Tergoda Sahabat Mama
ersprei satin. AC di kamar membuat udara terasa sejuk, tapi kulitnya justru
irannya justru liar. Bayang
bermain di benaknya sepert
alir di antara lekuk ototnya, boxer hitam yang membungkus rapat
lik selimut. Ia mencoba menga
ih aku kepikiran di
enggam ujung se
akin menggoda. Aurora, dengan napas yang semakin memburu, merasakan
Rambutnya basah, matanya tertutup, air mengalir menyusuri leher,
gan jelas, gerakan tangannya saat B
Tuha
tap langit-langit den
dulu kecil selalu kupeluk, kuhibur saat menangis. Ke
gi. Tapi kini ia tak bisa
empat tidurnya, dengan tubuh basah d
anya, lalu menyentuh pipinya pelan, mene
bibir, jantungn
Tapi... dia bukan anak-anak lagi. Dia pria. Da
sisi tempat tidu
n? Dilirik? Dianggap cantik bukan se
asing, sekali
ang bahkan dalam imajinasi pun ma
hati Aurora. Ketika ia melangkah masuk ke ruangan dengan au
a dirinya tertidur. Tapi sekeras apa pun ia berus
Tubuhnya yang tinggi tegap seolah menyatu dengan kegelapan malam
ungnya berdegup lebih cepat
ranjang, lalu menyentuhkan jemari
p pelan ke dalam relung hatinya. Ia menelusuri pipi Aurora, kemud
rendah dan serak, memb
ini hanya imajinasi... tapi
hnya, menyandarkan tubuh hangatnya ke s
n, menyusuri garis wajah, hingga akhirnya menyentuh b
menahan gemuruh di dadanya. Tapi semakin ia berusaha menolak, sem
mbayangkan ia menyentuh punggung Brian, merasakan
gan malam, cumbuan yang perlahan menj
kan antara nyata dan khayal. Di ruang batinnya, ia dan Brian te
dan bisikan-bisikan penuh keri
takut tidur, karena ia tahu, dalam mimpi, Brian akan datang la
***
menyala, menerangi sebagian tubuhnya yang hanya mengenakan celana pend
njang, menunduk, ja
indah yang berkali-kali menghindari tatapannya tadi sore, d
dalah tubuh wanita itu, lekuknya, caranya berjalan, dan k
antik banget. G
n dengan baju tidur satin yang tipis dan transparan.
kkan rahang, ma
gan napas memburu, sambil menyentuh pipi wanita itu, mencium bibirnya yang menggoda, m
amnya pelan, lalu bangkit dari t
njatuhkan tubuh ke lantai
dua...
t, tapi pikirannya
ngebakar aku hidup
sebelas...
ke lantai, ia mencoba mene
alutan handuk. Aurora yang membuka pintu kamar dengan senyum men
nggertak
gini... belum," bisik
gum, cinta yang tumbuh dari kecil, dan hasrat yang sela
membasahi matanya sambil tubuhnya terasa lemas k
nya masih bergelora dengan bayangan Aur
lelah di lantai kamar tidur itu, menatap kosong
ena latihan fisik yang berat, tetapi lebih k
terus menerus menghantui pikirannya. Brian merasakan sesuatu yang lebih dari
g mengenakan gaun tipis, tertawa lepas sambil me
untuk bangkit. Dia kemudian mengelap tubuhnya deng
ing dan membiarkan hasratny
ita. Sebagai milikku," gumam Brian dalam hati, merasa
***