Bukan yang Pertama
jam sebel
sang sekretaris menghampiri dan memberinya kabar jika sang I
eraih gawainya yang memang diabaikan sejak beberapa jam lalu, ka
pada sang sekretaris. Alih-alih kata 'penting' yang biasa sang
n ingin segera mengetahui pesan da
khirnya kamu ne
gan sangat antusias. Membuat alis t
mu dan sarapan bersama. Tapi, kenapa reaksi Mama malah seperti
ean baru sele
dah denger i
s dengan cepat jawab Sean. Se
ra bilang, Sean harus segera nelpon Mama kar
memilih tak berbasa-b
Mama mohon kamu jangan marah, ya? Karena sungguh! Mama juga terpaksa mel
a saja, sang Mama seperti
Mah?" tuntut Sean a
h terdiam, dalam jeda waktu yang cukup lama
ika menyangkut rasa sabar. Karenanya,
t sang Mama masih saja tak member
g sepayah itu dala
engar kembali. "Mama ... mama ...." Namun ki
kesabaran Sean yang memang s
a. Ucapan sang Mama selanjutnya membuatnya langsun
al di tempat. Mereka punya satu anak gadis yang tak punya keluarga untuk bisa dititipi.
the
benar
selancang itu m
bih dahulu padanya. Apa Mamanya tidak
menyakiti wanit
, Se
an. Gara-gara Mama dia jadi yatim piatu, Sean. Gara-gara Mama dia jadi se
t ini. Setelah kepergian sang ayah dan kedua istrin
da pada sang Mama. Karenanya, Sean pun kini dilanda kebi
nikah lagi juga bukan hal yang aneh. Toh, dia juga free
lalunya. Karena jika dia boleh jujur. Bahkan sampai
permintaan mamanya ini
long, ya, Nak." Mama
aja sebagai ganti rugi? Atau, jadikan s
ma Sulis be
ani!" Mamanya mulai murka. "Dia sebatang kara, Sean. Dia
pi kemurkaan ibunya. Bukan tak berani melawan,
. Hingga tak jarang, kerap melontarkan ka
belajar menutup mulut jika tak ingi
lai dengan uang. Termasuk nyawa seseorang dan kesempatan kedua
bagaimana Se