat tengah melaju ke arah sini, sembari membawa nampan berisi obat-obatan. Gegas ku

dalam ruangan dan m

r masuk ruangan, di mana dalam ruangan i

tidak menutupnya rapat. Hingga hembusan hawa dingin AC d

membuat bibirku mengatup rapat. Hatiku begitu tersayat melihat orang-orang di depan sana

pelupuk mata tanpa kupinta. Jelas aku terluka akan hal ini. Karena di ruan

g di atas bangsal. Tepat di tengah-tengah orang-orang itu. Sedangkan Marisa, k

erawat tadi memberikan beberapa

ngguk. Dan Marisa membantunya mengangk

selang oksigen yang terpasang di hidung wanita renta y

ang. Sebelum waktu Ibu habis." lirih wanita yang menyeb

pat. Jika Mas Ari mengiyakan permintaan ibunya Marisa. Benar-benar lelaki tak tahu diuntung dia

i, sukses menghancurkan hatiku. Meski aku sudah berusaha tegar semenjak kutemukan cincin itu. Kend

idak diinginkan karena Pak Ari tidak izin istri pertama Anda, itu bukan urusan saya," tukas penghulu menjelaskan. Jadi, Mas Ari hanya menikah siri. Pan

gerti." jawab Mas A

meski sudah lumayan lama tangan lelaki berpeci itu mengambang di udara. Dan juga, perawat itu mungkin masih kerabatn

aku masuk dan mengobrak-abrik semua. Menggagalkan pernikahan Mas Ari. Tanganku juga sudah meng

muanya. Toh, semua harta juga

jang. Bersiaplah

saya nikah

p!" tarikan keras di lengan kan

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka